Foto Museum Masjid Demak 5

Kap Lampu lainnya yang juga peninggalan Paku Buwono I tahun 1710. Sebelum naik tahta PB I dikenal dengan nama Pangeran Puger, dan sebelum mendapat gelar pangeran namanya adalah Raden Mas Darajat. Ia adalah putra Sunan Amangkurat I, raja terakhir Kesultanan Mataram di Plered, yang wafat di Tegalarum dalam pelarian ke Batavia, setelah keraton diserbu dan diduduki oleh Trunojoyo. Ibu RM Darajad berasal dari Kajoran, cabang keluarga keturunan Kesultanan Pajang. Sebuah versi menyebutkan bahwa Aroeng Binang I adalah anak Pangeran Puger, sedangkan ibunya adalah cucu buyut Pangeran Bumidirja. Pangeran Bumidirjo sendiri adalah paman dari Amangkurat I, yang menyingkir dari keraton lantaran hendak dibunuh oleh Amangkurat I, dan kemudian tinggal sebagai rakyat biasa di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Kebumen.

museum masjid agung demak

Dua diantara Gentong Kong dari jaman Dinasti Ming hadiah Putri Campa dari abad ke XIV, dengan latar bedug kuno di sebelah kiri, dan kaca penutup soko guru di sebelah kanan. Gentong Kong ini juga ada di area Makam Raja-Raja Demak, dan sebagian orang menganggapnya keramat, termasuk air yang disimpan di dalamnya. Salah satu fungsi juru kunci makam adalah untuk meluruskan anggapan itu.

museum masjid agung demak

Bentuk utuh Gentong Kong dengan gurat-gurat tegak tidak teratur dan gurat melingkar pada beberapa tempat yang lebih rapi dan teratur. Umumnya gentong digunakan sebagai tempat air, atau tempat penyimpanan barang keperluan rumah tangga sehari-hari lainnya. Gayung bertangkai panjang biasa digunakan untuk mengeluarkan air dari dalamnya.

museum masjid agung demak

Gentong Kong lainnya, dengan bagian bawah terlihat lebih kusam, karena biasanya ditanam agar stabil ketika diisi air dalam jumlah yang besar. Di sebelah kiri belakang tampak koleksi lampu antik, dan di belakang sana adalah jam lemari yang pernah digunakan di dalam ruang Masjid Agung Demak namun sudah terlalu tua untuk digunakan.

museum masjid agung demak

Kentongan Wali dari Abda ke XV yang bentuknya tampak aneh untuk keadaan sekarang ini, karena lebih menyerupai bentuk sebuah kapal kecil ketimbang kentongan. Bagaimana pun namanya kentongan tentu digantung, tidak diletakkan seperti itu. Tangkai memanjang di bawah kentongan sebelah kiri adalah tempat tali untuk kemudian digantung pada tiang. Karena jaman dahulu belum ada speaker, kentong besar tentulah disukai karena bisa menghasilkan gema suara yang jauh.

museum masjid agung demak

©2021 Ikuti