
Saya di ajak naik ke lantai beton paling atas, dan inilah pemandangan unik yang terlihat di sana. Atap limasan tumpang susun masih tetap dipertahankan sesuai kondisi asli namun kini ada di tengah hamparan beton. Salah satu dari setidaknya enam menara pendek terlihat di bagian kiri foto. Masjid ini tidak memiliki menara tinggi, entah nanti.

Sebuah bedug dan kentongan menggantung pada dudukan berwarna hijau di serambi Masjid Nganguk Wali Kudus, replika buatan tahun 1955 yang telah rusak. Meskipun polos namun bedug dan kentong terlihat cukup baik, hanya dudukan tiang baiknya diganti kayu ukir artistik yang lebih kokoh dan dipelitur agar serasi dengan pilar masjid, atau dibuat sama dengan warna bedung dan kentongannya.

Pandangan tegak pada gapura paduraksa dan kubah yang ada di bagian depan masjid. Jujur saya tak terkesan dengan kubah dan jauh lebih bisa terkoneksi dan terkesan jika dibuat dalam bentuk meru atau cungkup.

Pandangan dekat pada kusen gebyok dan pintu utama yang ada di bagian tengah dinding serambi. Inilah budaya, hasil karya cipta rasa karsa ketrampilan manusia bermodal berkah bakat karunia yang dilimpahkan Yang Mahakuasa dan dimatangkan dengan latihan keras untuk mengasahnya.

Sponsored Link