Museum oleh The International Council of Museums didefinisikan sebagai institusi permanen dalam pelayanan masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk masyarakat, yang mendapatkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan dan memamerkan warisan kemanusiaan dan lingkungannya yang kasat mata maupun tidak, untuk tujuan pendidikan, belajar, dan kesenangan.
Museum House of Sampoerna, selain yang ada pada definisi di atas, tampaknya juga berfungsi sebagai alat hubungan masyarakat serta ruang pamer bagi sejarah suksesnya sebuah bisnis keluarga.
House of Sampoerna ditutup tahun 2020 akibat Pandemi Covid-19, dan belum diketahui kapan akan dibuka lagi.
Saat memasuki kompleks Museum House of Sampoerna yang luas, saya melihat beberapa bangunan besar bergaya kolonial. Seorang petugas keamanan yang berjaga di gedung pertama, yang digunakan sebagai Cafe, memberi informasi bangunan mana yang dipakai sebagai Museum, yaitu yang di tengah kompleks.
Ketika memasuki gedung museum saya disapa sepasang anak muda yang dengan sopan meminta saya untuk mengisi formulir. Tidak dipungut biaya untuk masuk ke Museum House of Sampoerna.
Tampak depan House of Sampoerna dengan pilar besar yang megah.
Rumah ini dibangun pada 1862, dan semula digunakan sebagai panti asuhan putra yang dikelola pemerintah Belanda, sebelum dibeli oleh Liem Seeng Tee pada 1932.
Di dalam ruangan pertama Museum House of Sampoerna di bagian sebelah kanan, setelah pintu masuk, dipajang koleksi foto keluarga dan beberapa benda kenangan.
Museum House of Sampoerna terlihat ditata dan dirawat dengan baik, dengan penerangan yang cukup dan berpendingin udara yang nyaman di seluruh ruangan museum.
Di lantai dua museum ini pengunjung bisa membeli kaos, hadiah dan cindera mata, serta bisa melihat dari balik dinding kaca yang besar ke sebuah ruangan produksi rokok kretek di lantai satu yang masih menggunaka alat manual. Namun saya tidak diperbolehkan untuk memotret di lantai dua ini.
Bagian sebelah kiri di ruang pertama Museum House of Sampoerna memamerkan warung pertama yang dimiliki oleh sang pendiri, dan oven terbuat dari batu bata yang dipakai untuk mengeringkan tembakau oleh para petani tembakau di Lombok.
Rombong tempat penjualan rokok dahulu menjadi ujung tombak penjualan di kota hingga ke desa-desa. Eksistensi penjual rokok seperti ini sudah banyak terdesak dan terpinggirkan dengan menjamurnya bisnis mini market, serta pembatasan lahan trotoar sebagai tempat jualan bagi para pedagang kaki lima.
Indonesia memiliki sejarah budaya merokok yang sangat panjang, dan pada suatu ketika hampir semua orang, baik tua maupun muda, pria atau pun wanita, kaya atau miskin, menghisap asap tembakau yang pekat, baik yang tanpa campuran, maupun yang diberi tambahan cengkeh, atau klembak -menyan.
Yang disebut terakhir akan menghasilkan asap yang jauh lebih tebal dengan bau yang lebih menyengat dan menyebar kemana-mana.
Seragam Sampoerna Marching Band serta perlengkapan dan peralatannya dipamerkan diruangan utama Museum House of Sampoerna.
Sebuah kelompok berkekuatan 234 pekerja pabrik (sesuai merk rokoknya) ikut berpartisipasi dalam Tournaments of Roses di Pasadena, California, dan berparade dengan kendaraan hias Garuda dengan tema “Unity in Diversity”, dan memenangkan The International Trophy.
Sebuah mesin cetak tua dipamerkan di salah satu sudut ruang utama Museum House of Sampoerna.
Perokok Indonesia saat ini mungkin tidak sebanyak sebelumnya, secara persentase terhadap populasi total, namun tetap sangat bermakna dalam hal jumlah, dan merokok masih merupakan ritual hidup keseharian yang sangat penting bagi banyak orang.
Koleksi merk rokok yang dibuat oleh perusahaan rokok Sampoerna dipajang di dalam sebuah lemari di bagian belakang ruang utama Museum House of Sampoerna.
Merokok tidaklah seburuk yang orang bukan perokok pikir, dan tidak sebaik para perokok kira. Batasnya ada pada pengendalian diri. Baiknya ada rasa saling menghormati diantara perokok dan bukan perokok yang sama-sama berbagi udara di bawah langit.
Bukan perokok memiliki hak untuk menghirup udara segar tanpa asap rokok disekelilingnya, dan para perokok memiliki hak untuk memilih cara kehidupan dan kematiannya sendiri.
Dua orang pengunjung tampak sedang memperhatikan sebuah pajangan yang berisi informasi tentang Museum House of Sampoerna sementara seorang lagi sedang memeriksa hasil foto pada kameranya.
Di sebelah kanan adalah andong pribadi yang berisi hanya dua tempat duduk dan ditarik oleh seekor kuda. Di latar belakang merupakan foto kegiatan olah raga dayung yang disponsori oleh rokok Dji Sam Soe.
Pada dinding adalah foto dari keluarga pemilik pabrik rokok Sampoerna dengan lemari pajang di bawahnya yang berisi memorabilia.
Di meja ada sebuah patung dada seorang pria tua yang mengenakan blangkon dengan sebatang rokok terselip di bibirnya.
Foto keluarga dan lemari pajang berisi berbagai piala kejuaraan olah raga yang disponsori oleh pabrik rokok ini.
Kegiatan olah raga umumnya menarik banyak penonton, baik yang melihat secara langsung maupun lewat media lainnya, sehingga perusahaan rokok sering menjadi sponsor utama kegiatan semacam itu, selain kegiatan massal lain seperti konser musik.
Pandangan dekat pada warung pertama yang dimiliki oleh pendiri Pabrik Rokok Sampoerna.
Dua ekor ayam yang bertengger di atas atap rumbia menggambarkan kesederhanaan lokasi dimana warung ini berada, yang juga terlihat dari bahan bangunan terbuat dari bambu serta tali ijuk sebagai pengikatnya.
Pada dinding adalah foto yang memperlihatkan ketika seorang pria tengah memanen cengkeh dari pohonnya sebagai salah satu unsur ramuan penting rokok kretek.
Koleksi sepeda tua dan timbangan serta bahan-bahan pembuat rokok diletakkan di sudut ruangan museum ini.
Mesin manual di latar depan tampaknya adalah untuk menghancurkan daun tembakau atau cengkeh serta bahan baku rokok lainnya, sedangkan bangunan dari bata di belakangnya adalah ruangan oven untuk pengeringan daun tembakau.
Keterangan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tentang warung pertama yang dimiliki oleh pendiri pabrik rokok Sampoerna.
Banyak bisnis raksasa dimulai dari bisnis kecil-kecilan yang seiring waktu berkembang menjadi besar, walau pun selalu ada periode jatuh bangun yang harus dialami oleh karena berbagai sebab. Jatuh bangunnya sebuah bisnis merupakan ujian bagi keuletan seorang pebisnis.
Penjelasan tentang koleksi sepeda tua yang dimiliki oleh pendiri pabrik rokok ini.
Pada jaman dahulu, mempunyai sepeda sudah merupakan hal yang cukup istimewa ketika sebagian besar orang pergi ke tempat yang jauh dengan hanya berjalan kaki.
Pojok ruang yang berisi berbagai dokumentasi foto yang sedikit memberi gambaran tentang peristiwa di masa lalu.
Poster yang menceritakan riwayat kelompok perusahaan Sampoerna yang didirikan pada tahun 1913 oleh Liem Seeng Tee. Perusahaan ini pada tahun 2006 telah sanggup mempekerjakan lebih dari 31.700 orang karyawan dengan penjualan mencapai Rp29,5 triliun. Belum lagi karyawan di perusahaan mitra bisnisnya.
Koleksi mesin Hedelberg yang pernah digunakan oleh pabrik rokok Sampoerna sebagai bagian usaha mekanisasi produksi rokok.
Di sebelah kanan adalah lemari pajangan yang memperlihatkan bahan-bahan yang umumnya digunakan dalam produksi rokok di Indonesia.
Rombong pedagang kecil seperti ini sering dibuatkan oleh sponsor pabrik rokok sebagai bagian dari kegiatan promosi produk. Berbagai keperluan sehari-hari yang sering dibutuhkan umunya bisa ditemukan di warung kecil semacam ini.
Penampakan bagian depan Gedung House of Sampoerna yang saya ambil fotonya sesaat sebelum kami meninggalkan tempat ini.
Pada hari kerja, Senin - Jumat sampai sekitar jam 3 sore, pengunjung Museum House of Sampoerna bisa bergabung dengan sekitar 3.500 wanita yang bekerja di pabrik ini, untuk melinting rokok dengan menggunakan peralatan tradisional untuk membuat rokok Dji Sam Soe.
Para pekerja wanita itu bisa melinting lebih dari 325 batang rokok per jam.
Lokasi Museum House of Sampoerna Surabaya dari Tunjungan Plaza & Sheraton Hotel: sekitar 5,4 km, 12 menit. Ambil Jl. Embong Malang di depan Plaza/Hotel, ke kanan pada belokan pertama masuk ke Jl. Blauran, melewati lampu merah masuk ke Jl. Bubutan, ambil jalur cepat di sebelah kanan; tetap lurus pada perempatan lampu merah berikutnya melewati Tugu Pahlawan di sebelah kanan.
Di ujung jalan, ikuti tanda “House of Sampoerna”, belok kiri ke Jl. Indrapura. Dari sini ikuti terus tanda “House of Sampoerna”, yang tinggal 5 menit lagi akan sampai di sana.
Museum House of Sampoerna Surabaya
Kompleks House of Sampoerna, Taman Sampoerna 6, Kawasan Kota Tua, Surabaya. Telp 031-3539000, fax 3539009. Email hos.surabaya@sampoerna.com. Lokasi GPS : -7.2310921, 112.7340845, Waze. Jam buka : Tiap hari 09.00-22.00. Harga tiket masuk : gratis. Jadwal Tur Surabaya Heritage Track (gratis, naik dari museum HOS): Tur pendek dari Selasa s/d Kamis: 10.00-11.30; 13.00-14.30; 15.00-16.30. Tur panjang di hari Jumat s/d Minggu 09.00-11.00; 13.00-14.30. 15.00-17.00. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata Surabaya.Diubah: November 06, 2024.Label: Jawa Timur, Museum, Surabaya, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.