Di Museum Pengkhianatan PKI, sebelum ruang diorama, terdapat ruang intro yang menampilkan tiga mosaik, yaitu mosaik keganasan korban keganasan Pemberontakan PKI di Madiun pada 1948, mosaik pengangkatan jenazah 7 Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965, dan mosaik Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa terhadap tokoh-tokoh PKI pada 1966-1967.
Adapaun ringkasan teks Diorama Museum Pengkhianatan PKI yang keseluruhannya berjumlah 34 buah adalah sebagai berikut.
1. Peristiwa Tiga Daerah
4 November 1945
Setelah proklamasi, kelompok komunis bawah tanah mulai menyusupi ormas dan gerakan pemuda, seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Pada 8 Oktober 1945, AMRI Slawi dipimpin Sakirman dan AMRI Talang dipimpin Kutil menangkapi dan membunuh pejabat pemerintah. Kemudian pada 4 November 1945, pasukan AMRI menyerbu Kantor Kabupaten dan Markas TKR di Tegal, namun gagal. Tokoh komunis lalu membentuk Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah untuk merebut kekuasaan di Tegal, Brebes dan Pekalongan.
2. Aksi Teror Gerombolan Ce' Mamat
9 Desember 1945
Ce' Mamat, tokoh komunis yang menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia Serang, membentuk Dewan Pemerintahan Rakyat Serang pada 17 Oktober 1945, dan merebut kekuasaan pemerintahan Karesidenan Banten. Mereka menculik dan membunuh Bupati Lebak, R. Hardiwinangun, di Jembatan Sungai Cimancak pada 9 Desember 1945.
3. Aksi Kekerasan Pasukan Ubel-Ubel di Sepatan Tangerang
12 Desember 1945
Pada 18 Oktober 1945, Badan Direktorium Dewan Pusat yang dipimpin Ahmad Khairun dengan dukungan tokoh-tokoh komunis bawah tanah, berhasil mengambil alih kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia di Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara. Laskar Hitam atau pasukan ubel-ubel yang mereka bentuk, membunuh tokoh nasional Oto Iskandar Dinata di daerah Mauk pada 12 Desember 1945.
4. Pemberontakan PKI di Cirebon
12 Februari 1946
PKI, dibawah pimpinan Yoesoef dan Soeprapto, yang mendatangkan 3.000 anggota Laskar Merah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ke Cirebon dalam rangka konferensi Laskar Merah, berhasil melucuti TRI, menduduki gedung-gedung penting dan Pelabuhan Cirebon pada 12 Februari 1946. Pada 14 Februari 1946, TRI melakukan serangan balik dan berhasil menguasai kembali Kota Cirebon.
5. Peristiwa Revolusi Sosial di Langkat
9 Maret 1946
PKI menggerakkan revolusi sosial di Langkat pada 3 Maret 1946, membunuh raja-raja dan keluarganya, serta merampas harta benda kerajaan. Pada 9 Maret 1946, PKI menyerbu Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura.
6. Pemogokan Buruh Sarbupri di Delanggu
23 Juni 1948
Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia (Sarbupri), organisasi buruh PKI yang beranggotakan 15.000 buruh pabrik goni di 7 perusahaan pemerintah di Delanggu, Klaten, melancarkan pemogokan total pada 23 Juni 1948 untuk menuntut kenaikan upah. Aksi pemogokan berakhir pada 18 Juli 1948 setelah partai-partai politik mengeluarkan pernyataan menyetujui Program Nasional.
7. Pengacauan Surakarta
19 Agustus 1948
Ketika berlangsung pasar malam Sriwedari pada 19 Agustus 1948 dalam rangkaian peringatan Kemerdekaan RI, PKI membakar ruang pameran Jawatan Pertambangan guna mengalihkan perhatian TNI agar gerakan pemberontakan PKI di Madiun bisa berjalan lancar.
8. Pemberontakan PKI d Madiun
18 September 1948
Pada saat RI sibuk menghadapi Belanda, PKI melancarkan kampanye politik menyerang pemerintah, melakukan aksi teror, mengadu domba angkatan bersenjata dan melakukan sabotase ekonomi. Pada 18 September 1948 dinihari, PKI melakukan aksi pembunuhan terhadap sejumlah tokoh militer, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat di Madiun. PKI kemudian mengumumkan berdirinya Soviet Republik Indonesia serta pembentukan Pemerintah Front Nasional di Gedung Karesidenan Madiun.
9. Pembunuhan di Kawedanan Ngawen, Blora
20 September 1948
Markas Kepolisian Distrik Ngawen diserang pasukan PKI pada 18 September 1948, dan menahan 31 anggota polisi. Pada 20 September 1948, atas perintah Komandan Pasukan PKI Blora, tujuh diantaranya dibunuh secara bergantian dengan menjepit leher mereka dengan dua batang bambu yang dipegang dua orang, lalu dibuang ke kakus di belakang kawedanan dan ditembak.
10. Pembebasan Gorang-Gareng
28 September 1948
Gorang-Gareng adalah sebuah kota kecil di Utara Kota Madiun, dimana PKI menahan sejumlah orang di Pabrik Gula Rejosari yang telah mereka jadikan markas. Pada 28 September 1948, Batalyon Sambas berhasil membebaskan para tawanan dan menemukan puluhan orang yang telah dibunuh oleh PKI di tempat itu.
11. Penghancuran PKI di Sooko
28 September 1948
Kubu pertahanan PKI di Desa Sooko, di kaki Gunung Wilis, Ponorogo, diserbu pasukan TNI dari dua arah oleh Kompi Sumadi dari Batalyon Sunandar dan Kompi Sabirin Mochtar dari Batalyon Mujayin pada 28 September 1948. Kubu pertahanan pemberontak PKI dari Batalyon Maladi Yusuf, pasukan Soebardi dan pasukan Panjang Djokopriyono ini berhasil dihancurkan.
12. Pembantaian di Dungus
1 Oktober 1948
Pada 30 Oktober 1948, tokoh-tokoh dan pasukan PKI yang telah terdesak akhirnya meninggalkan Madiun dan membuat basis pertahanan di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kawedanan Dungus, dengan membawa tawanan yang terdiri dari para perwira TNI dan Polisi, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat. Ketika Dungus diserbu TNI pada 1 Oktober 1948, hampir semua tawanan itu dibantai PKI dengan cara ditembak atau dipenggal kepalanya.
13. Muso Tertembak Mati
31 Oktober 1948
Setelah beberapa basis pertahanannya dikuasai TNI, pasukan PKI berusaha menguasai Ponorogo, namun gagal. Pimpinan PKI pun terpecah menjadi beberapa kelompok untuk tidak menarik perhatian. Muso yang menyamar, bersama pengawalnya melarikan diri ke Desa Semanding, Kecamatan Sumoroto, Ponorogo, namun tempat persembunyiannya diketahui TNI. Muso, yang menolak untuk menyerah, tewas tertembak di tempat ini.
14. Pembunuhan Massal di Tirtomoyo
4 Oktober 1948
PKI melakukan aksi penculikan terhadap pejabat pemerintah, lawan politik dan tokoh masyarakat di daerah Wonogiri, dan menyekap mereka di dalam sebuah ruangan bekas laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomoyo. Tawanan yang berjumlah 212 orang itu dibunuh secara bertahap dengan berbagai cara mulai 4 Oktober 1948.
15. Penangkapan Amir Syarifudin
29 November 1948
Dalam pelariannya dari kejaran TNI, Amir Syarifudin dan rombongannya tiba di Purwodadi dan bersembunyi di Gua Macan di Gunung Pegat, Kecamatan Klambu. Pada 29 November Amir Syarifudin dan beberapa tokoh PKI lainnya akhirnya menyerah setelah tempat persembunyiannya diketahui dan dikepung oleh TNI.
16. Serangan Gerombolan PKI di Markas Polisi Tanjung Priok
6 Agustus 1951
Pada pukul 19.00, 6 Agustus 1951, Gerombolan Eteh berkekuatan puluhan orang, bersenjata tajam dan senjata api, memakai ikat kepala berlambang burung merpati dan palu arit, menyerbu Asrama Brimob Polisi di Tanjung Priok untuk merebut senjata. Mereka berhasil merebut 1 pucuk bren, 7 karaben, dan 2 buah pistol.
17. Peristiwa Tanjung Morawa
16 Maret 1953
Pada 1953, Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur berencana membuat sawah percontohan di area bekas perkebunan tembakau di Desa Perdamaian, Tanjung Morawa, namun rencana ini ditentang oleh para penggarap yang telah menempati area itu. Pada 16 Maret 1953 ketika petugas pemerintah, dengan dikawal polisi, mentraktor area tersebut, massa tani yang didalangi Barisan Tani Indonesia (ormas PKI) melakukan tindakan brutal.
18. Lahirnya MKTBP PKI
14 Maret 1954
Sejak 1950, dibawah pimpinan tokoh-tokoh muda seperti DN Aidit, PKI bangkit kembali. PKI menyusun metode perjuangan yang diberi nama Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan (MKTBP), yang dirumuskan pada Kongres Nasional V PKI pada 14 Maret 1954, diantaranya adalah perjuangan gerilya di desa, perjuangan revolusioner kaum buruh di kota, dan bekerja intensif di kalangan ABRI.
19. DN Aidit Diadili
25 Februari 1955
Pada 13 September 1953, DN Aidit yang menjadi Sekjen Polit Biro CC (Comite Central) PKI mengeluarkan statemen berjudul "Peringati Peristiwa Madiun secara Intern", yang menyatakan bahwa pemberontakan PKI itu bukan dilakukan PKI tetapi akibat provokasi Pemerintah Hatta. Karena pernyataannya itu, DN Aidit diadili dan diputuskan bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta pada 25 Februari 1955.
20. Kampanye Budaya PKI
25 Maret 1963
Melalu Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), dan semua lembaga di bawahnya, PKI memasukkan ideologi komunis ke dalam seni dan sastra, mempolitikkan budayawan dan mendiskreditkan mereka yang tidak sepaham. Pada 22-25 Maret 1963, berlangsung Konferensi Nasional I Lembaga Sastra Indonesia di Medan, yang selain membahasa budaya dan sastra yang harus bernafas komunis, juga membahas masalah politik dengan menuntut pemerintah membentuk Kabinet Gotong Royong agar tokoh-tokoh PKI bisa duduk di dalamnya.
21. Rongrongan PKI Terhadap ABRI
1964 - 1965
Kampanye anti ABRI, khususnya terhadap Angkatan Darat, dilancarkan PKI dengan melemparkan berbagai tuduhan, isu, provokasi, fitnah politik, menuntut pembubaran aparat teritorial, dan menebar isu dibentuknya Dewan Jenderal pada 1965. Semua ini terjadi karena PKI gagal menyusup ke tubuh Angkatan Darat.
22. Peristiwa Kanigoro
13 Januari 1965
Para peserta Mental Training Pelajar Islam Indonesia Jawa Timur di Kecamatan Kras, Kediri, diserang oleh massa Pemuda Rakyat dan Barisan Tani Indonesia pada 13 Januari 1965. Mereka menyiksa para peserta, menginjak-injak Al-Qur'an, dan menangkap beberapa peserta latihan dan tokoh agama setempat, yang dibebaskan hari itu juga berkat campur tangan Camat Kras.
23. Peristiwa Bandar Betsi
14 Mei 1965
PKI berusaha menggagalkan rencana landreform pemerintah dengan melancarkan aksi menguasai secara sepihak tanah negara di berbagai tempat. Pada 14 Mei 1965, 200 anggota Barisan Tani Indonesia, Pemuda Rakyat dan Gerakan Wanita Indonesia, menanami tanpa ijin tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara Karet IX Bandar Betsi, Pematang Siantar, dan mengeroyok hingga tewas Pelda Sudjono yang dikaryakan di perkebunan itu.
24. Pawai Orensif Revolusioner PKI di Jakarta
23 Mei 1965
Setelah merasa kuat, PKI melancarkan aksi ofensif revolusioner untuk menggalang dan mempengaruhi massa, dengan melakukan teror, menuntut pembentukan Kabinet Nasakom, menuntut pembentukan Angkatan Kelima (mempersenjatai buruh dan tani), dan menyelenggarakan rapat-rapat raksasa, seperti yang terjadi pada 23 Mei 1965 di Stadion Utama Senayan Jakarta dalam peringatan ulang tahun ke-45 PKI. Pada saat itu DN Aidit memerintahkan massa PKI untuk meningkatkan 'Ofensif Revolusioner sampai ke puncaknya'.
25. Penyerbuan Gubernuran Jawa Timur
27 September 1965
Dengan alasan akan menyampaikan resolusi penurunan harga 9 bahan pokok, Gerwani yang mengatasnamakan "Gabungan Organisasi Wanita Surabaya" pimpinan isteri Walikota meminta Gubernur Jawa Timur Wiyono untuk bertemu, dan disetujui akan diterima pada pukul 10.00, 27 Desember 1965. Namun yang datang adalah massa PKI dari PR, BTI, CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) dan Gerwani, yang membuat kerusuhan, merusak berbagai peralatan kantor, dan berusaha menangkap gubernur. Kerusuhan diatasi setelah didatangkan bantuan dari ABRI.
26. Penguasaan Kembali Gedung RRI Pusat
1 Oktober 1965
Selain menculik dan membunuh para petinggi TNI Angkatan Darat, pasukan PKI juga menguasai Gedung Pusat Telekomunikasi dan Radio Republik Indonesia Pusat pada dinihari 1 Oktober 1965. Melalui RRI, PKI mengumumkan telah menyelamatkan negara dari kudeta "Dewan Jenderal", pembentukan Dewan Revolusioner, dan pendemisioneran kabinet. Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto kemudian memerintahkan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) untuk menguasai kembali kedua gedung tersebut, dan berhasil dilakukan pada hari itu juga.
27. Peristiwa Kentungan Yogyakarta
21 Oktober 1965
Pasukan PKI menyerbu dan menguasai Markas Korem 072 dan RRI Yogyakarta pada 1 Oktober 1965, dan mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi. Komandan Korem 072 Kolonel Katamso dan Kepala Staf Letkol Sugiyono diculik pada sore harinya dan dibawa ke Kentungan. Mereka dipukul dengan kunci mortir, dan tubuhnya dimasukkan ke dalam sebuah lubang. Jenazah mereka baru ditemukan pada 21 Oktober 1965.
28. Rapat Umum Front Pancasila
9 November 1965
Berbagai golongan masyarakat yang tergabung dalam Komando Aksi Pengganyangan Kontra Revolusi (G.30.S/PKI) mengadakan Rapat Raksasa di Lapangan Banteng pada 23 Oktober 1965, dimana Front Pancasila membuat resolusi yang menuntut pembubaran PKI dan semua organisasi massa di bawahnya, serta mengadili tokoh-tokoh PKI.
29. Penangkapan DN Aidit
22 November 1965
DN Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah, yang merupakan basis utama PKI, setelah gagalnya G.30.S/PKI. Tempat persembunyian DN Aidit yang selalu berpindah-pindah, akhirnya diketahui ketika berada di sebuah rumah di Kampung Sambeng Gede, Solo. DN Aidit ditangkap dan dibawa ke Loji Gandrung, Solo, pada 22 November 1965.
30. Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa
14 Februari 1966
Sidang pertama Mahmilub diselenggarakan pada 14 Februrari 1966 untuk mengadili Nyono bin Sastro Rejo, anggota Politbiro CC PKI. Nyono dijatuhi hukuman mati karena terbukti bersalah sebagai perencana dan penggerak G.30.S/PKI.
31. Rakyat Jakarta Menyambut Pembubaran PKI
12 Maret 1966
Setelah memegang Surat Perintah 11 Maret 1966, Letjen TNI Soeharto mengeluarkan keputusan yang diumumkan pada pukul 06.00, 12 Maret 1966, melalui corong RRI tentang pembubaran PKI dan ormas-ormas di bawahnya, dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah kekuasaan RI. Massa Rakyat Jakarta turun ke jalan dengan membawa poster-poster sebagai ungkapan rasa gembira dan syukur.
32. Operasi Trisula di Blitar Selatan
20 Juli 1968
Setelah dibubarkan, sisa-sisa PKI membangun basis-basis gerilya yang disebut Comite Proyek (Compro). Melalui Compo Blitar Selatan, PKI membentuk Central Comite dan Comite Daerah Besar Jawa Timur. Mereka menyusun kekuatan bersenjata, membuat kubu pertahanan, melakukan agitasi dan propaganda. Operasi Trisula pun digelar oleh Kodam VII Brawijaya untuk menumpas gerakan tersebut, dan pada 20 Juli 1968 berhasil ditangkap sejumlah tokoh PKI.
33. Penumpasan Gerakan PKI Ilegal Iramani di Purwodadi
27 Januari 1973
Seorang kader PKI yang bernama Samsudin, alias Iramani, membina sejumlah mantan tahanan G.30.S/PKI sejak 1968, dan membentuk Comite Pangkalan Mobil dan Prajurit Gerilya (Praga) di daerah Purwodadi, dan berhasil membina 7.000 orang. Pada 27 Januari, ABRI berhasil menangkap 29 orang anggota gerombolan, dan menumpas "Gerakan Pembangunan Kembali PKI" tersebut.
34. Tertembak Matinya SA Sofyan
12 Januari 1974
Sisa-sisa PKI Kalimantan Barat dibawah pimpinan SA Sofyan, mendirikan PKI gayu baru, dan mendapat dukungan dari Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku). Mulai Februrai 1969 ABRI melancarkan Operasi Bersih III, dan pada 12 Januari 1974, Pasukan RPKAD berhasil menemukan persembunyian SA Sofyan yang tewas dalam baku tembak.Diubah: Maret 17, 2018.
Label:
Jakarta,
Jakarta Timur,
Museum,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.