Museum Adityawarman Padang

Museum Adityawarman Padang di Jl Diponegoro 10 adalah tempat terakhir yang saya kunjungi saat berada di kota itu beberapa waktu lalu, sebelum menuju bandara Minangkabau untuk kembali ke Jakarta. Namun sayang sekali saya tidak bisa masuk ke dalam, lantaran museum tutup. Hari itu memang hari Senin, hari dimana banyak museum ditutup untuk umum.

Pegawai museum tentu juga butuh waktu untu beristirahat atau berlibur, karena mereka tetap masuk kerja di hari Sabtu dan Minggu, hari dimana pengunjung paling banyak datang. Koleksi benda di museum juga perlu dibersihkan secara menyeluruh, yang hanya bisa dilakukan oleh petugas ketika tak ada pengunjung.

Hanya saja perlu dipikirkan adanya dispensasi bagi pengunjung individu dari luar kota, yang jumlahnya tak banyak, dan entah kapan lagi bisa datang. Karena kepalang tanggung karena sudah berada di area Museum Adityawarman Padang, saya berjalan kaki berkeliling di pelataran bangunan utama museum untuk melihat-lihat jika ada yang menarik di sana.

bangunan museum adityawarman

Bangunan Museum Adityawarman Padang bergaya tradisional mengambil bentuk rumah gadang Minangkabau, yang disebut juga Rumah Bagonjong atau Rumah Baanjung, dengan sayap atap melengkung naik di sebelah kiri dan kanan yang lebih tinggi dari bagian tengahnya.

Ada yang menyebut bahwa bentuk rumah gadang itu meniru atau terinspirasi dari bentuk kapal, alat transportasi yang digunakan nenek moyang mereka sewaktu datang ke daerah ini. Bentuk atap pada rumah gadang disebut bergonjong atau menyerupai tanduk kerbau. Gonjong sendiri artinya makin ke ujung makin lancip bentuknya.

Konon dahulu pernah diselenggarakan acara adu kuat antara kerbau milik utusan dari Majapahit dengan kerbau petinggi setempat. Kerbau orang Minang sebelum tanding dibuat lapar agar lebih ganas dan dipasang tanduk buatan dari besi sebanyak 3 pasang. Meskipun kerbau orang Majapahit lebih besar, namun bisa dikalahkan dalam pertarungan itu.

bangunan museum adityawarman

Di halaman Museum Adityawarman Padang yang sangat luas itu saya menjumpai beberapa instalasi patung dan koleksi museum luar ruang lainnya. Salah satunya seperti terlihat pada foto di atas. Di bawah bangunan bergonjong kecil tanpa dinding itu terdapat sebuah kereta dengan sepasang roda besar.

Kereta itu membawa peti kayu cukup besar yang mungkin dahulu digunakan untuk membawa benda berharga. Tak jelas apakah kereta ini dulu ditarik oleh orang, atau oleh binatang seperti kuda, sapi, atau kerbau. Jika oleh orang, selain satu di depan untuk menarik kereta, ada pula satu orang di belakang untuk mendorongnya.

Patung seorang pria seukuran orang sebenarnya, berpakaian dan bertutup kepala tradisional Minangkabau berwarna coklat kekuningan, diletakkan di samping kereta dalam posisi duduk dengan satu lutut menekuk ke atas. Pria itu terlihat sedang asik meniup sebuah seruling yang berukuran besar dan panjang.

bangunan museum adityawarman

Tampak muka bangunan Museum Adityawarman Padang yang elok, dengan patung utuh sepasang pria wanita yang mengenakan pakaian adat Minangkabau, berdiri di sebelah anak tangga seolah menyambut pengunjung yang datang ke sana.

Pembuatan bangunan Museum Adityawarman Padang yang luasnya sekitar 2.855 m2 ini mulai dikerjakan pada tahun 1974, didirikan di atas tanah seluas sekitar 2,6 hektar. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Dr. Syarif Thayeb pada tanggal 16 Maret 1977.

Nama Adityawarman disematkan untuk museum ini sebagai penghormatan terhadap Raja Pagaruyung abad XIV M, yang kebesaran pemerintahannya diketahui dari sebuah prasasti di Saruaso, Lima Kaum, Pagaruyung, serta Arca Bhairawa dan candi Padang Rocok di Sijunjung. Adityawarman adalah raja dari Dinasti Mauli, penguasa Kerajaan Melayu yang dahulu ibu kota kerajannya berada di Dharmasraya, sebelum pindah ke pedalaman Minangkabau.

Adityawarman dikukuhkan menjadi penguasa di Malayapura Swarnnabhumi atau Kanakamedini pada tahun 1347 bergelar Maharajadiraja Srīmat Srī Udayādityawarma Pratāpaparākrama Rājendra Maulimāli Warmadewa. Patung besar dan elok dari Adityawarman sebagai Bhairawa bisa dilihat di galeri foto travelog Museum Nasional.

Sebuah monumen berbentuk silinder besar menggendong empat silinder lebih kecil, yang mengingatkan saya pada roket, tampak didirikan di halaman depan museum. Di atas monumen ada benda bulat yang mungkin melambangkan bola Bumi. Di bagian depan monumun ada sebuah patung pria yang tengah duduk dengan bambu runcing di tangannya.

Pada badan momumen terdapat tulisan yang berbunyi: "Untuk kami Nusa Djaja, Kamulah Gugur Derita Sengsara, Kamu Bertugu di Jiwa Bangsa, Lambang Bermutu Selama Masa". Sedangkan di bagian belakang monumen ini terdapat tulisan naskah proklamasi, serta ada torehan 9 Maret 1950, yang merupakan tanggal dimana Padang dikembalikan ke pangkuan RI melalui SK. Presiden RI Serikat (RIS), No.111, 9 Maret 1950.

Koleksi Museum Adityawarman Padang dibagi dalam sepuluh kelompok, yaitu arkeologika, biologika, etnografika, filologika, geologika/geografika, historika, keramologika, numismatika/heraldika, seni rupa, dan teknalogika. Ada pula koleksi benda purbakala peninggalan dari Kerajaan Dharmasraya, berupa tiruan patung Bhairawa dan patung Amoghapasa.

Di ruang utama Museum Adityawarman ada sejumlah diaroma yang menampilkan adat busdaya masyarakat Minangkabau yang menggunakan sistem matrilineal dimana perempuan memegang peran kuat di keluarga. Di museum ini pengunjung juga bisa melihat peragaan pelaminan pernikahan adat Minangkabau, serta koleksi benda bersejarah Suku Mentawai.

Museum Adityawarman Padang

Alamat: Jl Diponegoro 10, Padang, Sumatera Barat. Lokasi GPS: -0.95527, 100.35613, Waze. Hotel di Padang, Tempat Wisata di Padang, Peta Wisata Padang.

Pandangan dekat pada patung berpakaian adat yang sedang meniup seruling. Di daerah Minang, seruling atau suling dikenal sebagai Saluang, terbuat dari bambu tipis atau talang untuk jemuran kain atau talang yang hanyut di sungai.

Panjang Saluang antara 40-60 cm, berdiameter 3-4 cm. Bagian atas diserut meruncing sekitar 45 derajat, dan lubang pertamanya yang bergaris tengah 0,5 cm dimulai dari 2/3 panjang bambu diukur dari bagian atas, dan lubang kedua hingga keempat berjarak setengah lingkaran bambu. Pemain saluang legendaris dari Minang adalah Idris Sutan Sati.

bangunan museum adityawarman

Pandangan lebih dekat pada patung sepasang pria wanita Minang di awal anak tangga bangunan museum. Yang pria terlihat gagah dan yang wanita tampak cantik.

bangunan museum adityawarman

Anak tangga menuju ke pintu utama Museum ada tiga trap, dengan trap pertama enam anak tangga dan dua trap berikutnya masing-masing ada tujuh anak tangga, yang boleh jadi memiliki makna tertentu. Di sebelah kiri bawah tampak patung seorang wanita tengah menuangkan air dari sebuah guci, dan sebelah kanan juga menuangkan air namun dari sebuah bambu besar.

bangunan museum adityawarman

Sudut pandang yang memperlihatkan monumen di latar depan dan bangunan museum di belakang sana. Ornamen seperti tatanan batu yang dicat hitam berbatas putih pada badan monumen memberi kesan tersendiri.

bangunan museum adityawarman

Pandangan dekat pada patung di area monumen dengan sebatang bambu runcing bercat merah di ujungnya. Patung itu entah sedang merenung atau tengah menatap pengunjung yang membaca ungkapan kata-kata yang ada di sebelahnya.

bangunan museum adityawarman

Tulisan yang ditoreh pada dinding monumen di halaman Museum Adityawarman itu, yang ditujukan bagi para pahlawan kesuma Bangsa.

bangunan museum adityawarman

Patung dengan bambu runcing di tangannya itu.

bangunan museum adityawarman

Sisi samping monumen dengan torehan teks Proklamasi Kemerdekaan RI dan tulisan seputar tanggal 9 Maret 1950 yang dirangkai dari aksara berbunyi PADANG.

bangunan museum adityawarman

Relief pada badan tunggu menggambarkan perjuangan petikan perjuangan politisi, tentara dan rakyat dalam menegakkan kemerdekaaan RI.

bangunan museum adityawarman

Pandangan dekat pada teks Proklamasi dan teks 9 Maret 1950, keduanya ditulis dengan ejaan lama. Setelah proklamasi, Padang masih dikuasai terus oleh Belanda, hingga pengakuan kedaulatan pada tahun 1949, dan baru secara resmi menjadi bagian dari NKRI pada 9 Maret 1950, sesuai tanggal Kepres RIS yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno, Perdana Menteri Mohammad Hatta dan Menteri Dalam Negeri Ida Anak Agung Gde Agung.

bangunan museum adityawarman

Sebuah bendi di salah satu kolong bangunan Museum Adityawarman, dengan hiasan jambul berwarna merah di atas kepala kudanya. Di sebelahnya ada lagi bendi tanpa kuda dan tanpa atap.

bangunan museum adityawarman

Halaman Museum Adityawarman Padang yang luas dan cukup asri dengan pohon Glodokan Tiang di kiri kanan jalan.

bangunan museum adityawarman

Sudut pandang lainnya pada bangunan museum dengan patung dan lumbung padi atau rangkiang di sebelah kanan.

bangunan museum adityawarman

Pandangan dekat pada patung sepasang pria wanita muda berpakaian adat yang tampak dikerjakan dengan detail cukup baik.

bangunan museum adityawarman

Patung wanita yang tengah menuang air dari sebuah kendi itu.

bangunan museum adityawarman

Di belakang bendi terlihat ada lukisan dua penunggang bendi dengan pecutnya, sepertinya mereka sedang melakukan sebuah perlombaan balapan.

bangunan museum adityawarman

Penampakan bangunan museum dilihat dari jarak dekat, dengan bendi di kolongnya, saat beberapa orang petugas sedang duduk ngobrol santai. Bedug panjang khas Minang tampak salah satu ujungnya di dalam bangunan kecil di sebelah kanan.

bangunan museum adityawarman

Diubah: Desember 17, 2024.
Label: Museum, Padang, Sumatera Barat, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »