Jalan berkelok-kelok tajam itu panjangnya mencapai 10 km, dimulai dari sebuah tempat yang disebut Ambun Pagi hingga sampai ke pinggiran Danau Maninjau. Namaun sebelum turun melewati Kelok 44, kami berhenti di ketinggian bukit pada GPS -0.30301, 100.24804 yang berada di Desa Ambun Pagi, dengan pandangan luas ke arah Danau Maninjau.
Di area Ambun Pagi yang cukup cantik ini juga terdapat warung-warung makanan serta toilet. Sayang waktu itu kami tidak menyempatkan pergi ke Puncak Lawang, yang merupakan titik tertinggi di sekitar Danau Maninjau. Puncak Lawang di Kabupaten Agam ini kabarnya juga merupakan salah satu lokasi olah raga Terbang Layang terbaik di dunia.
Seorang petani tampak tengah membajak sawah, masih menggunakan cara tradisional dengan memanfaatkan tenaga sapi, dan luku bajak, sementara temannya merapikan tanggul, dengan latar belakang permukaan Danau Maninjau yang terlihat tenang. Beberapa ekor burung tampak terbang melintas di atas permukaan air Danau Maninjau.
Pemandangan yang elok dengan latar Danau Maninjau ini kami lihat saat dalam perjalanan menuju ke Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka. Dalam perjalanan itu pula kami melihat Pohon Randu yang luar biasa besar dan sangat tinggi, yang membuat saya terkagum-kagum dan berhenti untuk memotretnya.
Citra Google satelit memperlihatkan perbukitan tinggi yang mengelilingi danau, dengan ujung utara terdapat lembah subur lebar di kaki bukit. Cekungan Danau Maninjau konon terbentuk dari letusan dahsyat Gunung Sitinjau yang terjadi sekitar 52 ribu tahun lalu, memuntahkan 220-250 km3 material piroklastik ke segenap penjuru angin.
Dari Ambun Pagi saya menggunakan lensa tele untuk mendapatkan pandangan lebih dekat ke area di seberang Danau Maninjau yang terlihat subur dan belum terlalu padat permukiman. Ambun pagi memberi pilihan titik pandang yang cukup banyak bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan danau dari atas perbukitan.
Di Ambun Pagi pula saya sempat mengambil serial foto secara mendatar dengan menggunakan lensa tele 200mm, dan menggabungkan sejumlah serial frame foto. Terlihat beberapa pulau kecil di tengah danau yang bisa disinggahi menggunakan kapal dari dermaga Muko-Muko. Dari area Ambun Pagi kami turun ke Danau Maninjau melewati Kelok 44 yang legendaris. Monyet liar masih bisa dijumpai di sejumlah area di kelok itu.
Danau Maninjau Agam merupakan danau terluas kedua yang ada di Provinsi Sumatera Barat setelah Danau Singkarak yang berada di Tanah Datar dan Solok. Sayang kami tidak menyempatkan mampir ke Dermaga Muko-muko untuk naik perahu sambil menikmati pemandangan perbukitan di sekeliling Danau Maninjau yang indah menawan ini.
Kelompok-kelompok karamba bisa dilihat di beberapa bagian Danau Maninjau Agam. Budidaya ikan menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat di sekitar danau ini. Warung-warung yang menjual ikan bilis (bilih atau bako, Mystacoleucus padangensis) banyak dijumpai di tepian danau. Di salah satu bagian danau yang menjadi hulu Sungai Batang Sri Antokan ini, terdapat instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air Danau Maninjau yang dikelola oleh PLN.
Menurut legenda setempat, keberadaan Danau Maninjau berkaitan kisah tragis Giran dan Siti Rasani. Sani adalah bungsu dari sepuluh bersaudara yang sembilan sisanya dikenal sebagai Bujang Sembilan, sedangkan Giran adalah sepupu mereka.
Kesaksian palsu Bujang Sembilan, karena dendam, membuat pasangan Giran Sani yang saling mencinta itu diceburkan ke kawah Gunung Sitinjau. Kutukan Giran sebelum terjun ke kawah bersama kekasihnya, membuat Gunung Sitinjau meletus meluluhlantakkan perkampungan, menciptakan Danau Maninjau, dan Bujang Sembilan pun berubah jadi ikan.
Danau Maninjau yang jauh lebih elok jika dilihat panoramanya dari tapak perbukitan yang tinggi ini memiliki panjang maksimum hingga mencapai 16 km dan lebar maksimum 7 km, berada pada ketinggian 461,5 mdpl, dengan kedalaman air danau rata-rata 105 meter. Sangat dalam.
Danau Maninjau
Alamat : Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lokasi GPS: -0.2991186, 100.2243125, Waze. Tempat Wisata di Agam, Hotel di Matur, Hotel di Tanjung Raya.Pohon randu tinggi lebat amat elok yang kami temui itu ketika tengah menyusur tepian Danau Maninjau. Besarnya pohon dan ketinggiannya bisa diperbandingkan dengan tinggi orang yang kebetulan tengah lewat di bawahnya. Di beberapa daerah di Jawa, pohon randu sering dipercaya sebagai tempat bermukimnya para lelembut.
Sebuah pemandangan ke arah Danau Maninjau yang dilihat dari sebuah titik di Ambun Pagi. Foto ini diambil dengan menggunakan lensa tele 200mm. Dataran dengan daerah permukiman penduduk yang mulai padat dan area persawahan yang hijau tampak mengisi pinggiran Danau Maninjau, dengan perbukitan tinggi di punggungnya.
Dari Ambun pagi pejalan bukan hanya bisa melihat dengan sudut pandang mata burung ke area sekitar Danau Maninjau namun juga bisa mendapat latar depan yang baik berupa puncak pepohonan hijau dan kemuncak rumah yang mempermanis pemandagan.
Di ujung kanan adalah sebuah sudut Danau Maninjau yang dipadati permukiman, dengan dua dari sekian buah pulau kecil yang terlihat di permukaan danau di dekat pinggiran. Lembah diantara kedua perbukitan itu menjadi tanah yang subur untuk digarap oleh penduduk.
Juga di seberang sana, daratan kecil di tepian Danau Maninjnau sekalipun sudah dihuni oleh penduduk, meskipun tempat itu hanya terhubung dengan dunia luar lewat transportasi air, karena di belakangnya langsung perbukitan yang tinggi.
Ini adalah pemandangan panoramik ke arah Danau Maninjau yang dilihat dari sebuah titik di Ambun Pagi. Foto ini diambil dengan menggunakan lensa tele 200mm, menggabungkan sejumlah serial frame foto secara mendatar.
Sebuah pulau kecil di tengah Danau Maninjau. Beberapa pulau kecil di Danau Maninjau ini bisa disinggahi dengan menggunakan kapal dari dermaga Muko-Muko. Di satu bagian danau di sekitar dermaga ini, yang menjadi hulu Sungai Batang Sri Antokan, terdapat PLTA Danau Maninjau.
Komposisi pepohonan yang indah antara yang daunnya meranggas dan rimbun, diambil dengan lensa tele. Pepohonan ini seingat saya berada di sekitar jalan Kelok 44 menuju ke Danau Maninjau.
Pandangan lebih dekat pada sudut Danau Maninjau dengan lembah diantara kedua perbukitan yang menjadi tanah yang subur untuk digarap oleh penduduk.
Sebagian dari sekian banyak kawanan monyet ekor panjang yang berkeliaran di tepian jalan Kelok 44 Danau Maninjau saat kami melintasi kelok jalan yang legendaris ini. Mereka menunggu lemparan derma dari pejalan yang lewat.
Di setiap kelok saat itu ada tanda seperti ini yang memberitahu pengendara sudah berapa kelok yang mereka lewati dari 44 kelok yang ada sebelum sampai ke tepian Danau Maninjau.
Pohon Kelapa, dangau, pohon peneduh, tanaman padi yang mulai tumbuh subur, air danau kebiruan dan perbukitan hijau, menjadi sebuah komposisi pemandangan alam yang indah yang kami lihat dalam perjalanan ke Museum Rumah Kelahiran Buya HAMKA, melewati jalan di tengah persawahan.
Persawahan, nyiur, sebuah pohon yang setengah meranggas, air danau, dan tebing tegak tinggi di ujung sana. Danau Maninjau di Agam merupakan danau terluas kedua yang ada di Provinsi Sumatera Barat setelah Danau Singkarak yang berada di Tanah Datar dan Solok.
Petani yang membajak sawah dengan sapi dan luku bajaknya itu sudah bolak-balik menyisir sawah untuk membalik tanah agar gembur dan mudah ditanami padi nantinya, sementara temannya masih terus merapikan tanggul.
Pandangan dekat pada pohon Randu, memperlihatkan buahnya yang sangat rimbun dan sebagian telah pecah mengeluarkan kapas. Serat-serat kapas itu akan beterbangan dibawa angin jika tak ada yang memetiknya.
Keluarga bahagia dengan wajah-wajah ceria yang kami sapa untuk bertanya arah dalam perjalanan balik ke Rumah Kelahiran Buya HAMKA setelah mengunjungi Danau Maninjau. Kami berhenti ketika seorang teman tertarik pada bangunan kayu rumah yang mereka tinggali yang memang terlihat khas dan cantik.
Kelompok-kelompok karamba yang bisa dilihat di beberapa bagian Danau Maninjau Agam. Budidaya ikan menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat di sekitar danau ini. Di salah satu bagian danau yang menjadi hulu Sungai Batang Sri Antokan ini, terdapat instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air Danau Maninjau yang dikelola oleh PLN.
Peta Danau Maninjau yang cukup detail. Peta ini saya lihat menempel pada dinding tembok hotel di tepi danau itu. Peta itu menunjukkan bahwa lebar danau mencapai 8 km dan panjangnya mencapai 16 km, dan ada tujuh Nagari yang berada di sekeliling Danau Maninjau.
Peta yang memperlihatkan posisi Danau Maninjau di Pulau Sumatera. Danau ini berbatas tebing curam di sisi selatan dan barat, dan lembah landai di sisi utara dan timur. Puncak Lawang berada di sisi timur laut dan menjadi salah satu tempat terbaik untuk menikmati panorama danau, selain sebagai landasan para layang.
Foto panorama ini memperlihatkan dataran persawahan hijau subur yang berada di pinggiran Danau Maninjau.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Agam, Danau, Sumatera Barat
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.