
Thian Siang Seng Bo selalu digambarkan sebagai dewi cantik dan berpakaian kebesaran permaisuri, dikawal dua siluman penguasa Pegunungan Tao Hua Sha yang ditaklukkan olehnya, yaitu Qian Li Yan (Mata Seribu) dan Sun Feng Er (Kuping Hembusan Angin).

Pemandangan dari samping pada ruang utama Kelenteng Kong Hwie Kiong dimana terdapat altar Hok Tek Ceng Sin di sebelah kiri, bersisian dengan altar Thian Siang Seng Bo yang berada di tengah ruangan.

Altar sembahyang nomor 6 dengan rupang tunggal dan tengara nama Wu Hian Ta Ti. Sayangnya tak saya temukan informasi tentang rupang ini. Penamaan rupang dalam huruf Latin kadang membingungkan karena sering tidak dibuat baku.

Rupang Wu Hian Ta Ti dilihat dari jarak yang lebih dekat. Bisa jadi yang dimaksud adalah Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siong Te) salah satu dewata Tao tingkat tinggi dan salah satu dewa yang paling banyak disebut di Tiongkok.

Altar sembahyang bagi Kong Tek Cun Ong (Raja Mulia yang Memberikan Berkah Melimpah), merupakan dewa leluhur suku Fujian dari daerah Nan An yang banyak dipuja oleh keturunan Tionghoa di Indonesia dan Singapura.

Ada dua rupang Kong Tek Cun Ong dan sebuah lukisan pada dinding di altar ini. Hari lahirnya diperingati pada tanggal 22 bulan 8 Imlek, dan wafatnya pada tanggal 22 bulan 2 Imlek.

Tampak depan pada altar utama Kelenteng Kong Hwie Kiong. Selain perlengkapan ritual yang menyerupai bentuk kura-kura, di bagian depan altar terdapat lukisan delapan dewa, serta beberapa lukisan klasik lainnya yang sudah terlihat menua. Para dewa itu mewakili delapan masa kehidupan : anak muda, tua, miskin, kaya, rakyat jelata, bangsawan, pria dan wanita.

Sponsored Link