Sultan Ma’moen Al-Rasyid Perkasa Alamsyah adalah raja Kesultanan Deli ke-9 yang bertakhta pada kurun waktu 1873-1924. Lahir pada 27 Agustus 1855, ia diangkat menjadi Sultan pada usia muda 17 tahun. Meski demikian, adalah di masa pemerintahannya kemajuan dan kemakmuran Kesultanan Deli mencapai puncaknya.
Ketika saya berkunjung ke sana, Masjid Raya Al Mashun sudah mulai tampak tua. Sejumlah pekerjaan perawatan dan perbaikan telah perlu dilakukan, baik pada bagian luar maupun bagian dalam masjid untuk mengembalikan keagungan masa lalunya. Bangunan masjidnya sendiri masih asli, belum pernah direnovasi. Kendaraan kami parkir di depan masjid di bawah pepohonan rindang dan lalu berjalan kaki memasuki area masjid yang luas.
Masjid Raya Al Mashun Medan, dengan rancangan bergaya campuran Maroko, India dan Eropa abad ke-18, dilihat dari bagian kiri gerbang masuk. Pada mulanya arstitek perancangnya adalah van Erp, yang juga merancang Istana Maimun, namun kemudian Klinenberg dan Adolf J. Dingemans ditunjuk untuk membuat rancangan masjid setelah van Erp dipanggil ke Jawa Tengah guna membantu pekerjaan restorasi Candi Borobudur. Namun ada yang menyebut bahwa yang membuat desainnya adalah Dengunmans dari Belanda.
Luas bangunan masjid sekitar 5000 m2, didirikan di atas tanah seluas 18.000 m2. Pembangunannya memerlukan waktu 3 tahun, dimulai pada 21 Agustus 1906 dan selesai pada Jumat 10 September 1909. Namun penggunaan masjid yang mampu menampung 1500 jamaah ini secara resmi baru dimulai pada Minggu, 19 September 1909.
Pembangunan masjid konon menggunakan dana kompensasi tanah Kesultanan Deli yang dipergunakan sebagai area perkebunan tembakau oleh seorang pengusaha perkebunan Belanda bernama Nienhuys pada tahun 1865. Jika melihat bentuk bangunannya yang cukup megah dan kokoh, tentu dana yang dibutuhkan tidaklah kecil.
Di ruang utama masjid terdapat ruang imam berbentuk lengkung dan mimbar marmer berundak antik yang penuh dengan hiasan dan ornamen indah. Di dalam ruangan Masjid Raya Al Mashun Medan terdapat dua buah mimbar marmer, yang satu di dekat ruang imam digunakan sebagai tempat khotib membawakan khotbah dan yang di sebelah belakang dipakai sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan.
Meski ukuran masjid cukup besar, namun bentuk segi delapan-nya membuat ruangan masjid terlihat tak lazim dan terkesan sempit, apalagi dengan pilar-pilar besar yang berdiri kukuh menyangga kubah. Seluruh ruangan masjid dilapisi dengan karpet lembut dengan motif polos di bagian belakang shaf, dan motif menyerupai sajadah di bagian dekat imam. Sebuah jam lemari tua berdiri di samping ruang imam.
Masjid ini memiliki empat pintu utama dan empat serambi utama, yaitu di bagian depan dan belakang, serta di bagian kanan dan kiri bangunan yang juga berfungsi sebagai gerbang utama menuju bagian dalam masjid. Di setiap serambi terdapat dua jendela yang dibuat dari kayu merbau berukir elok.
Penampakan pada sisi bagian atas ruangan Masjid Raya Al Mashun Medan, memperlihatkan dinding lengkung bergerigi yang menghubungkan setiap pilar. Hiasan pada langit-langit dan lengkungan pilar berbentuk bebungaan dengan detail elok. Tidak ada hiasan kaligrafi sebagaimana biasa ditemukan pada kebanyakan masjid.
Jumlah tiang marmer yang kokoh tinggi itu semuanya ada delapan buah, sesuai dengan jumlah sisi bangunan, masing-masing memiliki garis tengah 60 cm. Selain sebagai pilar utama masjid, kedelapan tiang itu juga berfungsi sebagai penyangga kubah utama di bagian tengah ruangan.
Bagian dalam kubah Masjid Raya Al Mashun Medan berbentuk segi delapan, dengan lampu kristal susun empat indah menggantung di bagian tengahnya. Lampu-lampu gantung yang lebih kecil berjumlah delapan dipasang di setiap sisi mengelilingi lampu utama. Pada setiap sisi juga dipasang kipas angin kecil yang membantu perputaran alir udara di dalam ruangan agar hawa lebih terasa sejuk.
Kubah utama Masjid Raya Al Mashun Medan yang berukuran besar di bagian tengah dikelilingi oleh empat kubah berukuran lebih kecil yang semuanya berwarna hitam dan di setiap pucuknya terdapat hiasan bulan sabit. Sedangkan menara tunggalnya yang menjulang tinggi berdiri agak jauh dari bagian utama bangunan masjid.
Masjid Raya Al Mashun Medan
Alamat : Jl. Masjid Raya, Medan.Sekitar 200 meter dari Istana Maimun, Medan. Lokasi GPS : 3.5751598, 98.6875785, Waze. Hotel di Medan, Tempat Wisata di Medan, Peta Wisata Medan, Kuliner di Medan.Bagian dalam kubah Masjid Raya Al Mashun Medan yang berbentuk segi delapan, dengan lampu kristal susun empat indah menggantung di bagian tengahnya. Lampu-lampu gantung yang lebih kecil berjumlah delapan dipasang di setiap sisi mengelilingi lampu utama. Pada setiap sisi juga dipasang kipas angin kecil yang membantu perputaran alir udara di dalam ruangan agar hawa lebih terasa sejuk.
Pandangan lebih dekat pada mimbar marmer dengan ornamen elok. Di dalam ruangan Masjid Raya Al Mashun Medan terdapat dua buah mimbar marmer, yang satu di dekat ruang imam digunakan sebagai tempat khotib membawakan khotbah dan yang di sebelah belakang dipakai sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan.
Dua diantara pilar marmer kokoh yang menjadi penyangga utama ruang tengah masjid, sekaligus penyangga kubah besar yang berada di pusat masjid. Sebagian dari dua jendela yang ada di setiap serambi masjid juga terlihat pada foto ini.
Sudut pandang yang memperlihatkan undakan pintu utama Masjid Raya Al Mashun dengan tiga dari lima kubahnya yang berwarna hitam, serta menara masjid di ujung sana yang terletak cukup jauh dari bangunan utama.
Tampak belakang Masjid Raya Al Mashun memperlihatkan bentuk bangunannya yang simetri sempurna, dengan tiga dari empat kubah kecil beratap hitamnya, serta sebagian pelataran masjid. Ornamen di atas pintu masuk berupa bentuk geometris, suluran dan bebungaan indah.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Masjid, Medan, Sumatera Utara, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.