Tiba di Slowakia melalui Wina- Austria, dan hanya membutuhkan sekitar 1 jam saja dengan mempergunakan mobil, seperti bermimpi menginjakkan kaki ke Bratislava pada bulan Agustus 2016 lalu. Kedatangan kami ke Bratislava menjadi duta seni Indonesia di acara "Bratislava Summer Festival" bersama Lembaga Seni Manikam Khatulistiwa diadakan di Main Square tepatnya di Old Town Square. Panggung megah tempat kami tampil di tengah alun-alun Old Town, lagi-lagi disuguhi kota tua yang menawan.
Suasana kota tua saat itu sangat semarak, ratusan orang menyaksikan penampilan kami dengan kostum batik merah putih. Respon yang baik dari warga setempat dan turis yang sedang menikmati old town membuat kami merasa senang. KBRI Slowakia memfasilitasi keperluan Manikam Khatulistiwa ketika tampil di panggung summer festival, sehingga kami nyaman dan berbesar hati.
Old Town yang terletak di pusat kota Bratislava, pusat niaga yang juga disebut Market Square. Di tempat itu sering diadakan pertunjukan seni termasuk summer festival, selain itu banyak sekali pedagang suvenir. Tempat bersantai sambil menyantap sajian kafe dan restoran, duduk di kursi dilengkapi meja dan payung yang dipasang ke jalanan seperti selayaknya pemandangan di negara Eropa lainnya.
Usai misi budaya keesokan harinya kami diundang ke acara Meet and Great yang diadakan oleh KBRI, pada saat itu hadir pula penyanyi reggae asal Indonesia yang sudah mendunia Ras Muhammad. Ia menjadi salah satu pengisi acara panggung reggae bersama musisi dunia lainnya, senang sekali ada anak negeri yang sukses di bidangnya. Saya tersenyum sendiri, karena pemuda berambut rasta itu sangat terkenal di kalangan pecinta musik reggae, sementara saya baru mengenal sosoknya ketika dipertemukan di acara tersebut. Waktu yang tersisa diisi dengan berwisata di seputar Bratislava. Kami mendapat kejutan dari Bapak Djumantoro Purbo, Duta Besar RI di Slowakia saat itu, yang berbaik hati mengantarkan kami dan sekaligus menjadi pemandu wisata. Alhasil kami kegirangan, kapan lagi jalan-jalan diantar Bapak Dubes tuan rumah yang menyenangkan dan disegani.
Adalah Bratislava Castle, tempat pertama yang kami kunjungi setelah old town. Kastil peninggalan sejarah yang diperkirakan mulai dihuni sejak masa transisi antara jaman batu dan perunggu. Posisi kastil berada di atas bukit batu yang tinggi sehingga terlihat jelas dari kejauhan, apalagi di malam hari tampak putih keperakan sangat kontras dengan cakrawala hitam. Bentuk kastil persegi panjang dipercantik oleh 4 menara di setiap sudut. Letak kastil dengan Sungai Danube sangat dekat dan menjadi tempat strategis untuk menikmati pemandangan kota.
Ada rasa penasaran yang membuat kami mengunjungi kastil dari dekat, tembok kastil yang tinggi bercat putih sangat terpelihari dengan baik. Aset kebanggaan Slowakia yang menjadi tujuan utama wisata di Bratislava. Di belakang kastil terdapat taman bunga yang cukup luas, hanya saja pada saat itu musim bunga belum pada puncaknya.
Esok harinya kami berkunjung ke jembatan unik Novy Most atau Novy Stary Most yang membentang tanpa tiang penyangga, di atas permukaan Sungai Danube yang merupakan sungai terbesar di dunia. Danube mengalir dari Jerman, melintasi hampir seluruh Eropa Tengah dan bermuara di Laut Hitam. Berpose bersama Bapak Dubes dan kawan seperjalanan Ken, Vanya juga Gendis. Tidak ketinggalan Adit mahasiswa salah satu universitas di Bratislava asal Sukabumi Jawa Barat yang baru saja kami kenal, sedangkan Chili dan Uyan teman seperjalanan lainnya yang memotret kami dan merekapun asik membidik setiap tempat yang indah. Beruntung Bapak Dubes mempunyai hobi fotografi sehingga ia bisa memberitahu tempat-tempat yang keren untuk difoto, beliau memberikan beberapa foto di Bratislava hasil karyanya.
Kamipun segera bergegas ke tempat lain sebelum senja semakin turun, kota kecil yang hening tanpa hiruk-pikuk. Bagi yang pertama kali datang jika ingin menyusuri kota baiknya berjalan kaki agar bisa merasakan suasana seluruh kota dengan santai sambil menikmati ice cream yang banyak dijual sepanjang jalan seharga 1,20 euro atau sekitar 18 ribu rupiah. Bagi yang enggan jalan kaki ada alat transportasi kota pilihan, yaitu kereta trem berwarna merah yang berhenti di setiap halte sesuai dengan jadwal yang ditempelkan di papan halte. Tiketnya tersedia di stasiun utama dan di beberapa halte, bisa didapatkan dengan mudah.
Dan inilah Blue Church, saat kami tiba setelah berjalan sekitar 10 menit dari sisi jembatan. Bangunan yang cukup dikenal di Bratislava. Gereja berwarna biru tua pada atapnya, sedangkan dinding gereja berwarna biru muda dan putih dengan sedikit aksen warna emas. Seperti rumah barbie dengan lampu temaram yang mulai dinyalakan sebab malam sudah di ambang senja. Menurut Pak Toro ruangan di dalam gereja lebih cantik, ada penyesalan di hati saya karena tidak diperkenankan masuk, apa boleh buat waktu kunjungan sudah habis.
Malam menjelang dan kami bergegas ke Wisma Duta tempat resmi kediaman Duta Besar RI. Kami diundang bermalam di Wisma Duta oleh tuan rumah, dan Ibu Dubes pun mengundang kami pada jamuan makan malam. Ruangan yang artistik dengan meja makan yang panjang, 8 orang menikmati jamuan makan malam diiringi instrumen lagu Indonesia Tanah Air Beta yang diputar dari CD Player, membuat kerinduan kepada tanah air. Kami makan sambil berbincang segala hal tentang Bratislava, Bapak Dubes menceritakan tugasnya sebagai wakil pemerintah Indonesia.
Seorang karib berkata, Bratislava adalah kota yang menggilai kedamaian. Masih banyak keindahan lain yang belum saya ceritakan seperti Devin Castle, Slovak National Theater, Sandberg (cagar alam), Primatial Palace yang saat ini menjadi kantor walikota dan masih banyak yang lainnya. Satu hal yang membuat saya menyerah adalah bahasanya sangat asing di pendengaran, kembali ke tanah air hanya kata ini yang saya ingat sampai sekarang "Dakujem Bratislava" Terima kasih Bratislava...
Bratislava
Slowakia. Lokasi GPS (Blue Church) : 48.1435181, 17.1167475, WazeDiubah: November 13, 2017.
Label: Bratislava, Slowakia, Vinny Soemantri
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.