Pandangan ke arah mihrab Masjid Jami Tambora Jakarta Barat. Pilar utama atau biasa disebut sebagai sokoguru masjid, serta delapan pilar lain sebelumnya berupa susunan bata merah, namun sekarang telah dilapis semen dan porselen. Jika boleh memilih, saya mungkin lebih suka bentuk aslinya yang tanpa semen, cukup divernis yang baik saja.
Ada sebuah cungkup di halaman depan masjid yang di dalamnya terdapat dua kubur berdampingan yang konon dihuni jasad KH Moestodjib dan Ki Daeng, pendiri Masjid Jami Tambora asal Ujung Pandang namun tinggal di kaki Gunung Tambora, Sumbawa. Pada dinding kiri depan masjid menempel tulisan yang menyebutkan bahwa nama masjid berasal dari nama Gunung Tambora di Sumbawa itu.
Ukiran pada risplang menurut Cecep berbentuk hiolo walaupun tak ada hionya, selain ukiran bunga dan dedaunan. Dulu banyak keramik Cina di sekitar masjid. Tak jelas kaitan ukiran hiolo dan keramik Cina itu dengan sejarah Masjid Jami Tambora.
Samping depan Masjid Jami Tambora Jakarta Barat dengan limasan tumpang. Sebelum bernama Jl Tambora Masjid, jalan di depan masjid bernama Jl. Blandongan. Kanopi didirikan di jalan untuk peneduh sholat Jumat dan sholat hari raya.
Lima baris tulisan Arab gundul di atas dasar berbentuk segitiga yang dupasang di atas dinding lengkung ruang imam. Ornamen pada lubang hawa berwarna hijau jamrud itu terlihat cukup baik.
Angka Arab di atas lubang lengkung tempat imam shalat dan mimbar kayu jati masjid yang berbunyi 1811. Lampu gantung dari tembaga tampak di bagian atas.
Kebanyakan masjid kuno sokogurunya terbuat dari kayu jati yang akan rusak seiring dengan lewatnya waktu. Ada banyak masjid yang kemudian menggantinya dengan beton, sebagaimana masjid ini.
Struktur pilar beton masjid yang terlihat kokoh. Meskipun beton jauh lebih awet, namun sokoguru kayu jati memberi warna dan nilai estetika dan seni tersendiri.
Google menandai jalan itu sebagai Jl Tambora 4, namun papan nama menyebut alamat Masjid Jami Tambora berada di Jl Tambora Masjid No 11. Sebelum bernama Jl Tambora Masjid, jalan itu sebelumnya dikenal sebagai Jl. Blandongan.
Pandangan ke arah mihrab Masjid Jami Tambora, yang selain memperlihatkan sokoguru dari sudut lihat berbeda, juga memperlihatkan tangga kayu ke puncak atap tumpang masjid yang tak lagi bisa ditapaki, kecuali mungkin saat bersih-bersih.
Pilar utama atau biasa disebut sebagai sokoguru masjid, serta delapan pilar lain yang sebelumnya berupa susunan bata merah, namun sekarang telah dilapis semen dan porselen. Jika boleh memilih, saya mungkin lebih suka bentuk aslinya yang tanpa semen, cukup divernis yang baik saja.
Tulisan tentang sejarah Masjid Jamik Tambora yang dibuat oleh Yayasan Masjid Jami' dan Pendidikan Islam Tambira. Sangat bermanfaat bagi pejalan yang menyukai sejarah.
Sebuah bajay, dengan asapnya yang mengotori udara, tampak hendak melewati atap tambahan di bagian depan masjid, menjadi semacam terowongan jalan.
Diubah: Juni 13, 2020.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.
© 2004 -
Ikuti