Ruang utama Masjid Jami AnNawier Pekojan Jakarta Barat pada bagian mihrab dengan pilar-pilarnya. Langit ruangan yang tak begitu tinggi itu rata. Tak ada lengkung langit-langit meninggi lantaran masjid ini tak memiliki kubah. Di sisi Barat terdapat lima buah pintu lengkung perlambang Rukun Islam, sedangkan di sisi kanan ada enam pintu lengkung yang melambangkan Rukun Iman.
Lorong lebar yang disangga pilar-pilar saya lihat ketika melewati pintu masuk Masjid Jami AnNawier Pekojan. Jumlah pilar itu kabarnya ada 33, sesuai butiran tasbih wirid. Ujung lorong ini berbelok ke kiri untuk masuk ke ruang utama masjid, tempat dimana terdapat mihrab dan mimbar. Masjid Jami Annawier Pekojan, atau sering disebut sebagai Masjid Pekojan, adalah salah satu masjid tertua di Jakarta yang didirikan pada tahun 1180 H atau 1760 M.
Serambi dan ruang terbuka di bagian belakang dimana orang bisa melihat menara setinggi 17 meter dari Masjid Jami AnNawier Pekojan yang berbentuk mirip mercu suar. Di atas menara itu ada pengeras suara yang mengarah ke empat penjuru mata angin.
Masjid Jami AnNawier Pekojan memiliki halaman sempit dan jalan di depannya juga tak lebar, hanya pas untuk mobil berpapasan. Tanpa ornamen lengkung menyerupai puncak kubah pada pilar teras, dan jika tidak ada papan nama di atas pintu masuk, mungkin orang akan mengira ini bukan masjid.
Bagian mihrab Masjid Jami AnNawier Pekojan yang tidak rata dengan dinding, sedikit menyerong arahnya untuk mendapatkan arah kiblat yang benar. Ini membuat ada ruang tak terpakai di sisi sebelah kanan depan.
Menara Masjid Jami AnNawier Pekojan bentuknya lebih menyerupai mercu suar. Menara setinggi 17 meter ini letaknya jauh di belakang sehingga tak terlihat dari arah depan masjid. Sempat mencari tangga berputar ke atas menara namun tak saya temukan di sana. Di menara itu dipasang pengeras suara untuk mengumandangkan adzan saat waktunya tiba.
Pandangan pojok pada ruangan L masjid, ke kiri adalah menuju ke pintu keluar, dan ke kanan ke arah ruang utama masjid. Atap yang rendah menimbulkan rasa yang agak kurang nyaman.
Bedug berbentuk memanjang di sisi kanan masjid. Tak ada ornamen pada badan bedug, dan kaki-kaki penyangganya pun terkesan sangat biasa, cenderung sederhana.
Keluar ke sisi kanan terdapat serambi memanjang dan ruang terbuka di sebelahnya. Beberapa orang tampak tengah meluruskan punggung setelah shalat dzuhur. Di ujung sana terdapat sebuah bedung yang bentuknya memanjang. Dari area terbuka saya bia melihat menara masjid.
Pandangan lebih dekat ke arah menara masjid yang tampak menyerupai benteng pengintai. Lubang-lubang lengkung di puncak masjid digunakan sebagai tempat dipasangnya corong speaker.
Jika saja lorong masuk ini atapnya dibuat lebih tinggi, semacama atap tumpang dengan lubang-lubang saluran udara dan cahaya, kesannya tentu akan berbeda.
Papan nama Masjid Jami AnNawier Pekojan yang menyebutkan alamat, yaitu di Jl. Pekojan Raya No 71, Jakarta Barat, serta tahun pendirian pada 1180 H atau 1760 M, lima tahun setelah VOC menandatangani Perjanjian Giyanti yang mengakui Mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwana I dan menandai lahirnya Kesultanan Yogyakarta.
Halaman masjid yang tak begitu luas dimanfaatkan sebagai taman yang sedikit membantu suasana agar tak terlalu terasa gersang dan panas. Hanya saja memang tak ada tempat untuk parkir kendaraan yang memadai.
Diubah: Juni 13, 2020.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.
© 2004 -
Ikuti