Bagian depan Masjid Angke Jakarta dibatasi dengan pilar beton pendek dan pagar besi itu. Halaman Masjid Angke yang luasnya sekitar 500 m2 sebagian besar telah ditutup bangunan tambahan beratap seng yang digunakan untuk tempat sholat jika ruang utama sudah penuh, tempat wudhu, ruang perpustakaan, dan tempat untuk mengaji.
Bentuk dan ornamen menarik ada pada pintu masuk utama ke dalam ruangan Masjid Angke Jakarta, dengan warna coklat tua yang melebar bawahnya, dihias ukiran dan gegaris berwarna keemasan. Sementara lubang anginnya pada tembok diberi ornamen botol-botolan coklat tua bersusun dan berjajar ke samping, dengan garis lingkar berwarna keemasan.
Pada keempat sisi bagian atas pilar beton terdapat bentuk kotak plus berlatar hijau berisikan kaligrafi ayat suci dalam huruf Arab. Demikian pula pada area pada papan penghubung pilar yang ada di atasnya.
Empat pilar masjid tampak kokoh karena terbuat dari beton, berlekuk garis simetris pada sisi bawah dan atas. Ada pula kaligrafi di sisi atas. Pilar sokoguru dengan tinggi 9 meter ini melambangkan empat sahabat nabi. Masjid Angke Jakarta dipugar pada tahun 1969-1970, 1973, 1974, dan 1985-1987.
Ruang utama Masjid Angke Jakarta dilapisi seluruhnya dengan karpet sembahyang yang bersih dan masih bagus. Bagian mihrab terlihat bagus dengan mimbar tinggi berhias gapura paduraksa anggun. Kisi lubang hawa berbentuk botolan pula.
Tidak sebagaimana mimbar pada umumnya yang terbuat dari kayu dan biasanya berukir, mimbar di Masjid Angke ini bagian depannya menyerupai bentuk gapura paduraksa dengan ornamen garis-garis geometris. Lantai mimbar juga dibuat setinggi sekitar satu meter dengan empat undakan.
Bagian dalam puncak atap Masjid Angke yang berbentuk persegi empat dan semuanya terbuat dari kayu. Di keempat sisinya terdapat kisi-kisi jendela kayu, yang pada sisi kiri dan kanan bawahnya terdapat tulisan Arab dalam kotak yang berjumlah 101. Jumlah 99 mungkin berisikan sifat-sifat Allah, namun entah apa yang berada di dua kotak sisanya.
Di ujung kiri atas terlihat tangga kayu yang menuju ke bagian puncak limasan masjid, mungkin digunakan untuk memperbaiki atau mengganti speaker yang ada di sana. Lampu gantung masjid terlihat cukup cantik.
Pandangan dari dekat pintu masuk utama ke arah mihrab, yang menunjukkan arah kiblat (Mekah) di Masjid Angke. Kotak sumbangan diletakkan di tengah antara pilar agar terlihat lebih jelas. Dua orang jamaah tampak tengah melakukan ibadah shalat.
Pandangan sudut pada ruang utama masjid dilihat daro pojok depan mengarah ke pintu utama, memperlihatkan tangga kayu yang menuju bagian atas masjid. Jika saja triplek di langit ruangan itu dibuka, maka ruangan akan terlihat lebih lega dan sirkulasi udara menjadi lebih baik.
Pandangan ruang utama Masjid Jami Angke dari pintu samping ketika beberapa orang tengah sembahyang di dalam masjid. Pencahayaan di dalam masjid cukup baik karena jendela kisi botol di semua dindingnya.
Rangkaian huruf Arab yang mengambil dari ayat-ayat suci Al Quran diukir pada papan kayu yang berada di bagian dalam atas pintu utama Masjid Jami Angke. Tulisan itu menggunakan huruf Arab gundul.
Ornamen bebungaan dan suluran pada bagian atas pintu utama. Bentuk pintu Masjid Angke Jakarta ini mengingatkan saya pada bentuk gapura paduraksa yang biasanya memisahkan bagian tengah dan bagian dalam sebuah bangunan suci.
Makam Syaikh Liong Tan di halaman bagian belakang Masjid Jami Angke yang dibuatkan penutup sederhana dan dikeliling pagar bambu. Liong Tan dipercayai sebagai arsitek Masjid Jami Angke. Karena itulah pengaruh arsitektur Tiongkok juga ada pada bangunan Masjid Jami Angke ini.
Makam dengan batu nisan yang menyerupai pagoda bertingkat atau meru yang menarik ini masih berada di bagian belakang Masjid Angke. Nisan di sebelahnya memiliki bentuk yang berbeda namun juga bagus. Sayang sekali tak ada nama yang diukir di sana.
Makam Syarifah Maryam ini letaknya terpisah dengan makam lainnya dan cungkupnya dibangun pada 1974. Jika melihat namanya maka boleh jadi penghuni makam tua ini adalah seorang keturunan Arab yang dipercaya sebagai salah satu Wali, sehingga makamnya dikeramatkan.
Makam Syekh Jaffar dengan nisan berbentuk meru penduek yang diberi pembatas jeruji besi dan ditutup dengan kelambu berwarna kuning. Beliau adalah anak Pangeran Tubagus Angke. Poster berisi ayat suci ditempelkan pada pagarnya.
Muhammad Habib, pengurus Masjid Angke generasi ke-8, di depan sebuah makam tua yang ada di belakang masjid. Ada baiknya nama-nama penghuni makam ditulis dengan jelas di setiap makam itu, karena ingatan orang akan mudah hilang dimakan waktu.
Nisan terbuat dari batu putih dengan ukiran yang elok, namun sayangnya ada bagian yang sudah patah, dan nisan ini pun posisinya dalam keadaan miring. Nisan yang dibebat mori menandai bahwa ada yang istimewa dengan penghuninya.
Tengara nama Masjid Jami Angke yang berada di sebelah kiri pintu masuk ke halaman masjid. Atap limasan tumpang masjid tampak terlihat di belakangnya. Ujung atap yang melengkung menyerupai pelana adalah pengaruh budaya Tiongkok.
Diubah: Juni 13, 2020.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.
© 2004 -
Ikuti