Walaupun hanya menginjakkan kaki di Kota Pas de la Casa kami girang bukan kepalang! Sedangkan Ibu Kota Andorra yaitu Andorra la Vella tidak sempat kami datangi, yang jaraknya sekitar 40 kilometer dari Pas de la Casa. Menengarai jejak salju di jalanan Pas de la Casa bersama kawan seperjalanan yang sehati adalah pengalaman yang seru.
Datang di bulan Mei 2017 disuguhi salju yang membentang luas, salju turun halus ketika kami baru sampai di Pas de la Casa. Jaket yang cukup menghangatkan badan, syal, sepatu dengan kaos kaki tebal, sarung tangan dan kaca mata hitam wajib digunakan saat suhu sekitar 4 derajat celsius. Rasa dingin yang menyerang tidak mengurangi semangat kami untuk mengitari Pas De La Casa kepunyaan Negara Andorra yang dihuni sekitar 3000 jiwa penduduk.
Bangunan yang berada di Pas De La Casa, kebanyakan deretan pertokoan dengan etalase yang semarak. Plang petunjuk arahpun terpasang di alas jalanan yang dipenuhi salju. Menurut saya Pas de la Casa seperti komplek rumah-rumahan dalam permainan lego, warna kuning, oranye, merah, biru dan coklat kontras dengan putihnya salju sangat unik dipandang. Pada atap pertokoan serpihan salju bertengger, sehingga harus berhati-hati saat berjalan kaki karena salju di atap sesekali jatuh ke trotoar.
Parfumery yang berjajar di pertokoan Pas de la Casa Andorra membuat saya menahan diri agar mata tidak jelalatan. Harga yang lebih murah dibandingkan jika kita membeli di Prancis atau Spanyol, merek-merek terkenal seperti Chanel, Guerlain, Dior dan Yves Saint Laurent dipajang dengan interior yang memikat. Selain itu banyak parfum dengan merek yang tidak mendunia dan tidak dikenal di Indonesia namun kualitasnya tidak kalah dengan parfum yang menyandang nama besar tentunya dengan harga jauh lebih murah. Bagi yang tebal €uro saatnya memanjakan diri, dan jika pas-pasan seperti saya cukup "window shopping" saja membeli seperlunya sesuai dengan isi kantong.
Untuk yang jarang menemui salju bahkan yang baru pertama kali melihat salju pemandangan seperti ini sangatlah mahal, salju menghampar adalah tempat bermain ski. Kami nikmati dengan berjalan di atasnya, dan hal itu sudah membuat kami merasa girang. Langit biru dan gunung salju menambah cantik tempat ski di Pas de la Casa, tersedia pula dengan mudah penyewaan alat ski dan snowboard juga bagi pemula terdapat sekolah ski dan snowboard. Ski di Pas de la Casa berada di bawah celah yang paling dekat dengan Prancis dan mereka menyebutnya El Pas de la Casa.
Tempat bermain ski di Pas de la Casa terdapat lift, sayangnya saya tidak sempat melihat karena tidak ada satu orangpun diantara kami yang bermain ski, sehingga memutuskan hanya berjalan-jalan sambil melihat orang-orang bermain ski dari kejauhan. Tempat ski di Pas de la Casa dibuka pada tahun 1957 dan sekarang memiliki 31 titik awal bermain ski. Popularitas ski dan snowboard di Pas de la Casa berkembang pesat dan menjadi resor tertinggi di Andorra yang memiliki catatan salju terbaik.
Kawan-kawan seperjalanan berpose di depan plang petunjuk jalan, terlihat raut wajah bahagia ketika saya membidik mereka. Seperti biasa Teh Nelly Anfonso berbaik hati mengantar kami bersama suaminya Ka Daniel dan Mas Nono, pria Prancis yang menikah dengan orang Indonesia. Sosok rendah hati dan sangat "meng-Indonesia", yang sesekali ia berbicara bahasa Jawa dengan dialek Prancis. Lucu juga menyapa pria Prancis dengan sebutan "mas", karena keinginannya.
Kawan-kawan sepertinya puas berfoto diri dan mengabadikan pemandangan indah Pas de la Casa di Andorra, dan salah satu diantara kami yang hobi belanja menenteng barang belanjaannya dengan sumringah. Mas Nono, Teh Nelly dan Ka Daniel dengan sabar menunggu kami sampai puas. Mereka hanya mengingatkan kami diberi waktu 4 jam dan kembali kumpul di tempat yang sama saat kami turun dari mobil.
Di sinilah kami kembali berkumpul, tempat beberapa mobil parkir di depan pertokoan dan jalanan. Dua mobil yang membawa kami dikemudikan Mas Nono dan Ka Daniel, mobil-mobil yang parkir kebanyakan berplat nomor Prancis dan Spanyol, karena para pelancong kedua negara tersebut adalah mayoritas yang datang berwisata ke Pas De La Casa di Andorra.
Beruntung ada yang mengantarkan kami dengan senang hati ke Pas de la Casa, jika tidak untuk tiba ke Pas de la Casa di Andorra harus mempergunakan transportasi umum bus dari bandara Blagnac Toulouse atau Stasiun Toulouse-Matabiau di Prancis juga Bandara Barcelona di Spanyol yang beroperasi dua kali sehari dan tiketnya dapat dipesan secara online.
Jalanan di Pas de la Casa saat itu sepi dan baru saja dibersihkan dari tumpukan salju. Foto ini dibidik oleh kawan seperjalanan Indra Permadi, masih tersisa hamparan salju di beberapa sudut jalanan. Sementara saya terpesona melihat gunung salju dari kejauhan putih keperakan terkena cahaya matahari, saya lupa menanyakan nama gunungnya. Warna langit biru bersih, gunung salju putih keperakan dan bangunan pertokoan adalah perpaduan yang indah.
Kami berjalan kaki sepanjang Pas de la Casa di Andorra udarapun semakin dingin, sesekali kami masuk ke dalam galeri atau toko untuk menghangatkan badan sambil melihat-lihat dan membeli beberapa barang seperti coklat dan parfum. Pas de la Casa di Andorra, semakin sore semakin ramai didatangi pelancong. Saya terhenti sejenak membeli beberapa kartu pos bergambar Pas de la Casa dan Andorra le Vella, sekedar suvenir dari negera kecil yang mewah.
Setiap perjalanan selalu menyisakan kenangan, meninggalkan Pas de la Casa lepas siang hari melewati pos perbatasan yang macet karena semakin banyak kendaraan mengantri masuk ke Pas de la Casa, baik itu dari arah Prancis dan Spanyol. Entah kapan lagi bisa kembali ke Pas de la Casa di Andorra, dan sepenggal kenangan saya simpan rapih di dalam hati.
Pas de la Casa
Andorra AD200, Europe. Lokasi GPS : 42.543722, 1.7335546, WazeDiubah: November 30, 2017.Label: Andorra, Pas de la Casa, Vinny Soemantri
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.