Bersyukur jalanan tidak terjal dan sebagian besar sudah diaspal, terlintas berpikir untuk balik lagi karena dua kali salah jalan Nyonya Waze memberikan petunjuk yang keliru. Akhirnya kami menjumpai penduduk dengan sepeda motornya di jalanan, dengan senang hati ia mengantarkan ke Rumah Adat Atakkae Sengkang.
Di setiap daerah yang dikunjungi selalu saja mendatangi tempat yang tidak populer atau jarang dikunjungi wisatawan, bahkan ke pelosok daerah dan perkampungan yang masih jarang disentuh. Seperti halnya Kawasan wisata Rumah Adat Atakkae Senggang yang sepi pengunjung bahkan saat kami datang tidak ada satupun wisatawan selain kami. Terletak di Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo sekitar 3 kilometer sebelah Timur Kota Sengkang, kawasan wisata Rumah Adat Atakkae Sengkang berjarak kurang lebih 200 kilometer sebelah utara kota Makassar. Sebenarnya bagi masyarakat setempat kawasan wisata ini cukup dikenal sebagai destinasi wisata. Namun bagi para pelancong dari luar Sulawesi tempat ini kurang populer.
Sesampai di lokasi kawasan wisata Rumah Adat Atakkae Sengkang Sulawesi Selatan, kendaraaan yang kami tumpangi parkir tepat di depan garupa dengan lahan yang sangat luas. Atakkae adalah sebutan untuk Rumah Adat tradisonal yang berada di Sengkang, sedangkan Kota Sengkang merupakan ibukota Kabupaten Wajo. Jika datang dari arah Kota Makasar menuju Rumah Adat Atakkae Sengkang seperti rute yang saya jalani, waktu tempuh perjalanannya sekitar 8 jam. Depan garupa tidak terurus dengan baik, dedaunan kering yang gugur dibiarkan begitu saja menenuhi jalanan masuk.
Rumah Adat Atakkae disebut juga Rumah Adat 101 tiang karena tiang yang dipancangkan ada 101 buah tiang, begitu info pertama yang saya peroleh saya sekelompok Ibu daerah setempat yang sedang duduk di depan rumah adat. Dengan ramah mereka menyambut dan menyuruh kami untuk membeli tiket masuk terlebih dahulu seharga 3 ribu rupiah. Seorang pria setengah baya mengikuti kami, dengan semangat menerangkan bahwa tiang yang menopang Rumah Adat Atakkae adalah salah satu keunikannya.
Rumah Adat Atakkae Sengkang Sulawesi Selatan tingginya sekitar 8 meter dari tanah hingga lotengnya dengan desain khas rumah panggung, bahan baku 100 persen dari kayu dan lebarnya sekitar 21 meter. Ada dua atap besar yang terdapat di bagian depan dan bagian belakang, sedangkan satu atap kecil yang menaungi tangga pintu masuk ke dalam rumah. Dengan konsep yang terbuka, hanya ada satu ruangan yang diberi pintu dan tertutup yang biasanya dipergunakan untuk kumpul masyarakat adat dan sayapun tidak masuk ke ruangan tersebut karena dikunci.
Pintu masuk menuju ke dalam Rumah Adat Atakkae, terdapat 5 anak tangga yang terbagi dua oleh sekat kayu dan kemudian di atasnya ada anak tangga lagi yang lebih tinggi. Atap kecil inilah yang saya maksud menaungi anak tangga masuk, dengan sentuhan atap sirip dan ukiran kayu. Diberi aksen warna kuning Hanya pada bagian ini, selebihnya adalah warna kayu bawaan tanpa polesan sehingga lebih dapat kesan tradionalnya. Seperti halnya rumah adat Sulawesi yang berbentuk rumah panggung yang kami temui sepanjang perjalanan menuju kawasan wisata Rumah Adat Atakkae Sengkang yang dihuni oleh warga sekitar.
Di depan rumah adat utama yang paling besar ini, terdapat tulisan "Selamat datang di Saoraja La Tenri Bali", karena tidak paham artinya saya bertanya kepada yang mengantarkan kami. Rupanya disebut Saoraka La Tenri Bali artinya istana raja La Tenri Bali, yang merupakan salah satu nama raja yang pernah memimpin Kerajaan Wajo, jadi Sao Raja La Tenri Bali adalah Istana raja La Tenri Bali dalam bahasa Bugis. Sedangkan masyarakat setempat menyebut pemimpin Kerajaan Wajo dengan sebutan Arung Motoa dan mereka yang pernah memimpin Kerajaan Wajo memiliki istana yang berbeda yang paling dikenal adalah Sao Raja La Tenri Bali yang rumahnya menjadi ikon wisata di daerah Wajo yang saya saksikan ini.
Melihat dari jarak lebih dekat Rumah Adat Atakkae Sengkang, pagar kayu dipasang sepanjang anak tangga sedangkan atapnya tinggi tanpa plafon sehingga balok kayu yang menopang atap terlihat jelas. Kondisinya masih berdiri kokoh. Saya sempat menengok bagian kolong Rumah Adat Atakkea, patok-patok kayu sebagai pondasi rumah menancap tanah begitu dalam dan stabil. Ternyata 101 tiang yang terdapat di Rumah Adat Atakkae, didatangkan khusus dari Kalimantan.
Kawasan Wisata Attakae sebenarnya merupakan gambaran sebuah perkampungan Suku Bugis dan rumah rajanya, kawasan ini kabarnya sering pula digunakan tempat pentas budaya , kesenian rakyat dan pameran. Hanya saja saat kami datang kondisinya terkesan lama ditinggalkan dan kurang mendapat perawatan. Membayangkan di tempat ini diadakan pertunjukan seni budaya sangatlah lapang dan menyenangkan. Beberapa anak bermain bola di lahan luas seperti lapangan, yang tepat berada di depan rumah raja 101 tiang.
Tampak dari pinggir Rumah Adat Atakkae Sengkang, terlihat kaki rumah yang menancap ke dalam tanah, beberapa jendela dengan jalusi tidak terbuka ada di bagian ruangan yang tertutup. Saya berdiri di ruang terbuka Rumah Adat Atakkae yang cukup luas dibatasi pagar kayu dengan desain yang sama mulai dari anak tangga di pintu masuk. Di ruang terbuka itu sama sekali tidak barang atau ornamen lain hanya ruang kosong, dan kamipun duduk di lantai kayunya.
Kawasan Wisata Attakae terdapat di pinggiran Danau Lampulung, danau yang sangat luas itu diselangi lahan yang ditumbuhi rumput. Air danau terlewat agak surut mungkin karena musim kemarau. Fasilitas umum seperti toilet kurang terjaga kebersihannya letaknya di ujung kanan Rumah Adat Atakkae, selain itu terdapat gazebo dan di area jalanan yamg dipasang trotoar untuk pejalan kaki. Pemandangan secara keseluruhan sebenarnya indah, tinggal lebih memperhatikan kebersihan nya. Apalagi akses jalan menuju ke lokasi sudah diaspal, baiknya lebih diperjelas oleh petunjuk arah dari jarak beberapa kilometer agar pengunjung tidak nyasar.
Memang tidaklah mudah merawat tempat wisata yang sedemikian luasnya seperti kawasan wisata Rumah Adat Atakkae Sengkang Sulawesi Selatan, apalagi tiket yang dijual terbilang amat sangat murah. Untuk menaikan harga tiket sepertinya tidak mungkin untuk masyarakat setempat, mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah daerah apakah mungkin? Saya berharap kawasan wisata ini dapat bertahan sebab perawatannya harus berkesinambungan. Rumah Adat Atakkae adalah petuangan yang cukup menarik, menyaksikan bukti kekayaan budaya di salah salah daerah di negeri tercinta.
Rumah Adat Atakkae
Kelurahan Attakae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Sengkang, harga tiket masuk Rp.3000. Diubah: September 17, 2018.Label: Rumah Adat, Sengkang, Sulawesi Selatan, Vinny Soemantri
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.