Setelah puluhan tahun tinggal di Jakarta, inilah kali pertama saya berkunjung ke Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta. Pelabuhan ini merupakan salah satu yang tertua di Nusantara dan sampai sekarang masih aktif beroperasi. Sunda Kelapa adalah nama tua bagi kota Jakarta, yang ada jauh sebelum para penjarah kolonial dari Eropa menemukannya.
Selepas berkunjung dari Museum Bahari dan Menara Syahbandar kami mengarah ke timur di Jalan Pakin, belok ke kiri ke Jl Krapu dan lurus masuk ke Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta dengan melewati pos penjagaan. Deretan kapal pinisi yang tengah sandar terlihat di dermaga sebelah kiri sepanjang sekitar 1 km sebelum dermaga berbelok ke kanan.
Sebuah kapal pinisi tengah menurunkan muatan barangnya ke atas truk terbuka di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta siang itu dengan memakai derek. Karung goni atau karung rayon merupakan pilihan favorit bagi para pedagang yang menggunakan pelabuhan ini, mungkin karena sangat mudah untuk dimuat ke atas punggung manusia.
Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta telah merupakan pelabuhan yang sangat sibuk sejak abad ke-12 semasa masih merupakan bagian dari Kerajaan Sunda Pajajaran. Lokasinya yang sangat strategis di wilayah barat Jawa membuatnya menjadi rebutan dan sasaran pendudukan bagi kerajaan lain di kepulauan Nusantara dan para kolonialis Eropa.
Stasiun KA Klein Boom
Di Pelabuhan Sunda Kelapa ini ada bekas Stasiun KA Klein Boom. Nederlandsche-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), Maskapai Kereta Api Hindia Belanda, pada 1871 membangun jalur kereta api pertama di Batavia Noord (Batavia Utara), dari Stasiun KA Klein Boom di Sunda Kelapa hingga ke Stasiun KA Gambir (Koningsplein).Kapal Pinisi lainnya tengah memasukkan barang ke dalam perutnya, dengan tenaga kuli pelabuhan. Hanya lelaki (mungkin juga wanita) kuat perkasa yang bisa bertahan hidup dengan pekerjaan di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta yang begitu keras, mengangkut beban berat di punggung dari atas truk ke dalam kapal, di bawah terik matahari yang membakar kulit.
Di tempat lain terlihat tiga orang kuli angkut berjalan melintasi jembatan papan dengan beban sekarung barang di punggungnya untuk dinaikkan ke kapal Pinisi yang haluan kapalnya terlihat mencuat elok dipandang. Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta menjadi saksi kerasnya usaha untuk mencari nafkah di pelabuhan, dari jaman kuda gigit besi hingga kini.
Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta memiliki 760 hektar luas tanah dengan 16.470 hektar luas air, terdiri dua pelabuhan utama dan Pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utamanya yang sepanjang 1 km itu bisa menampung sekitar 70 kapal pinisi tradisional berukuran besar. Sedangkan pada dermaga yang di sebelah kanan terlihat lebih pendek.
Havenkanaal
Kesibukan bongkar muat barang tampak terlihat di sejumlah kapal lainnya di bawah langit pelabuhan yang panas terik dengan hanya sedikit pepohonan di sebelah kanan Jl Maritim Raya. Tempat kapal sandar adalah kanal selebar 50 meter, dengan lekukan 150 meter. Di masa kolonial, kanal ini dikenal sebagai Havenkanaal atau kanal pelabuhan.Di dalam kompleks ada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta, serta Masjid Al Bahrain yang bersebelahan dengan Pusat Informasi Turis Cagar Budaya Sunda Kelapa. Di ujung selatan kanal terdapat Bendungan Sunda Kelapa yang bersebelahan dengan TPI Pasar Ikan, dan sedikit lebih ke selatan terdapat Waduk Sunda Kelapa.
Apa yang kurang di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta adalah tempat nyaman bagi para pengunjung untuk sekadar duduk menyegarkan tenggorokan selagi mengamati kesibukan kehidupan pelabuhan. Bagaimanapun, Pelabuhan Sunda Kelapa tetap merupakan tempat menarik untuk dikunjungi, sebagai tengara bahwa hidup tak berubah selama berabad di sini.
Alamat Pelabuhan Sunda Kelapa berada di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Lokasi GPS : -6.116382, 106.808331, Waze. Jam buka : sepanjang waktu. Harga tiket masuk Rp.4.000 per mobil. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Utara, Hotel Melati di Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Utara.Diubah: Desember 06, 2024.
Label: Jakarta, Jakarta Utara, Pelabuhan, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.