Beberapa kali mengunjungi Kota Toulouse di Prancis, sehingga tidak terlalu asing berbaur dengan atmosfirnya. Bangunan kuno dan antik yang berdiri di penjuru kota kebanyakan terbuat dari batu bata merah, sehingga Toulouse mendapat julukan dengan sebutan Pink City bahasa lokal menyebutnya La Ville Rose. Dari sama ke masa Toulouse tidak banyak berubah seperti halnya kota-kota lain di benua Eropa yang senantiasa menjaga bangunan-bangunan kuno tipikal negeri Eropa. Warga kota Toulouse mayoritas beragama Katolik, adapun Gereja Saint Sernin Basilica yang berdiri dengan setinggi 65 meter di pusat kota menjadi bukti perjalanan ritual keagamaan warga setempat.
Toulouse terkenal dengan industri pesawat terbang Airbus yang mendunia, bahkan perusahaan penerbangan di Indonesia juga mempergunakan Aibus sebagai armadanya. Saya sempat melewati hanggar industri Airbus kebanggaan Prancis. Jauh sebelum itu berabad-abad yang lampau, Toulouse terkenal dengan kota yang memproduksi pewarna tekstil dari bahan alami yang sempat mensejahterakan warganya, tepatnya sepanjang abad 15. Warna biru yang menjadi unggulan didapat dari ekstrak daun dari pohon Champ de Pastel dengan nama latin Isatis Tinctoria.
Ini adalah salah satu bangunan yang terkenal di Kota Toulouse, Capitol de Toulouse adalah bangunan yang dipakai untuk pemerintahan tepatnya kantor walikota atau La Maire. Gedung Capitol terletak di dekat Sungai La Garrone, di bagian depannya terdapat lahan terbuka tempat orang lalu-lalang atau duduk bersantai di depan Capitol di atas batu kotak yang diletakan di beberapa bagian. Pilar-pilar yang berdiri kokoh melengkapi bangunan diberi aksen batu bata merah, sedangkan pada bagian paling atas yaitu tepat segi tiganya terdapat patung kepala manusia, dilengkapi detail ukiran di beberapa bagian.
Gedung Capitol de Toulouse dan halamannya yang terkenal adalah bangunan tua bersejarah yang berasal dari tahun 1190 Masehi yang luasnya sekitar 2 hektar. Tahun 2017 saya datang tidak bisa masuk ke dalam gedung Capitol karena sedang ada acara pernikahan, sangat disesali karena saat itu saya datang bersama grup yang membawa misi budaya. Mereka tidak sempat melihat keindahan di dalamnya, yang membuat tercengang karena bertaburan karya seni.
Inilah ruangan di dalam Capitol de Toulouse yang sering dipergunakan untuk pernikahan yang saya lihat di tahun 2016, di dalam bangunan banyak sekali lukisan besar bergambar manusia yang setengah bertelanjang sedang bercengkrama, menulis, melukis, bermain violin dan aktifitas lainnya seperti di dinding ruangan tempat ritual pernikahan adalah lukisan suasana di dermaga. Langit-langit gedungpun tidak luput dari lukisan, seperti awan putih yang berarak dan keindahan lainnya sebuah untaian karya seni yang luar biasa megahnya.
Toulouse terkenal juga dengan Musee des Augustins yang terletak di 21 Rue de Metz, sebuah museum dengan bangunan yang sangat agung dan megah. Bagi pecinta seni dan sejarah, ini adalah tempat yang wajib dikunjungi jika melancong ke Kota Toulouse, dijamin sepanjang perjalanan menyusuri Musse des Augustins akan jatuh cinta dari awal sampai akhir. Museum ini dulunya tempat biara yang berasal dari abad ke 14 berisi patung pahatan dan lukisan, harga tiket masuk ke museum memang tergolong mahal, namun sebanding dengan apa yang dilihat.
Canal du Midi, tempat nyaman di Kota Toulouse. Canal du Midi atau Canal des Deux Mers merupakan sebuah kanal sepanjang 240 kilo meter di selatan Perancis. Kanal ini menghubungkan Sungai La Garonne dengan Etang de Thau di kawasan Mediterania, kanal tersebut membentang dari kota Toulouse ke pelabuhan Mediterania Sete. Airnya yang bersih, mengingatkan saya pada Sungai Cikapundung di kota kesayangan Bandung. Andai saja sungaiku airnya bisa sejernih ini, dan tumbuh pepohonan rindang sesuai dengan slogan Indonesia negeri yang subur makmur.
Toulouse juga memiliki beragam wisata kuliner yang sangat menarik, perlu berbangga ria di Kota Toulouse ada restoran Indonesia milik Uda Iwan, yang lebih dari 10 tahun berbisnis restoran dengan makanan khas Indonesia. Resto dengan konsep Bali diberi nama O Bali, terletak di jalanan yang cukup strategis. Resto yang menyajikan makanan khas Indonesia dengan tampilan yang memikat, soal rasa tidak usah diragukan lagi. Ada beberapa pegawainya warga negera Prancis, yang sudah sangat familiar dengan citra rasa Indonesia.
Saat-saat yang paling berkesan, ketika tahun 2017 berkunjung ke Toulouse bersama Lembaga Seni dan Budaya Manikam Khatulistiwa diundang untuk tampil di Restoran O Bali, tidak ada panggung selayaknya sebuah acara seni, kami tampil di jalanan depan Resto O Bali sangat menantang dan menyenangkan. Jalanan itupun penuh dengan orang yang tanpa sengaja menyaksikan kami menari dan menyanyi, udara yang dingin menusuk tulang tidak dihiraukan, bahkan bernyanyi dan menari tanpa mengenakan alas kaki di udara minus 2 derajat celsius. Al hasil O Balipun ramai pengunjung baik di dalam dan di luar. Dan ternyata O Bali sudah mempunyai pelanggan tetap baik itu orang Indonesia yang bermukim di Toulouse maupun warga negara Prancis yang menyukai kuliner Indonesia.
Menyusuri Toulouse yang ramah, menyaksikan kotanya yang indah, dan bertemu dengan orang Indonesia yang sudah menjadi warga negara Prancis dan tinggal di Toulouse adalah pengalaman yang menyenangkan. Tempat yang cukup dikenal lainnya di Toulouse adalah Pont Neuf, sebuah jembatan tua yang unik menurut kawan saya lebih menakjubkan jika dilihat di malam hari. Banyak tempat yang tidak sempat didatangi, namun saya cukup puas bisa tiga kali berkunjung ke Kota Toulouse di tahun yang berbeda.
Beberapa kawan baik yang tinggal di La Ville Rose menawarkan untuk berkunjung sekedar minum teh, sayapun ditawari untuk bermalam agar bisa menikmati Toulouse di malam hari yang marak dengan lampu-lampu hingga membuat kesan romantis. Berjalan di trotoarnya lalu singgah di resto kebab yang enak yang porsi yang juara, membuat satu porsi tersisa karena tidak muat di perut sangking porsinya kebanyakan.
Banyak apartemen yang disewakan harian ataupun bulanan di Kota Toulouse dihuni oleh pelancong, mahasiswa, dan pegawai, namun saya menginap di Kota Saint Gaudens yang berjarak tempuh 90 menit dari Kota Toulouse melalui jalan tol. Dengan santun saya menolak untuk menginap di seorang kawan yang baik hati, iapun sangat mengerti dan menawarkan menginap di lain waktu. Suatu hari siapa tahu saya akan kembali ke kota ini dan sengaja mengunjungi tempat indah yang terlewatkan. Au revoir Toulouse a bientot, semoga saya bisa menghirup lagi udaramu.
Toulouse
Prancis Diubah: Maret 03, 2018.Label: Prancis, Toulouse, Vinny Soemantri
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.