Halaman masjid yang tak luas terlihat remang karena adanya pepohon rimbun. Namun cahaya di dalam Masjid Aulia Sapuro Pekalongan itu terlihat terang, meski telah lewat pukul delapan malam. Masjid ini menghadap ke timur, sedikit miring ke tenggara, memunggungi kompleks Makam Sapuro.
Konon Masjid Aulia Sapuro Pekalongan dibangun pada 1035 H atau 1625/1626 M oleh empat utusan Demak, yakni Kiai Maksum, Kiai Sulaiman, Kiai Lukman, dan Nyai Kudung. Jika tahun berdirinya benar, maka Demak saat itu sudah berstatus kadipaten dan menjadi bagian Kesultanan Mataram dibawah Sultan Agung yang memerintah pada periode 1613 – 1645 M.
Tampak muka serambi Masjid Aulio Sapuro Pekalongan yang terlihat lumayan kekar dengan topangan tiang-tiangnya. Serambi masjid bisa dicapai dengan menapaki sejumlah undakan. Di atas atap serambi terdapat sepasang menara pendek yang mengapit tulisan dalam huruf Arab gundul. Samar terlihat bahwa atap masjid menggunakan lembaran seng.
Suasana sepi di masjid pinggiran kubur luas ini dihangati dengan lantunan bacaan ayat suci Al Qur'an oleh seorang pria berusia sekitar 20-an, yang duduk bersila di samping satu-satunya pintu masjid yang masih terbuka. Di ujung kiri serambi menggantung bedug cukup besar, dengan badan warna hijau. Tak terlihat ada kentongan menemaninya.
Masjid Galuh Rantai adalah nama masjid ini sebelum berubah menjadi Masjid Aulia Sapuro Pekalongan pada tahun 1980-an. Masjid ini sudah mengalami sejumlah perbaikan, namun secara umum tidak menghilangkan bentuk aslinya. Perbaikan itu dilakukan pada 1143 H (1730 M), 1208 H (1793 M), 1208 H (1793 M), dan terakhir dilakukan pada 2011 lalu.
Lubang besar dengan pilar segi empat dan bagian atas lengkung yang menghubungkan bagian serambi sebelah dalam dengan ruang utama Masjid Aulia Sapuro Pekalongan. Serambi kedua ini tak selebar serambi depan, yang sepertinya merupakan serambi masjid yang asli. Pada permukaan bidang lengkung itu ada relief aksara dan angka Arab.
Memasuki ruang utama terlihat bagian mihrab Masjid Aulia Sapuro Pekalongan dengan ruang pengimaman dan sebuah mihrab kayu jati berukir indah dengan penutup berbentuk kubah. Tak diketahui secara pasti kapan mimbar berbentuk segi delapan itu dibuat. Ada ukiran dalam huruf Arab dipasang di bagian atas pintu masuk ke dalam mimbar.
Ruang utama Masjid Aulia Sapuro Pekalongan ditopang oleh empat soko guru kayu jati berukuran 40 x 40 cm yang terlihat masih cukup baik. Di tengah ruangan ada lampu gantung antik dengan delapan kaki dan kap putih. Langit-langit ruangan utama berupa susunan bilah kayu yang dipasang rapat dan terlihat rapih, meskipun tanpa ornamen.
Hal yang istimewa di serambi kedua Masjid Aulia Sapuro Pekalongan ini adalah adanya Al Qur'an berukuran raksasa yang menempel pada dinding ujung sebelah kiri. Al Qur'an itu berukuran 22,35 x 2 meter, berisi juz 30 yang terdiri atas 17 surat termasuk tambahan surat Al Fatihah, pemberian Mohammad Aswantari pada tahun 1970-an.
Sebelum meninggalkan masjid saya sempat mengamati masjid dari luar halamannya, dan saat itulah saya melihat ada bangunan lain di sebelah kanan. Pada tembok terdapat relief melingkar dengan ilustrasi masjid. Tulisan pada tembok yang menyerupai logo itu berbunyi "Madrasah Pond. Pes. Ribatul Mubtadin, Sapuro Kota Pkl 1990".
Masjid Aulia Sapuro Pekalongan
Alamat : Sapuro, Pekalongan Kota. Lokasi GPS : -6.8970624, 109.6756688, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Pekalongan, Tempat Wisata di Pekalongan, Peta Wisata Pekalongan.Diubah: Desember 19, 2019.Label: Jawa Tengah, Masjid, Pekalongan, Sapuro, Wali, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.