Nama Museum Airlangga Kediri diambil dari nama Raja Airlangga yang lahir di Bali pada 990 dan diduga wafat di daerah Belahan di lereng Gunung Penanggungan pada 1049. Airlangga, yang berarti "Air melompat", adalah pendiri Kerajaan Kahuripan yang memerintah pada 1009-1042. Tokoh ini telah saya kenal sejak kecil lewat sejumlah buku cerita berlatar sejarah, baik tulis maupun komik.
Ia bergelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Adalah Airlangga yang meminta Mpu Kanwa untuk menggubah Kakawin Arjunawiwaha pada 1030 (lihat reliefnya di Candi Surowono), menyadur Wanaparwa, kitab ketiga Mahabharata karya Vyasa. Setelah gagal menempatkan putranya sebagai raja di Bali dan puteri sulungnya memilih menjadi pertapa, Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membelah kerajaannya menjadi dua, yaitu menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala, dan diberikan kepada kedua orang puteranya.
angunan Museum Airlangga Kediri memiliki atap limasan dan dinding kaca di sekelilingnya. Papan nama museum terbuat dari kayu sederhana ditempel di bagian depan. Di pojok kiri kanan luar terdapat arca penjaga. Arca di kanan menyerupai singa dengan kaki depan diangkat, sedangkan yang di kiri berupa raksasa namun wajahnya sudah tak jelas, dengan naga di kakinya.
Di bagian depan terdapat beberapa arca batu berbentuk Makara dalam berbagai ukuran yang diletakkan di ruangan terbuka museum yang disekat secara sederhana. Makara adalah binatang mitologis yang bentuknya menyerupai ikan namun memiliki belalai, biasanya digunakan untuk menyalurkan air di candi-candi Hindu atau sebagai pancuran.
Diantara koleksi menarik di Museum Airlangga Kediri adalah arca-arca batu berukuran sangat besar, diantaranya arca Ardhanari, Shiwa, dan Wisnu. Ardhanari adalah lambang persatuan Shiwa dengan Parwati, isterinya, karena itu Ardhanari adalah berwujud setengah pria dan setengah wanita, bertangan empat, dua tangan belakang memegang aksamala dan camara dan dua tangan lainnya diletakkan di depan perut.
Patung yang menggambarkan Raja Airlangga sedang naik Burung Garuda dengan kaki mencengkeram seekor ular naga bisa dijumpai di halaman luar Museum Airlangga Kediri, di tempat terbuka. Dalam agama Hindu, Garuda adalah kendaraan Wisnu, dan Airlangga adalah penganut Hindu yang taat. Patung Airlangga ini bisa menggambarkan kebesaran kerajaannya dan dirinya sebagai jelmaan Wisnu yang memberinya otoritas.
Di bagian kanan ruangan Museum Airlangga Kediri ada Arca Nandi, kendaraan Shiwa. Nandi adalah lambang moral, keadilan, dan kekuatan, biasanya posisinya mendekam dengan kaki depan siap berdiri, menunjukkan kesiapan menerima perintah. Ada pula relief manusia pada batu candi dengan wajah menghadap ke samping, yang konon berhubungan dengan pemujaan roh leluhur.
Relief manusia di candi-candi di Jawa Tengah umumnya digambarkan secara natural dengan wajah menghadap ke muka. Di dalam museum ada pula Jaladwara, batu pancuran yang ada di candi atau pemandian kuno. Pancuran air di candi pada umumnya menggunakan bentuk makara atau guci yang dibawa seorang pemuka agama, melambangkan kesucian dan kesuburan.
Arca Shivanandi yang disimpan di Museum Airlangga Kediri. Shiwa adalah dewa tertinggi Trimurti (Shiwa, Wisnu, Brahma), digambarkan bertangan empat (masing-masing memegang cemara, genitri, dan kendi), bermata tiga, ada ornamen ardha chandra (bulan sabit) di hiasan kepala, ikat pinggang dari kulit harimau, hiasan leher ular kobra, dan berkendara Nandini.
Shiwa adalah dewa pemusnah, menghancurkan segala yang usang dan tidak layak lagi ada di dunia untuk dikembalikan ke asalnya. Arca Shiwa biasanya diletakkan di ruang utama candi sebagai bentuk penghormatan tertinggi kepadanya. Di dalam museum ada pula jambang batu besar dengan hiasan bunga teratai lambang kesucian. Dalam agama Hindu, benda berpenampang mendekati lingkaran biasanya dikaitkan dengan asal mula kehidupan.
Di obyek wisata budaya dan pendidikan ini ada pula koleksi Gentong Batu yang bentuk bulatnya bisa dikaitkan dengan padma, asal mula kehidupan, dan sebagai wadah air suci. Ada pula sejumlah Prasasti Batu berukuran sangat besar yang terbuat dari batu andesit dengan tulisan huruf Jawa kuno yang masih terlihat cukup jelas, dengan hiasan flora di bagian bawahnya.
Yoni juga ada, umumnya berbentuk balok batu dengan lubang di tengah sebagai tempat Lingga (Shiwa). Cerat di salah satu sisinya digunakan untuk mengalirkan air pembasuh Lingga sewaktu upacara. Yoni, yang merupakan lambang kesuburan wanita, biasanya diletakkan di ruang utama candi dengan cerat menghadap ke arah utara.
Museum Airlangga Kediri di kawasan Selomangleng memiliki koleksi beragam dan bernilai tinggi, meskipun penataan interiornya terkesan sederhana. Keterangan pada setiap koleksi akan sangat membantu pengunjung dalam memahami arti masing-masing benda. Akan lebih membantu lagi jika ditambahkan keterangan mengenai riwayat penemuan benda-benda tersebut. Mestinya kondisi museum sekarang ini sudah jauh lebih baik ketimbang ketika saya kunjungi dulu.
Museum Airlangga Kediri
Alamat : Jl. Mastrip 1 Kawasan Selomangleng, Kediri. Telp. (0354) 773157, Fax. (0354) 686613. Lokasi GPS : -7.80755, 111.9739, Waze. Jam buka : 08:00 - 14:00, Senin s/d Jumat. Harga tiket masuk : Rp. 4.000. Hotel di Kediri, Tempat Wisata di Kediri, Peta Wisata Kediri.Yang menarik di Museum Airlangga Kediri adalah arca berukuran sangat besar, diantaranya arca Ardhanari, Shiwa, dan Wisnu. Ardhanari, yang tampak pada foto di atas (foto utuhnya bisa dilihat di galeri), adalah lambang persatuan Shiwa dengan Parwati, isterinya, karenanya setengah pria dan setengah wanita, bertangan empat, dua tangan belakang memegang aksamala dan camara dan dua tangan lainnya diletakkan di depan perut.
Sebelah kanan adalah Arca Nandi, Lembu kendaraan Shiwa, serta koleksi arca batu lainnya yang diletakkan di bagian kanan Museum Airlangga. Nandi adalah lambang moral, keadilan, dan kekuatan, yang biasanya dibuat dalam posisi badan mendekam dengan kaki depan siap berdiri, yang menunjukkan kesiapan menerima perintah Shiwa.
Sebuah koleksi perahu kayu tradisional yang disimpan di Museum Airlangga Kediri, dipajang dalam ukuran aslinya yang masih utuh. Ini tentu perahu terkait dengan sarana angkutan orang dan barang yang menggunakan Sungai Brantas.
Keben yang disimpan di Museum Airlangga Kediri. Keben adalah salah satu bentuk kemuncak yang lazimnya diletakkan pada puncak atap candi dan bangunan suci lainnya. Untuk tempat tinggal, kemuncak biasanya menggunakan bahan gerabah, setidaknya sekarang ini.
Arca batu Makara dalam berbagai ukuran diletakkan di dalam ruang utama Museum Airlangga yang hanya disekat secara sederhana. Makara adalah binatang mitologis yang bentuknya menyerupai ikan namun memiliki belalai, yang digunakan untuk menyalurkan air di candi-candi Hindu atau sebagai pancuran.
Jaladwara merupakan pancuran air yang dipergunakan di candi atau pemandian kuno. Pancuran air di candi pada umumnya menggunakan bentuk makara atau guci yang dibawa seorang pemuka agama, yang melambangkan kesucian dan kesuburan.
Arca Kala di Museum Airlangga Kediri. Kala adalah juga binatang mitologis dalam kepercayaan Hindu yang digambarkan dalam bentuk wajah dengan raut yang menakutkan, mata besar melotot, dan mulut menyeringai lebar memperlihatkan gigi taringnya yang tajam.
Dua buah Arca Kala di Museum Airlangga Kediri yang bentuknya berbeda. Kala biasanya digambarkan dalam bentuk wajah dengan raut yang menakutkan, mata besar melotot, dan mulut menyeringai lebar memperlihatkan gigi taringnya yang tajam. Relief Kala umumnya diletakkan di atas ambang pintu masuk candi, sebagai penolak bala.
Yoni biasanya berbentuk balok batu dengan sebuah lubang di tengah sebagai tempat untuk menancapkan Lingga (Shiwa), dan ada cerat di salah satu sisinya untuk mengalirkan air pembasuh Lingga sewaktu diadakan upacara.
Arca Buddha tanpa kepala di Museum Airlangga Kediri. Dalam kepercayaan Buddha dikenal 3 perwujudan Buddha, yaitu Manusia Buddha (Buddha yang menjelma menjadi manusia), Dhyani Buddha (Buddha yang bersifat badan halus) dan Dhyani Bodhisatva (Buddha sebagai mahluk kayangan).
Arca Siva setinggi satu setengah kali orang dewasa di Museum Airlangga. Siwa merupakan dewa tertinggi Trimurti (Shiwa, Wisnu, Brahma), yang digambarkan bertangan empat, bermata tiga, ada ornamen ardha chandra (bulan sabit) pada hiasan kepala, ikat pinggang dari kulit harimau, hiasan leher ular kobra, dan berkendara Lembu Nandini.
Jambang batu berukuran besar yang bentuknya menyerupai silinder namun berpenampang lonjong, dengan hiasan berupa bunga teratai yang merupakan lambang kesucian. Dalam kepercayaan Hindu, sebuah benda dengan penampang mendekati bentuk lingkaran biasanya dikaitkan dengan asal mula kehidupan.
Pandangan dekat pada bagian tengah jambang batu pada foto sebelumnya, yang memperlihatkan adanya torehan pada batu yang menggunakan aksara Jawa. Aksara itu masih cukup jelas terlihat mata, dan tentunya bisa dibaca oleh mereka yang menguasai akasra Jawa dengan baik.
Salah satu ruang Museum Airlangga Kediri dengan lemari pajang dan penataan koleksi yang sangat sederhan, dan terkesan seadanya. Semoga telah ada perbaikan dalam penataan dan fasilitas museum yang menyimpan banyak benda berharga ini.
Arca Wisnu di Museum Airlangga yang juga berukuran besar. Wisnu adalah Dewa Pemelihara yang digambarkan bertangan empat, masing-masing tangan memegang sankha (lambang pembebasan manusia dari kesulitan), cakra (lambang perputaran dunia), pada (lambang kekuatan) dan padma (lambang kedewaan).
Arca Ardhanari di Museum Airlangga Kediri. Ardhanari merupakan lambang persatuan Shiwa dengan Parwati, isterinya.
Prasasti berukuran besar bertulis huruf Jawa kuno pada batu andesit. Sebagian besar tulisan masih dalam kondisi yang cukup baik. Ada prasasti batu yang pada seluruh permukaan di keempat sisinya bertuliskan huruf. Bagian bawah prasasti batu ini dihiasi dengan hiasan flora.
Prasasti batu berukuran besar lainnya yang disimpan di Museum Airlangga Kediri. Sayang sekali permukaan prasasti ini sudah rusak, berbentuk seperti mosaik pada keris, dan tidak ada lagi huruf yang bisa dibaca.
Gentong yang bentuk bulatnya bisa dikaitkan dengan padma, asal mula kehidupan, dan sebagai wadah air suci, serta Prasasti Batu yang terbuat dari batu andesit dengan tulisan huruf Jawa kuno yang masih terlihat cukup jelas, dengan hiasan flora di bagian bawahnya.
Gambaran lain tentang bagaimana penataan koleksi Museum Airlangga Kediri yang masih sangat sederhana dan terkesan seadanya.
Arca penjaga yang diletakkan di sisi depan Museum Airlangga Kediri. Bentuknya aneh, menyerupai kucing atau anjing dengan buah pelir yang terpampang jelas diantara kedua kakinya.
Tengara nama Museum Airlangga yang masih sederhana dan mestinya sekarang telah diganti dengan tengara yang jauh lebih baik.
i sebelah samping kiri Museum Airlangga Kediri terdapat area terbuka di bawah pepohonan dimana disimpan beberapa koleksi Yoni, arca dan dan benda-benda peninggalan lain yang terbuat dari batu andesit.
Diubah: Desember 13, 2024.
Label: Airlangga, Jawa Timur, Kediri, Museum, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.