Kelenteng Tien Kok Sie: Setua Keraton Solo

Lokasi Kelenteng Tien Kok Sie Solo dekat dengan Pasar Gede, sehingga jalanan di depan kelenteng cukup sibuk, dan halamannya sesak lantaran jadi tempat parkir kendaraan. Parkir selalu menjadi masalah di semua kota, bukan karena lahan parkir kurang, namun karena sistem transportasi massal yang belum memadai.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo dibangun pada 1745, setahun setelah Keraton Solo. Kelenteng yang sebelumnya di Kartosuro ini ikut pindah mengikuti keraton yang dibangun bertahap mulai 1744 - 1745 setelah hancurnya Keraton Kartosuro akibat Geger Pecinan pada 1743.

Beberapa orang yang saya tengarai sebagai pengurus Kelenteng Tien Kok Sie Solo tampak ramah terhadap semua pengunjung, termasuk pengunjung asing seperti saya yang tak dikenalnya. Mereka memberi angguk kepala dan senyuman tipis, serta mempersilahkan saya untuk masuk dan berkeliling di kelenteng yang luas bangunannya sekitar 250 m2 ini.

Pada dinding sebelah kanan Kelenteng Tien Kok Sie Solo terdapat tulisan "Tempat Ibadah Tridharma", dan di bawahnya ada tiga huruf Tiongkok, lalu tulisan "Tien Kok Sie, Avalokitesvara, Pasar Gedhe - Surakarta", dengan dasar kuning. Sebagai TITD (Tempat Ibadah Tri Darma(, kelenteng ini menyediakan altar Buddha, Konghucu, dan Tao.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Sepasang Arca Ciok Say (Singa) penolak bala terlihat berjaga di luar pagar Kelenteng Tien Kok Sie Solo. Seperti biasa, arca singa betina bermain dengan anaknya sedangkan singa jantan memegang bola kaki. Di atas wuwungan kelenteng terdapat arca sepasang naga tengah berebut mustika dan ada lagi sepasang naga buntet pada atap di belakangnya.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Seorang perempuan setengah baya berdoa sendirian di depan altar Bi Lek Hud. Ia lalu melakukan ritual Ciam Si, tradisi Tionghoa sebagai sarana meramal berdasar syair-syair kuno, di depan altar Kwan She Im Phosat, altar utama atau tuan rumah di Kelenteng Tien Kok Sie Solo. Dalam melakukan ritual itu ia dipandu oleh seorang petugas kelenteng.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Seorang wanita bersembahyang di altar Pauw Sing Tay Tee yang semasa hidupnya dikenal sebagai tabib sakti penolong rakyat jelata. Ia lahir di jaman Kaisar Song Dai Zong, Dinasti Song pada 979 M. Pada penanggalan lunar hari lahirnya diperingati pada bulan tiga tanggal limabelas.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Sebelah kanan adalah lukisan dewa penjaga pintu yang memegang alat musik di Kelenteng Tien Kok Sie Solo, dengan latar genta dan lukisan klasik pada dinding. Pilar berlilit naga terlihat di sebelah kiri ruangan yang atapnya penuh dengan kayu berukir elok.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Lukisan klasik Tiongkok kuno yang masing-masing lukisan menggambarkan sebuah kisah yang mengandung pesan moral tinggi yang sudah berumur ribuan tahun namun masih relevan hingga saat ini.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Tambur yang digantung di dekat tembok lukisan klasik. Sejauh saya melihat belum ada tambur di dalam kelenteng yang badan bedugnya diukir, sebagaimana saya lihat di sebagian masjid.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Ornamen sepasang singa menggemaskan berwarna keemasan pada blandar Kelenteng Tien Kok Sie Solo. Ornamen bunga dan dedaunan, serta lukisan naga juga ikut menghiasi kayu-kayu penopang atap dengan warna dominan merah, kuning keemasan dan hijau.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Serambi kelenteng dimana terdapat hiolo, lengkap dengan sesajian. Masuk ke dalam ada genta yang berada di sisi kanan ruangan, dan tambur di sisi kiri, keduanya menggantung di langit-langit ruangan. Pada kedua tembok kiri dan kanan terdapat mural yang indah.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Ritual ciamsi yang dipandu oleh seorang petugas kelenteng. Ritual Ciam Si yang pertama tampaknya gagal. Ia ulangi lagi. Belum juga memuaskan. Ia pun berdoa di altar lain dulu, dan kembali melakukan ritual Ciam Si itu sekali lagi. Kali ini tampaknya ia berhasil.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Bersembahyang di altar Kwan She Im Po Sat. Rupang atau arca Kwan Im terlihat pada posisi duduk di atas bunga teratai merah muda bersusun tiga dan dikelilingi oleh dayang-dayangnya. Sejumlah buah persembahan tampak di meja altar yang dihiasi vas berisi bunga sedap malam.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Hiolo segi empat dengan bersayap di sebelah kiri itu berada di altar Thian Siang Seng Bo, sedangkan hiolo di kanan adalah persembahan untuk Se Pak Luo Han (18 Arahat). Arahat adalah orang yang telah mencapai tujuan kehidupan religius tertinggi, terutama dalam agama Budha Theravada.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Bersembahyang di altar Thian Siang Sing Bo (Tian Shang Sheng Mu, Bunda Suci dari Langit), yang juga dikenal dengan sebutan Ma Zu atau Mak Co. Ia adalah Dewi Laut, penolong para pelaut, serta pelindung di wilayah Selatan dan para imigran di Asia Tenggara.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Ukiran tiga dimensi cantik yang dibuat pada bagian bawah meja yang ada di altar utama Kelenteng Tien Kok Sie Solo. Ukiran itu mestinya memiliki makna tertentu, setidaknya berisi sebuah kisah, yang saya belum ketahui itu apa.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Altar pemujaan bagi Kwan Seng Tee Kun atau Kwan Kong, jenderal di zaman Sam Kok pada 219 M. Nama aslinya adalah Guan Yu atau Guan Yin Zhang. Dalam Buddha Mahayana, gelar Tee Kun atau Tek Kun setingkat Bodhisattva.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Altar pemujaan bagi Fuk Lu Sho atau Fu Lu Shou, yaitu dewa Fu Xing, Lu Xing, dan Shou Xing (Xing artinya "bintang"). Fu Lu Shou merupakan pemujaan bagi kesempurnaan hidup, yaitu Keberuntungan (Fu), Kekayaan (Lu), dan Umur Panjang (Shou). Pemujaan Fu Lu Shou diperkirakan dimulai pada jaman Dinasti Ming.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Persembahan buah-buahan, seperti pir, apel, jeruk, dan pisang yang diletakkan di atas meja di altar Kwan Kong. Buah lainnya yang biasa dipakai adalah anggur, nenas, mangga, ketimun, menyesuaikan dengan yang ada disekitar. Namun buah yang berduri tidak boleh digunakan, agar hidup berjalan mulus dan lancar.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Altar Co Su Kong, Dewa Pelindung imigran. Beliau lahir di pegunungan Feng Chai Shan, Qing Xi, Fujian pada 6 bulan 11 Imlek, 1044 M, jaman Kaisar Ren Zhong, Dinasti Song.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Pandangan lebih dekat oada arca Kwan Kong di Kelenteng Tien Kok Sie Solo yang didampingi oleh Guan Ping (anak angkatnya) dan Zhou Zhang (pengawal setianya).

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Altar sembahyang bagi tiga nabi besar bagi orang Tionghoa, yaitu Konghucu (konfusius), She Cia Mo Ni (Buddha), dan Thay Sang Lo Kun (Lao Tze). Altar ini biasanya selalu ada di gedung TITD (tempat ibadah Tri Dharma).

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Altar sembahyang bagi sang Buddha. Agama Buddha di Tiongkok telah mengalami penyesuaian dengan kebiasaan dan kepercayaan masyarakat, sehingga ada perbedaan dengan agama aslinya.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Tampak muka Kelenteng Tien Kok Sie Solo. Pada dinding sebelah kanannya terdapat tulisan "Tempat Ibadah Tridharma", dan di bawahnya ada tiga huruf Tiongkok, lalu tulisan "Tien Kok Sie, Avalokitesvara, Pasar Gedhe ‚ Surakarta", dengan dasar kuning.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Bunga sedap malam menjadi penghias bagi altar Ji Lay Hud, dengan sajian buah-buahan di depannya serta sebuah hiolo segi empat dengan sayap di kiri kanannya. Sepasang naga berebut mustika dilukis di bagian depan meja altar.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Altar Pauw Sing Tay Tee dengan hiolo berbentuk bulat keemasan dengan baluran warna putih. Buah apel, peer, jeruk belimbing tampak di meja altar. Tak pernah terpikir untuk menanyakan berapa lama buah-buahan itu berada di meja altar, dan kapan serta siapa yang kemudian memakan buah-buahan itu.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Tulisan berbunyi “Khusus meja sesaji, dilarang menaruh lilin” tampak di meja altar Kwan Im Po Sat. Kebakaran kelenteng oleh karena lilin sudah sering terjadi, sehingga sejumlah kelenteng telah menggantikan nyala lilin dengan bohlam listrik di meja altar. Lilin tetap digunakan namun diletakkan di tempat yang aman.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Batang hio yang dibakar dipercayai sebagai medium untuk menyampaikan maksud dan keinginan ke penguasa langit. Orang yang amalannya baik, asapnya akan membubung lurus ke atas menandai doanya akan diterima oleh Thian yang Mahapemberi.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Dibalik setiap patung ada cerita berisi petuah dan teladan, dan oleh karena itulah mereka dipuja sebagai penghormatan maupun sebagai lantaran bagi doa yang dipanjat karena percaya bahwa mereka telah menjelma sebagai dewa.

Masuk sedikit lagi lebih ke arah dalam kelenteng akan dijumpai genta yang berada di sisi kanan ruangan, dan kemudian ada tambur di sisi sebelah kiri, keduanya menggantung di langit-langit ruangan. Pada kedua tembok kiri dan kanan terdapat mural yang indah.

Tien Kok Sie arti harafiahnya adalah Penjaga Negara, atau juga bisa diartikan sebagai memberi ketenteraman kepada negara. Dan karena berdirinya kelenteng ini mengikuti berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat, dan letaknya pun di dekat lokasi keraton, maka negara yang dimaksud di sini tentu adalah Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu.

Di Kelenteng Tien Kok Sie Solo ada altar bagi Thian Siang Sing Bo (Tian Shang Sheng Mu, Bunda Suci dari Langit), yang juga dikenal dengan sebutan Ma Zu atau Mak Co. Ia adalah Dewi Laut, penolong para pelaut, serta pelindung di wilayah Selatan dan para imigran di Asia Tenggara. Ritual bagi Thian Siang Sing Bo yang cukup terkenal diadakan oleh Kelenteng Cu An Kiong di kota Lasem.

Di ruang tengah Kelenteng Tien Kok Sie Solo terdapat altar Bi Lek Hud (Mi Le Fo) dengan kantong besar tergeletak di sisinya. Dalam Bahasa Sanskerta ia disebut Maitreya, atau “Yang Maha Pengasih dan Penolong”, yang ketenarannya hanya berada dibawah Dewi Kwan Im. Umumnya Bi Lek Hud dipuja untuk memperoleh kekayaan, kebahagiaan, dan keturunan.

Di sebelah kiri meja persembahan utama di Kelenteng Tien Kok Sie Solo, merapat pada dinding kiri, terdapat rupang dan meja persembahan bagi Hok Tek Ceng Sin, Dewa Bumi, yang dipuja oleh semua orang, terutama pedagang dan petani, agar mendapatkan rizki yang berlimpah. Agar terkabul, orang harus berbuat kebaikan dulu sebelum berdoa di sini.

Saya sempat masuk ke bagian belakang kelenteng dimana terdapat beberapa altar lagi yang semuanya berada dalam kondisi baik. Lantaran sejarah dan ketuaannya, Kelenteng Tien Kok Sie Solo ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya oleh pemkot Solo. Ornamen kelenteng yang cantik serta altar-altar lainnya bisa dilihat pada galeri foto yang akan saya tambahkan belakangan.

Kelenteng Tien Kok Sie Solo

Jalan R.E. Martadinata No. 12, Solo. Lokasi GPS : -7.569623, 110.831381, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.

Diubah: Desember 08, 2024.
Label: Jawa Tengah, Kelenteng, Solo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »