Di ujung Jl. Pierre Tendean, setelah kunjungan ini, saya sempat memotret suasana Senja di Pantai Manado dengan latar belakang Pulau Manado Tua di belakangnya. Bibir laut memang hanya dibatasi jalan selebar sekitar 14 meter, dan lalu ada tembok pembatas di sepanjang bibir pantai.
Patung Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean yang posisinya berada di sebelah kiri dari Patung Wolter Monginsidi. Tak ingat benar apa yang menjadi pemicu sehingga berhenti di tempat ini, namun kadang selama dalam perjalanan selalu ada momen impulsif, dan lalu mampir ketika mata atau ekornya secara tak sengaja melihat sesuatu yang mungkin menarik untuk dilihat.
Taman berbentuk segitiga dimana Patung Wolter Monginsidi dan Patung Pierre Tendean berada. Harus diakui bahwa saat itu lingkungan sekeliling taman dimana patung berada masih belum bisa dikatakan baik. Tidak pula sedap dipandang mata, karena pada foto aslinya sebenarnya ada banyak kabel-kabel bergelantungan dan tiang listrik yang merusak pemandangan.
Bayangkan jika pos polisi lalu lintas itu dibuang dan pepohonan di bagian depan dikosongkan atau dipotong pendek, sehingga kedua patung bisa dilihat dengan sangat jelas oleh para pejalan. Tanda dilarang masuk juga digeser ke sebelah kanan jalan agar tidak merusak pemandangan di sana.
Sudah cukup lama foto ini diambil, sehingga moga-moga saja pemkot Kota Manado telah melakukan sejumlah perbaikan yang diperlukan sehingga lingkungan di sekitar patung menjadi jauh lebih baik dan nyaman, baik secara visual maupun fasilitasnya.
Pierre lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939, sebagai satu-satunya putera lelaki A.L. Tendean, seorang dokter berdarah Minahasa, dan Cornel M.E. yang berdarah Belanda - Perancis. Di belakang patung ada relief yang menggambarkan Pierre Tendean dan sejumlah operasi militer yang pernah dilakukannya.
Pierre adalah ajudan Jenderal Besar Abdul Harris Nasution yang menjabat sebagai Menko Hankam/Kepala Staf ABRI pada jaman Soekarno. Sementara Nasution lolos dari penculikan PKI pada peristiwa Gerakan 30 September, Pierre ditangkap dan dibunuh di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965 dalam usianya yang baru 26 tahun.
Jika melihat relief yang ada di sana, memang sepertinya ada kemiripan antara Pierre dengan Jenderal Nasution. Namun agak sulit dimengerti jika para penculik tidak bisa membedakannya, karena setidaknya dari sisi umur sudah jelas terpaut cukup jauh. Pierre Tendean dianugerahi gelar kehormatan Pahlawan Revolusi dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Patung Wolter Monginsidi, dan di belakang patung ada relief yang menggambarkan sosok Robert Wolter Mongisidi dan sebagian dari kisah perjalanan hidupnya. Wolter Monginsidi adalah putera Minahasa yang lahir di Malalayang, Manado, pada 14 Februari 1925, sebagai putera dari Petrus Monginsidi dan Lina Suawa.
Pada 17 Juli 1946, Wolter Monginsidi bersama dengan Ranggong Daeng Romo dan beberapa pejuang lain membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang terus menerus mengganggu dan menyerang posisi Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia seusai Perang Dunia II.
Wolter Monginsidi ditangkap oleh tentara Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil melarikan diri pada 27 Oktober 1947. Namun tentara Belanda berhasil menangkapnya lagi dan Wolter Monginsidi dijatuhi hukuman mati. Monginsidi dieksekusi dihadapan sekelompok regu tembak pada 5 September 1949 di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, pada usia 24 tahun.
Wolter Monginsidi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1973, dan pada 10 November 1973 dianugerahi gelar kehormatan tertinggi Bintang Mahaputra (Adipradana), yang diterima ayahandanya yang ketika itu berusia 80. Namanya diabadikan sebagai nama Bandara di Kendari, Sulawesi Tenggara, dan nama sebuah kapal perang TNI AL, KRI Wolter Monginsidi. Wolter Monginsidi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar.
Patung Wolter Monginsidi dan Pierre Tendean Manado
Jl. Wolter Monginsidi, Kota Manado, Sulawesi Utara. Lokasi GPS: 1.46313, 124.82726, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Manado, Hotel di Manado, Peta Wisata ManadoDiubah: Agustus 30, 2020. Label: Manado, Patung, Sulawesi Utara
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.