Ruang kaca di sayap sebelah kiri Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor yang disebut Tropical Forest yang menjadi tempat perlindungan bagi anggrek alam Indonesia. Koleksi anggrek di tempat ini berjumlah lebih dari 500 jenis, berasal dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia. Di sana juga ada lahan yang dikhususkan untuk mempelajari dan mengembangkan tanaman anggrek.
Anggrek cantik yang sedang mekar waktu itu di rumah kaca Orchid Hybrid diantaranya adalah Phalaenopsis berwarna merah dadu memikat dengan bagian tengah lebih tua warnanya. Anggrek lainnya yang sedang mekar adalah Dendrobium berwarna keemasan dengan garis-garis cantik.
Bunga Phalaenopsis berwarna putih yang lebih dikenal dengan nama Anggrek Bulan. Bagian tengahnya ada warna sedikit kekuningan bercampur putih.
Sedikitnya dua kali saya berkunjung ke Rumah Anggrek ini, hampir tak ada anggrek alam yang terlihat tengah berbunga. Rumah Anggrek dibuat atas prakarsa Yayasan Kebun Raya Indonesia dan LIPI, diresmikan pada 25 Mei 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dengan nama “Griya Anggrek”.
Ruangan bagian tengah Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor, dengan sejumlah poster tentang anggrek, beberapa tempat duduk batang kayu, dan kuntum bunga anggrek yang diletakkan di atas sebuah meja di titik tengah ruang. Ruangan ini terhubung dengan rumah kaca yang ada di sayap kanan dan sayap kiri bangunan.
Pemandangan yang segar dengan dedaunan hijau rimbun.
Dendrobium berwarna keemasan dengan garis-garis cantik yang sebagian bunganya masih belum lagi mekar.
Bunga anggrek cantik hasil hibrid lainnya di Rumah Anggrek. Bintik coklatnya yang nyaris merata di seluruh permukaan bunga merupakan ciri menonjol dari bunga anggrek ini.
Pandangan yang mengarah ke sayap kiri Rumah Anggrek, dengan dua buah pintu yang menuju ke rumah kaca anggrek alam. Di tengah kedua pintu itu adalah toko suvenir yang menjual kaos hingga pernak-pernik wanita.
Sejumlah vas bunga berisi anggrek cantik yang tengah berbunga diletakkan di tengah ruangan, memberi pernyataan jelas bahwa anggrek adalah tuan rumah di tempat ini.
Seorang pengunjung tengah mengamati tulisan yang ada pada poster berukuran besar tentang struktur anggrek karya Alfred C. Griffin yang tengah dipamerkan di ruang tengah Ruamh Anggrek Kebun Raya Bogor ini.
Pada pojok ruangan sebelah kanan terdapat foto para Kepala Kebun Raya Bogor. Tiga pertama adalah C.G.C. Reinward (1817-1822), C.L. Blume (1822-1826), dan J.E. Teijsmann (1826-1867). Selama menjabat Teijsmann membawa ribuan spesies tumbuhan ke Kebun Raya Bogor dari perjalanannya ke berbagai negara. Kebun Raya Bogor memberikan penghargaan berupa tugu peringatan di Taman Tijsmann. Sebanyak 4 spesies pohon jati dan verbena dari marga Teijsmaniodendron diambil dari namanya.
Riwayat dan foto sejumlah Orchidologist, yaitu Georg Eberhard Rumpf, Carl von Linne, Karl Ludwig Blume, John Lindley, Heinrich Gustav Reichenbach, Hugh Loq, Henry Nicholas Ridley, dan Johann Jacob Smith.
Jika pun tidak beruntung melihat anggrek yang sedang mekar, pemandangan seperti ini sudah akan menghibur pengunjung.
Beberapa jenis anggrek yang saat itu sedang tak berbunga digantungkan pada pokok kayu mati, ada yang diletakkan dalam pot dan ada yang ditempelkan langsung pada kayunya. Atap kaca memberi kebebasan pada sinar matahari untuk masuk, namun tidak pada air hujan.
Papan tengara yang ditulis dalam dua bahasa ini merupakan satu-satunya penjelasan tertulis yang ada di dalam ruang kaca anggrek hibrid di sayap kanan Rumah Anggrek
Mungkin karena bulan bersinar keputihan di malam hari maka anggrek yang cantik ini diberi nama Anggrek Bulan, meskipun ada pula yang berwarna selain putih. Jenis anggrek ini pertama kali ditemukan oleh ahli botani Belanda, Dr. C.L. Blume.
Dendrobium ini jenisnya mencapai sekitar 1200-an spesies, yang tersebar di Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara, serta juga di kepulauan di Pasifik. Namanya berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'yang tumbuh pada pohon' atau epifit.
Sejenis Dendrobium dengan kelopak bunga berwarna kuning agak pucat dan di tengahnya berwarna ungu. Ada masanya perhatian terhadap bunga mengalami booming, dan ada masanya daun yang menjadi primadona perhatian. Keindahan memang sering kalah dengan kebosanan.
Toko suvenir yang menjual pernak-pernik untuk kenang-kenangan ini ada di depan "Information Desk" di sisi kiri ruangan. Ada pula botol-botol pupuk perawatan anggrek di sebuah meja pajang.
Di pojok sebelah kiri ruangan dekat pintu masuk terdapat “Information Desk”, namun tak terlihat ada orang duduk di sana, mungkin hanya ada ketika ramai pengunjung. Di depannya ada toko suvenir yang menjual pernak-pernik untuk kenang-kenangan. Ada pula botol-botol pupuk perawatan anggrek di sebuah meja pajang.
Tengara berisi informasi tentang rumah kaca Tropical Forest ini tampaknya hanya satu-satunya tengara yang ada di sini. Sudah baik ketimbang tidak ada informasi sama sekali. Namun jika ada informasi nama-nama anggrek pada setiap koleksi tentu akan lebih bermanfaat.
Sejumlah pohon tampak diberi nomor, namun saya tak melihat ada penjelasan yang ditempel pada dinding ruangan untuk menjelaskan apa saja yang ada di pohon nomor 18 yang tampak pada foto itu.
Tampak sejumlah anggrek alam yang menempel pada pokok pohon atau Epifit. Tumbuhan epifit seperti anggrek ini bisa mandiri sepenuhnya, tanpa mencuri makanan dari pohon yang ditumpanginya. Hanya saja kalau sudah menjadi besar dan lebat bisa menghambat berkas cahaya yang mengenai pohon, dan kadang akarnya juga bisa menembus batang pohon.
Di ujung rumah kaca ini terdapat sebuah pancuran kecil yang airnya terus mengalir memberi suasana dengan suara gemericik air. Rumah Anggrek dibuat atas prakarsa Yayasan Kebun Raya Indonesia dan LIPI, diresmikan pada 25 Mei 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dengan nama “Griya Anggrek”.
Jenis anggrek alam ini memiliki daun tipis panjang dan sangat lebat layaknya gerumbul dengan bonggol agar yang hitam gemuk menempel pada batang pohon yang ditumpanginya.
Ibu-ibu tengah melihat koleksi cindera mata di kios penjualan suvenir. Di latar belakang adalah "Information Desk" yang tak dijaga. Ruangan Rumah Anggrek ini boleh dikatakan cukup representatif namun lokasinya yang agak terpencil, dengan petunjuk arah antara ada dan tiada, membuatnya tak begitu ramai dikunjungi orang.
Tengara yang berbunyi “Orchid education exhibit in memory of Alfred C. Griffin (1918 – 2001), longterm resident of Indonesia and lover of Orchid”. Sejumlah poster setinggi hampir dua meter tentang karya ilmiahnya terkait anggrek dipasang di ruang ini.
Bunga anggrek yang indah di tenga ruangan dengan latar pintu masuk ke dalam Rumah Anggrek. Di depan gedung ini terlihat ada halaman, namun kendaraan diparkir di pinggir jalan yang sempit di atasnya, dan kami berjalan kaki menuruni undakan untuk sampai ke tempat ini.
Diubah: Juli 05, 2020.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.
© 2004 -
Ikuti