Yang membuat Museum Batik Pekalongan terlihat cantik adalah karena berdampingan masjid bermenara kembar dan kubah keemasan. Di depan museum adalah Taman Jetayu yang panjang mirip bubu. Saat ke museum, kami lewat Jembatan Loji yang melintang di atas Sungai Kupang. Ini adalah museum batik kedua yang saya kunjungi setelah Museum Batik Danarhadi Solo. Bedanya adalah di Museum Batik Pekalongan ini pengunjung diperbolehkan memotret seluruh koleksi batik yang dipamerkan, sehingga tulisan ini memecahkan rekor dengan jumlah foto terbanyak. Seluruhnya ada 116, sebagian besar motif batik asli Indonesia.
Perbedaan lainnya adalah karcis masuk di Museum Batik Pekalongan jauh lebih murah dari museum yang di Solo, hampir gratis bagi anak serta pelajar. Pemandu museum juga disediakan di tempat ini. Namun hanya di Solo pengunjung bisa melihat proses membatik secara massal, meski Museum Batik Pekalongan juga menyediakan workshop batik gratis.
Bagian bangunan yang tepat di atas pintu masuk Museum Batik Pekalongan, dengan Bendera Merah Putih bertiang pendek berkibar di puncaknya. Sekuntum bunga menghiasi tulisan "Museum Batik". Gedung ini awalnya kantor keuangan pabrik gula jaman Belanda, lalu menjadi Balai Kota, Kantor Walikota, dan kompleks kantor Pemerintah Kota Pekalongan.
Kota Pekalongan di pesisir utara Jawa telah dikenal sebagai penghasil batik sejak abad ke-14, sehingga wajar memiliki Museum Batik, meskipun baru resmi berdiri 23 Mei 2006. Berdirinya museum berkat kerja sama Kadin, Yayasan Batik, Paguyuban Berkah, Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan, dan Asmoro Damais yang menjadi kurator pertama museum.
Pemandangan mengesankan terlihat pada ruang pamer pertama Museum Batik Pekalongan dengan penataan koleksi yang lumayan apik. Patung Loro Blonyo, lambang Dewi Sri dan Raden Sadono, menyambut setiap tamu. Koleksi batik di museum dipajang di ruang pamer terbuka, dan ada pula yang berada di dalam lemari kaca, terutama batik lawas yang bernilai sejarah tinggi.
Peresmian berdirinya museum dilakukan oleh SBY pada 12 Juli 2006 bertepatan Hari Koperasi Nasional ke-59 yang perayaannya diselenggarakan di Kota Pekalongan. Museum ini diharapkan menjadi pusat informasi batik, pusat riset dan pengembangan batik, perpustakaan, dan ruang pamer batik klasik, batik lawasan, serta batik kontemporer.
Pemandangan pada ruang pamer pertama Museum Batik Pekalongan dengan penataan koleksi yang lumayan apik dan pencahayaan ruangan memadai. Patung kayu loro blonyo, jelmaan Dewi Sri dan Raden Sadono, yang sarat makna menyambut setiap tamu yang masuk museum. Koleksi batik di museum ada yang diletakkan di ruang pamer terbuka, dan ada pula yang berada di dalam lemari kaca, terutama batik lawas yang bernilai sejarah tinggi.
Di ruangan pertama Museum Batik Pekalongan dipamerkan sejumlah canting tulis. Canting tulis memiliki 9 ukuran, semuanya memiliki cucuk untuk menorehkan malam, mangkok tembaga atau nyamplung, serta gagang kayu glonggong. Cucuk canting biasanya selalu ditiup oleh pembatik untuk memperlancar aliran malam sebelum ditorehkan pada kain. Canting juga digunakan untuk menorehkan warna.
Selain itu ada pula koleksi canting cap. Canting cap, atau sebenarnya lebih tepat disebut blok cap, terbuat dari tembaga dengan ragam hias seperti motif Jlamprang, Parang Curigo, Kawung,dan motif Dayak. Pembuatan batik cepat sangat menghemat waktu sehingga harganya pun lebih murah dibanding dengan batik tulis biasa.
Di ruang ini ada motif batik Megamendung Cirebon, batik motif Kujang Kijang Bogor, batik motif Parang Cucuk Garut yang terpengaruh motif parang, batik motif Lereng Bunga Rampai karya Iwan Tirta, batik motif Burung Hong gaya Laseman, batik motif Dongeng Cinderela, dan batik Komunitas Rifaiyyah motif Buketan Ayam Alas (Gaya Bangbirujo).
Saat saya berada di sana, serombongan kecil pelajar memasuki ruang pamer pertama Museum Batik Pekalongan, ditemani dengan seorang pemandu wisata. Bangunan museum seluas sekitar 2.500 m2 yang bersebelahan dengan Batik TV Pekalongan ini dibangun di atas tanah seluas 3.675 m2. Berbagai jenis pewarna batik juga dipamerkan di ruangan ini.
Keluar dari ruangan pertama menuju ruangan kedua kami melewati wadah tembaga besar. Wadah yang disebut Jedi itu dipakai tahun 1849 - 1947 oleh pengusaha batik sebagai tempat Nglorod, yaitu proses melepaskan lilin / malam dari kain batik. Masuk ke ruang pamer dua dan tiga Museum Batik Pekalongan, terlihat banyak sekali motif indah di sana.
Diantara koleksi Museum Batik Pekalongan adalah Batik Lasem motif badan Ceplok gaya Bangbiru dan motif kepala Tumpal / Pucuk Rebung, Batik Lasem motif Pohon Hayat Kepala Tumpal, Batik Pekalongan motif Jlamprang dengan warna berani, Batik Pekalongan motif Sam Pek Eng Tay (Djawa Hokokai), dan Batik Pekalongan motif Terang Bulan (Djawa Baroe) dengan warna oriental.
Koleksi museum lainnya adalah Batik Pekalongan motif Lereng Putri Bali yang sangat anggun, Batik Semarang motif Asem yang sumringah, Batik Banten motif Pamarangan, Batik Kudus motif Buketan, dan motif Jlmaprang Kawungan yang sangat indah, dan batik motif Buketan Kepala Dhlorong Kembang Gaya Kelengan yang kalem.
Museum Batik Pekalongan juga menyimpan koleksi batik asal luar Pulau Jawa, diantaranya Batik Bengkulu motif Besurek, Batik Riau motif Dhlorong Kembang, Batik Madura motif Ayam Alas Latar Banji, dan Batik Kalimantan Timur motif Aso Kepala Tumpal Pasung. Ada pula Batik Malaysia, Batik India motif Tiruan Patola, dan Batik Sri Lanka.
Keluar dari ruang pamer terlihat ruang terbuka di tengah gedung yang asri. Lalu kami masuk ke ruangan workshop dimana sejumlah pelajar tengah belajar membatik. Di lorong museum dipajang perlengkapan batik untuk proses lanjutan. Ada pula prasasti peresmian, serta salinan inskripsi UNESCO tentang Batik Indonesia sebagai warisan budaya.
Museum Batik Pekalongan
Alamat : Jalan Jetayu No.3, Pekalongan, Jawa Tengah, Telp. (0285) 431698. Lokasi GPS : -6.878547, 109.675481, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : Senin s/d Minggu jam 08:00 – 15:00. Hotel di Pekalongan, Tempat Wisata di Pekalongan, Peta Wisata Pekalongan.Diubah: Desember 25, 2019.Label: Batik, Jawa Tengah, Museum, Pekalongan, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.