Makam Arung Palakka berada di kelurahan yang sama dengan Makam Sultan Hasanudddin, yaitu di Desa Katanga, Kecamatan Somba Opu, Gowa. Letak makam sekitar 200 m, dari tepi jalan, melewati sebuah jalan mendaki ke atas yang agak sempit yang langsung menuju ke arah makam.
Ia lahir pada hari Jumat, 15 September 1635, di sebuah desa yang bernama Lamotto, Mario-ri Wawo, Soppeng. Ayahnya bernama Lapattobune Aru Tana Tengga dan ibunya bernama We Tennisui, yang adalah puteri Raja Bone XII. Arung Palakka meninggal di Bontoala, sebuah desa di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, pada 6 April 1696.
Gerbang masuk Makam Arung Palakka terkunci ketika kami tiba. Memenuhi permintaan kami, seorang pria paruh baya melompati pagar makam untuk memberitahu penjaga makam. Beberapa menit kemudian seorang wanita muncul dan tanpa bertanya ia mengurai gembok, membuka pintu pagar, dan mempersilahkan kami masuk ke kompleks makam yang cukup luas itu.
Palakka pernah hidup dan menjadi seorang jagoan yang ditakuti dan malang melintang di Batavia sejak tahun 1660-an. Sebelumnya, ia bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia dari kekuasaan Sultan Hasanuddin di Makassar. Oleh VOC Palakka diberi daerah di pinggiran Kali Angke, hingga ia disebut To Angke atau orang Angke.
Ketika tinggal di Batavia itu ia kemudian membangun persekutuan rahasia dengan Cornelis Janszoon Speelman dan seorang pria yang berasal dari Pulau Manipa, Ambon, bernama Kapiten Jonker. Secara bersama-sama mereka berhasil memegang kendali atas VOC, termasuk memegang monopoli perdagangan emas serta hasil bumi.
Cungkup Makam Arung Palakka berada di baris paling depan di kompleks makam ini, mungkin menandai posisinya yang penting diantara kubur lain. Bentuk cungkup kubur yang unik seperti itu belum pernah saya lihat sebelumnya. Makamnya ternyata berada dalam satu kompleks dengan tempat dimana disemayamkan tubuh mertua Sultan Hasanuddin.
Arung Palakka adalah orang yang memimpin penaklukan Sumatra dan menghancurkan perlawanan rakyat Minangkabau terhadap VOC. Kisahnya berawal pada tahun 1662, ketika dibuat Perjanjian Painan antara VOC dengan pemimpin Minangkabau di Padang yang bertujuan memonopoli perdagangan di pesisir Sumatera, termasuk monopoli emas Salido.
Namun rakyat Minangkabau marah dan mengamuk pada tahun 1666, menewaskan Jacob Gruys, perwakilan VOC di Padang. Palakka pun dikirim VOC ke Minangkabau, dan bersama pasukannya ia berhasil mematahkan perlawanan rakyat Minangkabau dan menaklukkan seluruh pantai barat Sumatera, serta memutus hubungan antara Minangkabau dengan Aceh.
Pemandangan pada makam yang ada di dalam cungkup kubah cukup menggetarkan. Harum bunga dan setanggi tercium kuat di dalam ruangan yang licin dan mengkilap ini. Ada dua kubur di dalam cungkup, dengan kubur Arung Palakka terletak di sebelah kanan. Suasana sepi, lantai dingin, serta aroma setanggi membawa suasana mistis di dalam ruangan cungkup.
Ada sebuah kubur dengan kubah yang mengecil lancip ke atas yang adalah tempat disemayamkan tubuh dari mertua Sultan Hasanuddin, sedangkan yang di ujung kiri belakangnya adalah cungkup Makam Arung Palakka. Entah mengapa kuburnya berada di dalam kompleks ini. Dalam kubur memang tak ada lagi permusuhan, semua kebenaran dan kesalahan semasa hidup sudah dikembalikan ke penguasa alam semesta.
Bersama Arung Palakka, Speelman menghancurkan Benteng Sombaopu Kerajaan Gowa yang waktu itu dipimpin Sultan Hasanuddin, dan lalu menguasai perdagangan di Indonesia timur, khususnya jalur rempah Maluku. Speelman kemudian menjadi Gubernur Jenderal VOC pada 1681. Sedangkan Kapiten Jonker adalah orang yang berhasil menangkap Trunojoyo dan mematahkan perlawanan para pengikutnya.
Kompleks makam ini terasa agak panas, karena hanya ada beberapa pohon berukuran relatif kecil yang tidak mampu melindungi pengunjung dari sengat matahari yang terik dan kering. Di salah satu bagian makam ada sebuah patok tulis yang berbunyi "Bangsa yang besar adalah banga yang mencintai warisan budaya leluhurnya", mungkin juga dimaksudkan sebagai pengingat bahwa baik Arung Palakka maupun Sultan Hasanuddin telah melakukan yang terbaik bagi rakyat dan wilayahnya masing-masing.
Pun sejarah membuktikan bahwa kejayaan selalu dekat dengan kehancuran. Seorang perwira asal Perancis bernama Isaac declornay de Saint Martin, berhasil mengungkap korupsi yang dilakukan Speelman sehingga ia dicopot dari jabatannya sebagai Gubernur Jenderal. Isaac pun mempengaruhi Gubernur Jenderal Champuys untuk segera menyingkirkan Kapiten Jonker.
Daerah kekuasaan Kapiten Jonker di Pejonkeran Marunda dikepung dan diserbu. Kapiten Jonker terbunuh, kepalanya dipancung dan dipamerkan kepada khalayak ramai. Para pengikutnya juga dibunuh, dan keluarganya diasingkan ke Colombo dan Afrika. Begitulah, tak ada kejayaan dan kekuasaan yang abadi. Hanya kenangan baik buruk yang bertahan lama.
Sayang sekali bahwa waktu yang tak tepat telah membuat orang sering berada di seberang jalan yang berbeda. Namun waktu juga bisa memberi ruang yang cukup bagi keturunan mereka untuk belajar dari konflik yang pernah terjadi dahulu, untuk mengubur luka lama, untuk lebih bijak, dan untuk bersatu membangun kehidupan masa depan yang lebih baik.
Makam Arung Palakka Gowa
Alamat : Kelurahan Katanga, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Lokasi GPS -5.1933715, 119.4456205 (navigasi dengan Google Map), Waze (navigasi di Android dan iOS, install Waze di Play Store). Jam buka tergantung kuncen. Harga tiket masuk gratis.Kubah kubur yang mengecil lancip ke atas yang sebelah kanan adalah tempat disemayamkan tubuh dari mertua Sultan Hasanuddin, sedangkan yang di ujung kiri sana adalah cungkup Makam Arung Palakka. Dalam kubur memang tak ada lagi permusuhan, semua kebenaran dan kesalahan semasa hidup sudah dikembalikan ke penguasa alam semesta.
Makam Arung Palakka adalah yang berada di sebelah kanan. Ada suasana mistis ketika memasuki cungkup makam ini. Badan makam dihias relief daun dan bunga.
Sisi kana Makam Arung Palakka, juga dengan ornamen daun dan bunga pada badan makam. Batu hitam menjadi penanda pada kedua nisan. Lantai makam terlihat sangat licin dan bersih.
Lebih jelas lagi pada ornamen kubur Arung Palakka berupa relief daun dan bebungaan. Jenis ornamen di sisi kanan ini agak berbeda dengan ornamen yang ada pada badan kubur sebelah kiri.
Siapa pun pemilik makam ini tentuanya ia adalah keluarga dekat Arung Palakka, mungkin istrinya. Nisan pada makam ini tidak setinggi nisan makam Arung Palakka, dan tidak ada pula ornamen pada dinding makam.
Catatan dengan tulisan tangan yang saya peroleh dari penjaga kubur tentang riwayat Arung Palakka. Ada pula catatan nomor telepon genggam yang bisa dihubungi jika ada pengunjung yang ingin menemui penjaga makam. Semoga nomornya masih tetap aktif.
Kubur batu bersusun dengan bentuk unik yang cukup banyak ditemui di kompleks Makam Arung Palakka. Tidak adanya nama pada kubur membuat sulit untuk melakukan pengenalan terhadap pemilik kubur.
Dua diantara sekian kubah kubur yang letaknya agak jauh di bagian belakang kompleks Makam Arung Palakka, berdekatan dengan kubur batu susun lainnya yang bervariasi tinggi rendahnya.
Dua buah kubur batu susun dan kubur batu pendek lainnya dengan latar cungkup kubur Arung Palakka yang berwarna putih di ujung sana. Pemakaian batu pada kubur tentunya dimaksudkan agar kubur bisa bertahan lama, dan baiknya ukiran nama pemiliknya bisa dibuat pada badan kubur agar bisa dikenali anak cucu.
Kubur pendek kecil yang terbuat dari satu tumpukan batu tampaknya adalah kubur anak-anak, sementara kubur batu susun tentunya adalah kubur orang yang berpengaruh dan dihormati orang semasa hidupnya. Sayang sekali tak ada tengara nama.
Ada bentuk seperti gapura paduraksa kecil dan pintu masuk ke dalam kubur, yang mungkin digunakan sebagai tempat untuk meletakkan tanda mata seperti bunga atau benda lainnya. Adanya lubang pada kubur ini juga merupakan sesuatu yang unik.
Diubah: Desember 13, 2024.
Label: Gowa, Makam, Sulawesi Selatan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.