Jalan dari halaman masjid ke gerbang makam dibuat agak melengkung, dan di sisi kiri terlihat akses masuk dari selatan dengan melewati gapura bertulis syahadat yang dipindahkan dari jalan raya. Menurut silsilah, Sultan Trenggono menurunkan Raden Mukmin (Sunan Prawoto, ayah Arya Pangiri) yang menggantikan Trenggono sebagai sultan Demak dan memindahkan pusat pemerintahan dari Bintoro ke Prawoto. Putri pertamanya menikahi Pangeran Langgar (Adipati Sampang), putri kedua yaitu Ratu Kalinyamat menikahi Pangeran Hadlirin (Adipati Jepara, juga penguasa Demak mewakili Arya Pangiri yang masih kecil), putri ketiga menikahi Pangeran Pasarean / Pangeran Hasanudin, putri kelima mengawini Adipati Pajang (kemudian Sultan) Hadiwijaya berputra Pangeran Benawa, dan putri bungsu menikahi Pangeran Timur (Adipati Madura).
Ketiadaan formula suksesi tampuk kekuasaan pada sistem kerajaan, meskipun umumnya kekuasaan rana menurun pada anak sulung, baik pria atau pun wanita, sering membuat geger kerajaan ketika sang raja wafat. Diantara saudara seayah dan seibu sekalipun bisa terjadi perselisihan jika menyangkut kekuasaan, apalagi antara saudara tiri meskipun lahir dari selir.
Gerbang masuk candi bentar Makam Ratu Kalinyamat Mantingan, dan di dalam sana ada gapura paduraksa yang persis berada di depan cungkup makam. Tatanan ini menyerupai pura, dan boleh jadi bahwa tempat ini sebelumnya memang sebuah pura, sebelum para wali dan penguasa setempat merubahnya menjadi kompleks masjid dan pemakaman.
Candi bentar memisahkan bagian luar dengan bagian tengah bangunan suci, dan gapura paduraksa yang biasa berbentuk kori agung sebagai akses masuknya memisahkan bagian tengah dengan bagian dalam yang sakral. Hal lain yang memberi indikasi bahwa ini sebuah pura adalah adanya jaladwara yang ada di jaba tengah, atau area antara candi bentar dan gapura paduraksa.
Area di dalam kompleks masjid dan Makam Ratu Kalinyamat kondisinya terlihat baik. Berbeda dengan masjid yang sepi, saat itu terlihat ada banyak peziarah yang tengah berkunjung ke Makam Ratu Kalinyamat Mantingan Jepara ini. Umur para peziarah itu sangat bervariasi. Ada pasangan muda, keluarga membawa anak kecil, dan ada yang mulai sepuh. Banyak orang Jawa percaya bahwa makam adalah penghubung antara keinginan diri dan berkah dari sang khalik.
Di ujung teras terdapat silsilah Ratu Kalinyamat. Dimulai dari Kartawijaya (Brawijaya V) dengan putri Tionghoa berputra Raden Patah, raja Demak pertama. Raden Patah berputra Raden Suryo (Pangeran Sabrang Lor, raja Demak ke-2), Raden Sekar (Pangeran Sekar Sedo Lepen, berputra Arya Penangsang), Raden Trenggono (raja Demak ke-3), dan seorang putri yang menikahi Syekh Nurdin Maulana Isroil (Faletehan Gunungjati, berputra Pangeran Pasarean Cirebon dan Pangeran Hasanudin Banten). Karena keturunan Majapahit itulah maka pada jirat kubur Makam Ratu Kalinyamat di Mantingan Jepara ini terdapat lambang Surya Majapahit.
Sebelum melewati gapura candi bentar, di sebelah kiri ada jalan yang berbelok ke kanan, dimana terdapat tengara berbunyi "Makam R. Abdul Djalil, Sunan Jepara". Raden Abdul Jalil ternyata adalah nama asli Syekh Siti Jenar yang juga disebut Sunan Jepara, Sitibrit, dan Syekh Lemah Abang. "Menemukan" makam Syekh Siti Jenar di kompleks Makam Ratu Kalinyamat Mantingan merupakan hal yang sama sekali tak saya duga, seperti ketika saya melihat Makam Arya Penangsang di area Makam Sunan Kalijaga.
Jirat kubur Syekh Siti Jenar, yang berada di dalam tembok keliling tanpa atap, seluruhnya ditutup dengan kain berwarna wulung atau kehitaman. Jika bukan untuk melindungi jirat kuburnya dari panas dan hujan, penutupan dengan kain itu mungkin dimaksudkan untuk melindungi jirat kubur dari peziarah nakal yang kadang mencongkel kubur untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh atau jimat. Makam yang ada di sini mungkin hanya sebuah tetenger, karena konon jasad Syekh Siti Jenar sebenarnya dimakamkan di Masjid Demak.
Pada teras cungkup Makam Ratu Kalinyamat Jepara saya bertukar sapa dengan kuncen yang bernama Ali yang tengah duduk bersila menyandar pada kotak amal. Pada teras ini terdapat beberapa jirat kubur para pengikut Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat. Tulisan Arab gundul (tanpa tanda baca) menghiasi bagian atas dua pintu masuk ke dalam ruangan cungkup kubur. Ada pula sejumlah hiasan ukir dari padas kuning.
Ali mengatakan bahwa di dalam cungkup ada pula kubur ayah angkat Sultan Hadlirin bernama Tjie Hwio Gwan (Abdurrahman, Patih Sungging Badar Duwung) yang juga mengajarkan seni ukir kayu ke orang Jepara. Juga ada jirat kubur garwo selir, dan Dewi Wuryan Retnowati, puteri angkatnya. Selir Sultan Hadlirin bernama Nyai Prodobinabar, asal Kudus. Kuncen Makam Ratu Kalinyamat Mantingan Jepara ini ada dua orang, yang sepuh bernama Sulasimin berjaga di pendopo yang ada di halaman Masjid Astana Sultan Hadlirin.
Jirat kubur Makam Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin Mantingan Jepara berada di dalam cungkup yang tengah diziarahi. Di dalam cungkup ada lagi struktur kayu berukir dengan tiang ulir di atas jirat sebagai sampiran kain dan kelambu. Pada setiap tanggal 17 Robiul Awal dilakukan khol wafatnya Sultan Hadlirin dan ritual Ganti Luwur, yaitu prosesi pergantian kelambu kubur.
Alkisah, setelah Pangeran Sabrang Lor meninggal, Pangeran Sekar dibunuh di pinggir kali oleh Raden Mukmin, anak Trenggono, yang membuat Trenggono naik tahta. Bertahun kemudian Arya Penangsang membalas dendam kematian ayahnya dengan mengirim orang ke Prawoto dan membunuh Sunan Prawoto (Raden Mukmin) bersama isterinya. Pada 1549 M, sepulang meminta keadilan kepada Sunan Kudus yang berpihak ke Jipang, rombongan Ratu Kalinyamat diserang orang suruhan Arya Penangsang yang menewaskan Sultan Hadlirin.
Sakit hati, Ratu Kalinyamat bertapa "senjang rambut" di Gunung Danaraja Tulaka, bersumpah tidak berpakaian sebelum berkeset kepala Arya Penangsang. Ia lalu meminta bantuan adik iparnya, Adipati Pajang Hadiwijaya. Arya Penangsang akhirnya tewas oleh keris Kyai Setan Kober yang dicabutnya sendiri dan tidak sengaja memotong ususnya yang terburai setelah perutnya robek oleh tombak Kyai Plered Danang Sutawijaya.
Setelah Aryo Penangsang tewas, Ratu Kalinyamat pun bersedia turun dari pertapaannya untuk selanjutnya menggantikan kedudukan sang suami dan dinobatkan sebagai penguasa Jepara pada 10 April 1549. Tanggal itu kemudian setiap tahun diperingati sebagai hari jadi Jepara. Ratu Kalinyamat yang tidak memiliki putera kandung itu wafat pada sekitar tahun 1579.
Makam Ratu Kalinyamat Mantingan Jepara
Alamat : Desa Mantingan, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Lokasi GPS : -6.6194652, 110.6683141, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : sembarang waktu. Harga tiket masuk : gratis, sumbangan diharapkan. Hotel di Jepara, Tempat Wisata di Jepara, Peta Wisata Jepara.Diubah: September 27, 2019.Label: Jawa Tengah, Jepara, Makam, Mantingan, Ratu Kalinyamat, Syekh Siti Jenar, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.