Deretan Perahu Angsa Taman Mini Indonesia Indah yang semuanya berbentuk sama, hanya warna cat dan ornamennya yang berbeda. Di ujung sana adalah tempat dimana petugas melayani pembelian tiket, serta dermaga kecil untuk naik ke dan turun dari perahu angsa. Jika tidak sedang ramai, pengunjung bisa memilih warna perahu angsa yang kondisinya terbaik.
Dermaga Taman TMII Arsipel adalah tempat yang kami kunjungi saat itu. Seingat saya sedikitnya ada tiga dermaga kecil di sekeliling danau untuk menaikturunkan pelancong ke perahu angsa. Spanduk yang digantung memberi informasi tentang jenis tiket yang tersedia serta detail informasi terkait, seperti misalnya berat maksimal penumpang untuk masing-masing perahu angsa adalah 150 kg. Harga sewa saat itu masih Rp30.000 untuk perahu angsa manual, yang kina telah menjadi Rp40.000, sedangkan untuk angsa mesin masih Rp20.000 per orang.
Tuas engkol untuk mengayuh perahu angsa ini merupakan besi bulat telanjang tanpa pedal, sehingga kadang agak merepotkan. Mungkin sekali pedal kaki itu memang ada ketika masih baru. Engkol pengendali arah juga tidak ada pelapis karet untuk pegangan tangan.
Anak kecil di bawah 10 tahun tak cukup panjang kakinya untuk mengayuh perahu angsa di Taman Mini Indonesia Indah ini, sehingga harus ditemani oleh orang dewasa jika hendak menaikinya. Anak kecil juga bisa duduk pada dudukan warna putih yang berada di belakang atas tuas agar tak terkena besi saat tuas digerakkan untuk mengatur arah perahu.
Standar mutu perawatan wahana perahu angsa di tempat wisata seperti ini tergolong masih rendah, yang memperlihatkan belum tingginya komitmen pengelola dalam menjaga kualitas pelayanannya pada pelancong. Semoga saja ke depan komitmen itu bisa lebih baik lagi.
Beton layang di sebelah kiri, di atas tempat parkir mobil, adalah tempat dimana rel kereta aeromovel berada. Kereta-kereta gantung terlihat mengalir bolak-balik pada kabel-kabel baja yang menggantung tinggi dari permukaan tanah. Menara-menara lancip di ujung danau sebelah sana adalah Istana Anak.
Air mancur di danau menjadi semacam titik sentral putaran bagi perahu angsa. Meski terkesan seadanya, keberadaan air mancur itu cukup menghibur. Di akhir pekan, area parkir mobil di pinggiran danau itu umumnya padat oleh mobil pelancong yang hendak berkunjung ke anjungan di seberang jalan.
Area dimana Dermaga Taman Arsipel berada ada diantara miniatur Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan, di sekitar miniatur Pulau Bangka Belitung. Area efektif untuk mengayuh Perahu Angsa adalah sekitar 50x50 meter.
Bagi pasangan muda, perahu angsa adalah tempat yang baik untuk berbincang-bincang ringan, atau membicarakan soal lebih serius seperti bagaimana merajut bersama masa depan mereka, tanpa khawatir ada yang menguping dengan menjaga jarak dari perahu angsa lainnya.
Jika dikayuh oleh dua orang dewasa, perahu angsa itu bisa melaju cukup cepat, meski tak ada alasan untuk kebut-kebutan di atas danau. Lebih baik mengayuh dengan santai sambil menikmati suasana sekitar. Bangunan di ujung danau di sana itu adalah Theater Garuda Taman Bhinneka Tunggal Ika.
Selain berbentuk angsa, ada pula beberapa buah perahu yang bentuknya mengambil rupa kuda laut, dengan bentang badan sedikit lebih panjang. Meski air danau tak bisa dibilang keruh, namun orang tak bisa melihat apa yang ada di bawah permukaan air, meski mestinya ada cukup banyak ikan di danau ini.
Jika kaki merasa lelah untuk mengayuh, pelancong bisa berhenti dan membiarkan perahu mengambang bergeser sesukanya. Angin tak begitu besar di sekitara danau, yang membuat perahu tetap stabil ketika dibiarkan mengambang di atas air danau.
Waktu 15 menit yang diberikan untuk sekali sewa tidaklah lama, namun dengan area kayuh yang tak begitu luas maka orang hanya bisa berputar-putar di sekeliling air mancur yang sederhana ini. Jika saja di atas 'Pulau Kalimantan' dibuat dermaga kecil untuk menambat perahu maka bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi pelancong. Apalagi jika di atas pulau dipasang sejumlah mainan anak.
Sebuah perahu berbentuk Kuda Laut tampak menyandar di dermaga Taman Arsipel TMII setelah penumpangnya baru saja turun. Di latar depan adalah meja dan kursi di area tunggu dimana terdapat kedai kopi.
Penampakan kedai kopi dengan meja dan kursinya yang kondisinya relatif masih baik dan cukup nyaman. Minuman ringan dingin juga ada di sana, dan boks tempat es krim juga ada.
Tulisan yang menempel pada dermaga ada yang memberi peringatan kepada pengunjung untuk mengantri dengan tertib, tidak saling serobot, dan peringatan agar berhati-hati dengan dompet serta ponsel agar tidak terjatuh ke dalam air danau oleh sebab pengelola tak bertanggung jawab jika itu sampai terjadi.
Meski matahari masih bersembunyi di balik awan kelabu, namun hawa di sekitaran danau masih terasa panas, membuat es krim terasa nikmat setelah mengambang di atas danau selama 15 menit.
Sekelompok anak muda tampak berada di sebuah pendopo kecil untuk sejenak melepas lelah. Area Taman Mini Indonesia Indah yang sangat luas sangat mudah untuk membuat orang cepat lelah ketika menelusurinya, dan nyaris mustahil untuk mengunjungi semua tempat yang ada di dalamnya dalam tiga atau empat kali kunjungan sekalipun.
Penampakan pada tempat duduk, tuas setir dan engkol kaki perahu angsa di TMII. Meski cukup bersih, namun akan lebih elok jika dalamannya dibuat lebih elegan lagi.
Area danau yang menjadi tempat bagi perahu angsa untuk melaju di atasnya. Area berumput di tengah adalah miniatur Pulau Kalimantan. Jika kapasitas perahu angsa manual adalah 2 orang dewasa, maka kapasitas perahu angsa mesin adalah 8 orang.
Diubah: Juni 14, 2020.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.
© 2004 -
Ikuti