Masih banyak area hijau di kawasan itu, dan karena dalam pengawasan militer maka kami melewati dua pos jaga, namun tak ada hambatan setelah mengatakan kemana kami akan menuju, meski yang kami lalui bukan jalur yang lazim. Alternatif jalan lainnya adalah lewat Jalan Jatiwaringin Raya atau Tol Jagorawi, dan masuk lewat Jalan Trikora di hampir di ujung Jl Inspeksi Saluran Kali Malang.
Keuntungan berkunjung ke Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma Jakarta Timur melalui jalan tembus di dalam kawasan TNI-AU adalah selain jaraknya lebih pendek, tidak macet, juga pemandangannya menyegarkan mata karena masih banyak area hijau dengan pepohonan rimbun. Kami juga sempat melewati jalan yang tak begitu jauh dari ujung Landasan Pacu Bandara Halim Perdanakusuma, tak jauh dari hanggar pesawat kecil.
Tampak muka Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma dengan halaman yang luas, dan ada tiga undakan dengan yang lebar ada di tengah, berakhir di gapura candi bentar yang cantik. Meski pagar tidak dikunci namun sebelum melangkahkan kaki ke dalam, pak Dayat lebih dulu menemui penjaga dan mendapat ijin untuk masuk ke dalam pura.
Candi Bentar
Sepasang arca raksasa memegang gada berkain poleng tampak berjaga di depan gapura. Ada pula Makara, dan prasasti di depan gapura Candi Bentar. Prasasti dengan empat bintang itu menyebutkan bahwa pada hari Jumat, 27 Oktober 1995, dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan "Pura Agung Taman Sari" Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Rilo Pambudi.Candi bentar adalah gapura simetri cermin yang terpisah sempurna tanpa atap penghubung, merupakan pemisah nista mandala (jaba pisan, halaman luar) dengan madya mandala (jaba tengah, halaman tengah). Sedangkan gapura paduraksa atau gerbang Kori Agung yang memiliki atap penutup dibuat sebagai pemisah jaba tengah dengan utama mandala (jero). Pura yang cukup besar ini juga memiliki akses dari sisi samping kiri dan kanan.
Kori Agung
Kori Agung di Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma Jakarta Timur yang berbentuk gapura paduraksa cantik, diapit oleh sepasang pintu tambahan di kiri kanannya. Di atas pintu utama terdapat relief Kala pada 4 dari 7 meru, sedangkan di kedua kori tambahan terdapat relief Kala pada 3 dari 5 meru yang ada. Kedua sisi tangga kori utama dijaga oleh sepasang naga, sepasang Makara, dan sepasang raksasa memegang gada.Prasasti di belakang Kori Agung menyebut Ngeteg Linggih Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma adalah tanggal 11 Mei 1998 bertepatan Purnama Sidhi Sasih Jiyestha Tahun Saka 1920. Pada prasasti terdapat lambang Swastika yang menggambarkan keharmonisan perputaran alam semesta dan kemahabesaran Sang Hyang Widhi Wasa selaku Maha Pencipta.
Garis tegak melambangkan keharmonisan hubungan manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa, dan garis mendatar melambangkan keharmonisan hubungan antar sesama manusia dan alam semesta. Arti Swastika sendiri adalah keselamatan atau kesejahteraan.
Bale
Di area tengah terdapat satu buah bale berukuran besar di sisi sebelah kiri, dan sebuah lagi yang berukuran lebih kecil di sisi sebelah kanan. Yang biasanya ada di area tengah adalah Bale Kulkul, Bale Gong (Bale gamelan), Wantilan (Bale pertemuan), Bale Pesandekan, dan Perantenan. Karena hanya dua bale di pura ini, bale besar di sebelah kiri sepertinya berfungsi ganda atau lebih.Meru
Di area paling sakral, Utama Mandala Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma terdapat meru di tengahnya, yang disangga oleh Bedawang Nala atau penyu bermoncong api (Kurmagni) serta dibelit oleh dua ekor naga, yaitu Anantaboga lambang lapisan bumi sebagai sumber sandang, pangan dan papan, dan Naga Basuki sebagai simbol air. Pada puncak meru terdapat sebuah payung putih.Meru umumnya merupakan stana Dewa Wisnu yang dipuja di pura semacam ini. Meru adalah lambang Gunung Mahameru sebagai stana bersemayamnya para Dewa. Gunung dengan hutan lebat dilerengnya dan lembah subur di kakinya merupakan sumber mata air yang mengalir menjadi sungai-sungai yang airnya memberikan kesejahteraan atau Amerta bagi umat manusia, sebelum berakhir di laut.
Sedahan Penglurah
Di sebelah kanan meru ada Sedahan Penglurah berbentuk tugu yang berfungsi sebagai penjaga keselamatan dan keamanan pura. Sedangkan di sebelah kiri meru adalah Ratu Made Jelawung yang berbentuk gedong, berfungsi sebagai tempat pepatih (pendamping) Dewa yang berstana di Meru. Agak sedikit ke depan ada sepasang guci ungu disaput warna emas.Dua puluh baris tegel berwarna kuning, diselang rumput, membentang sejauh 12 meter dan selebar masing-masing 4 meter di sebelah kiri dan kanan adalah tempat duduk umat saat berlangsung ritual. Di area utama mandala Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma Jakarta ini terdapat empat bale, satu di dekat kori agung, satu di sebelah kanan, dan dua di sebelah kiri.
Pura Agung Taman Sari Halim Perdana Kusuma berada di atas tanah seluas 1,5 Ha dengan luas area pura sekitar 7.000 m2. Di bagian depan sebelah kanan, di dekat candi bentar, ada pelinggih Pura Dalem Ped untuk sembahyang dan memohon sesuatu. Di luar area parkir terdapat sejumlah patung, satu diantaranya adalah patung Ganesha, dan dua lainnya patung dengan warna-warni elok yang memegang kendi.
Alamat Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma berada di Jl. Pura Agung Taman Sari, Kompleks Lanud Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Telp 021-8613719. Lokasi GPS : -6.2488913, 106.895586, Waze. Jam buka : sepanjang waktu. Harga tiket masuk : gratis. Hotel di Jakarta Timur, Hotel Melati di Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Timur, Nomor Telepon Penting.Diubah: November 14, 2024.
Label: Jakarta, Jakarta Timur, Pura, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.