Pemandangan ketika baru memasuki area gedung Museum Bank Mandiri yang sangat luas ini. Bangunan setinggi dan sekokoh ini kini jarang dibangun di Jakarta, apalagi di tempat-tempat lain di Indonesia. Kepraktisan, manfaat fungsional, dan efisiensi biaya lebih menjadi perhatian ketimbang memperhatikan seni arsitektur dan keagungan sebuah bangunan.
Berbagai mesin dan peralatan antik dunia perbankan yang kini sudah tidak digunakan lagi bisa dilihat di Museum Bank Mandiri, diantaranya dipasang berjejer berpenutup kaca dan diletakkan di atas meja-meja kecil. Kemajuan teknologi sedikit banyak membawa perubahan ketrampilan dan daya ingat, dan membuat orang malas untuk berpikir dan mengingat.
Instalasi yang menggambarkan suasana di kota Jakarta pada jaman dahulu kolonial. Ada nuansa keindahan, ketertiban dan citarasa tertentu ketika melihat foto kuno seperti ini. Jakarta sekarang adalah kota besar yang semrawut, tanpa disiplin, dan miskin cita rasa.
Sederetan koleksi lukisan elok berbagai ukuran di Museum Bank Mandiri Jakarta. Di museum ini ada sebuah ruangan pertemuan yang dulu biasa digunakan oleh para pejabat tinggi Bank Mandiri, dilengkapi dengan meja kayu berbentuk lonjong besar.
Di ruangan dan meja rapat ini, persoalan-persoalan penting mengenai dunia perbankan pernah dibahas, diperdebatkan dan diputuskan. Pejabat tinggi datang pergi, dan ruang rapat setia menjadi saksi berbagai drama yang terjadi di setiap pertemuan.
Sebuah buku besar (Grootboek) perbankan yang sudah berumur cukup tua yang disimpan di lantai 1 Museum Bank Mandiri. Buku ini dipakai pada 1833-1837 oleh Nederlandsche Handel-Maatschappij, yang sebelumnya disimpan di Pusat Arsip Rempoa. Beratnya mencapai 28 kg, 234 lembar, dan berukuran 67 x 54 x 13 cm.
Museum menjadi tempat yang baik untuk masuk ke lorong waktu masa lampau. Itu yang saya rasakan ketika melihat koleksi buku Tabungan Nasional (TABANAS) tahun 70-an di sebuah ruang museum yang menggugah kenangan. Warna buku itu khas sekali, sehingg dengan mudah saya mengenalinya. Ketika itu semangat untuk menabung benar-benar dipacu.
Pemandangan pada lorong serambi di depan ruang-ruang gedung Museum Bank Mandiri yang menghadap ke ruang terbuka di tengah gedung. Keramik lantainya terlihat klasik, dengan pilar-pilar beton kokoh berderet rapi sepanjang lorong. Pada dinding digantung dokumentasi foto lawas.
Jaman berganti peralatan pun berganti, dan Museum Bank Indonesia menjadi tempat nostlagia bagi para pegawai bank yang dahulu setiap hari tak pernah lepas dari mesin tik dengan berbagai model. Mesin tik digantikan komputer dengan casing CPU besar monitor tebal monochrome, lalu casing CPU mengecil dan monitor menjadi berwarna, hingga semuanya sekarang menggunakan monitor tipis dg CPU kecil, atau telah menggunakan notebook dan tablet.
Beberapa pengunjung bersilang jalan ketika tertarik untuk melihat dengan lebih dekat koleksi Museum Bank Mandiri yang menarik perhatian mereka. Penataan koleksi di museum ini sudah cukup baik, meski masih kalah kelas dengan Museum Bank Indonesia.
Berbagai peralatan antik dunia perbankan yang kini sudah tidak digunakan lagi bisa dilihat di Museum Bank Mandiri, termasuk mesin pembukuan rekening ini. Kemajuan teknologi sedikit banyak membawa perubahan bagi ketrampilan dan daya pikir manusia. Kemudahan yang dibawa oleh teknologi sering membuat orang menjadi manja secara fisik dan menjadi malas untuk berpikir dan mengingat.
Instalasi patung pimpinan bank yang duduk di kursi kerjanya tengah membaca berita koran, dengan peralatan kerja antik di atas mejanya. Membaca koran mengikuti berita perkembangan pasar uang dan ekonomi lokal dan global merupakan kegiatan sehari-hari para bankir.
Area bermain untuk anak-anak ini berada di bagian tengah Museum Bank Mandiri yang merupakan ruang terbuka dan asri. Ada permainan kuda-kudan dengan per, luncuran, jembatan dan sejumlah permainan lainnya.
Toko Cindera mata yang menjual barang-barang kenangan berupa mug dan sejumlah barang lainnya dengan harga cukup terjangkau. Lokasi toko terletak di bagian belakang bawah Museum Bank Mandiri.
Ruangan pertemuan bagi para pejabat tinggi di Museum Bank Mandiri, dilengkapi dengan meja kayu berbentuk lonjong besar. Di ruangan dan meja rapat ini, persoalan-persoalan penting mengenai dunia perbankan dibahas, diperdebatkan dan diputuskan. Pejabat tinggi datang pergi, dan ruang rapat setia menjadi saksi berbagai drama yang terjadi di setiap pertemuan.
Lukisan memanjang antik yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hindu Bali, dengan pura dan orang-orang yang tengah berpawai ritual di jalan dengan diringi gamelan Bali. Di atas bidang lukis ada keterangan panjang yang ditulis dalam aksara Latin, dan ada pula tulisan dalam aksara Tionghoa, yang menambah nilai keunikannya.
Seorang gadis remaja tampak tengah mengamati monitor kameranya setelah memotret dinding kaca ukir berwarna yang indah di tangga antara lantai satu dan lantai dua Museum Bank Mandiri. Selain tangga untuk naik atau turun ke lantai yang lain, di beberapa titik di ruangan Museum Bank Mandiri disediakan juga lift bagi pengunjung.
Pandangan lebih dekat pada bagian tengah kaca patri. Pada bagian tengah ini seluruhnya ada sembilan lukisan, dengan lukisan wanita yang tengah tersusun atas tiga fragmen lukisan, dan sisanya tersusun atas dua fragmen yang menggambarkan berbagai aktivitas keseharian.
Fragmen lukisan kaca patri di Museum Bank Mandiri dengan lukisan bulatan warna-warni yang tertebar dari wadah lancipnya. Di bagian atas terdapat tulisan dalam bahasa Belanda yang menyebut angka tahun 1889 dan 1932, serta nama Presiden Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) dan Factory Te Batavia.
Lukisan kaca patri Museum Bank Indonesia yang memperlihatkan keluarga petani dibuat dengan kombinasi warna yang cerah dan serasi. Guratan dan ekspresi wajah mereka menunjukkan perjuangan hidup yang berat.
Ruang penyimpanan (vault) dengan pintu besi yang sangat tebal ini dahulunya merupakan ruang penyimpanan barang yang paling berharga di bank, termasuk cadangan emas, serta benda berharga tinggi lainnya dan mungkin juga surat berharga yang bernilai tinggi.
Papan petunjuk dengan sejumlah tulisan dalam bahasa Belanda yang meyebutkan layanan serta pejabat bank pada jaman kolonial, ketika bank ini masih bernama Nederlandsche Handel-Maatschappij. Verdieping adalah lantai, dan Begane Grond adalah Lantai Dasar.
Tulisan tentang Groot Boek atau buku besar yang digunakan dalam rentang waktu 1833 - 1837, atau antara 4 sampai 5 tahun, dengan berat mencapai 28 kg. Lumayan berat, dengan jumlah halaman 334 lembar.
Foto lama memperlihatkan bangunan sekarang yang digunakan oleh Museum Bank Mandiri. Gedung sekarang sepertinya lebih anggun ketimbang aslinya. Bentuk pojokan terlihat berbeda dengan lantaran ada tambahan struktur pelindung di atas setiap jendela.
Pandangan lebih dekat pada sisi bagian tengah lukisan kaca patri di Museum Bank Mandiri, yang memperlihatkan gaya klasik dalam keelokan lukisannya serta pilihan kombinasi warna yang berani dan indah serta pola bidang geometrisnya.
Sebuah ruangan di dalam museum yang dahulunya dipakai sebagai ruang kerja bagi wakil kepala cabang. Jabatan yang mestinya tinggi karena hanya setingkat di bawah kepala cabang. Meja kayunya tampak sudah tua dan antik.
Sebuah foto dokumenter yang memperlihatkan penataan ruang kerja bagi pegawai bank biasa, yang dibuat tanpa sekat atau tanpa privasi sama sekali. Memang biasanya hanya orang penting yang punya ruangan dengan privasi baik, karena sering membicarakan hal-hal yang tidak semua orang boleh tahu.
Pandangan pojok pada gedung Bank Mandiri Jakarta pada saat ini. Bentuk sudut 90 derajat yang tajam pada bangunan aslinya sudah berubah lebih lunak dengan adanya bidang-bidang lengkung. Struktur pelindung yang menahan sinar matahari dan tenpias air hujan juga membuatnya lebih baik. Lubang-lubang jendela juga sudah berubah.
Pintu keluar Museum Bank Mandiri dari sampang kanan museum, yang seingat saya diambil dari dalam bus TransJakarta saat hendak menuju ke kawasan Taman Fatahillah, tapi mungkin juga saat duduk di bangku penumpang saat membawa mobil sendiri. Selain lewat pintu ini, pengunjung bisa juga keluar lewat pintu depan atau dari area pintu masuk.
Diubah: Juni 13, 2020.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.
© 2004 -
Ikuti