Pulau Lae-lae Makassar

Makassar ternyata memiliki sebuah pulau kecil cantik yang letaknya di lepas Pantai Losari, bernama Pulau Lae-lae Makassar. Pulau Lae-lae yang sepertinya hanya dihuni oleh para nelayan tradisional ini bisa dicapai hanya dalam waktu beberapa menit dari Pantai Losari, dengan menyewa perahu motor.

Pada awalnya tidak terpikir untuk mengunjungi Pulau Lae-lae ketika saya berhenti di Pantai Losari untuk menyegarkan ingatan tentang pantai itu, sampai seorang pengemudi perahu mendekat dan menawarkan jasanya. Sedikit keinginan berpetualang, dan harga sewa yang sesuai, membuat kami akhirnya duduk di sebuah perahu berbentuk angsa menuju Pulau Lae-lae.

Meski bisa dikatakan bukan perahu standar, dan terbilang kecil, namun melihat begitu dekat jarak yang terlihat dengan mata telanjang, serta gelombang air laut yang relatif tenang, membuat ketidaknyamanan berada di atas air laut menjadi menipis. Mengambang di atas air laut belum pernah menjadi kegemaran saya.

pulau lae-lae makassar

Sebuah perahu tradisional tampak tengah mendekati Pulau Lae-lae, sementara beberapa perahu lain yang berukuran lebih besar terlihat di latar belakang. Meski bisa dikatakan telah cukup sering mengunjungi Kota Makassar, namun hanya di waktu kunjungan terakhir saya memiliki kesempatan berkunjung dan menikmati panorama Pulau Lae-lae.

Air laut sepanjang perjalanan menuju Pulau Lae-lae cukup tenang, namun memotret dari atas sebuah perahu kecil yang selalu bergerak dan bergoyang menembus air laut masih cukup menantang buat saya. Matahari yang sinarnya membakar kulit dan mulai turun mendekati cakrawala juga memberi tantangan yang lain.

Menurut catatan, Pulau Lae-lae memiliki luas 6,5 ha yang dihuni oleh sekitar 400-an keluarga nelayan atau kurang lebih 2.000 jiwa. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk menempuh jarak sekitar 1,5 km sampai ke Pulau Lae-lae dari Pantai Losari, Makassar.

pulau lae-lae makassar

Sebelum mendarat di tepian pantai Pulau Lae-lae, kami terlebih dulu mengelilingi pulau yang ukurannya tak begitu besar ini. Ketika menawar sewa perahu di Pantai Losari ada baiknya dipastikan terlebih dahulu bahwa harga sewa sudah termasuk untuk mengelilingi pulau.

Jika tidak disepakati dari awal maka bisa saja ada tukang perahu kreatif yang menyimpan tawaran untuk mengelilingi pulau ketika penumpang sudah dan sedang berada di atas air, dan terpaksa menambah ongkos sewa karena merasa sayang jika menolaknya.

Konon di pulau ini dulu ada terowongan bawah tanah yang terhubung dengan Fort Rottererdam, namun saya tak melihatnya ketika berada di sana. Hanya jajaran pepohonan yang tertata rapi yang tampak indah dipandang mata. Sinar mentari sore dan siluet pepohonan dengan kapal-kapal di pantai Pulau Lae-lae memberi latar pemandangan yang indah.

pulau lae-lae makassar

Siluet pepohonan yang berjajar di ujung Pulau Lae-lae terlihat cantik, memanjang di atas tanggul batu yang berfungsi sebagai tempat pendaratan perahu dan pemecah gelombang penahan abrasi. Hemat saya ini adalah salah satu spot terindah yang ada di Pulau Lae-lae.

Setelah sedikit memutar melihat Pulau Lae-lae dari jarak beberapa meter dari bibir pantai, melihat deretan rumah penduduk dan perahu yang ditarik dari air laut dan diletakkan di atas pasir putih, kami pun turun ke daratan. Suasana cukup sepi saat itu, hanya ada beberapa anak kampung yang tengah bermain di pantai.

Kami menuju struktur tanggul beton yang sepertinya dimaksudkan untuk memberi perlindungan bagi pantai Pulau Lae-lae terhadap gerusan gelombang atau pun air pasang. Dermaga batu buatan memanjang ini lokasinya berada di dekat dengan tempat kami mendarat di pulau yang dulu pernah digunakan sebagai pos balatentara Jepang.

Sewa perahu angsa bermotor saat itu adalah sekitar Rp.200.000 pulang pergi, yang memakan waktu satu jam setelah mengelilingi pulau dan turun di pantai Pulau Lae-lae selama beberapa waktu untuk menikmati keindahannya dan memotret. Perahu reguler juga tersedia dengan ongkos yang jauh lebih murah.

Pulau Lae-lae Makassar

Dicapai dengan perahu melalui Pantai Losari Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasi GPS: -5.135997, 119.3910831, Waze. Hotel di Makassar, Tempat Wisata di Makassar, Peta Wisata Makassar.

Struktur di atas sepertinya dimaksudkan untuk memberi perlindungan bagi pantai Pulau Lae-lae terhadap gerusan gelombang atau pun air pasang. Dermaga batu buatan memanjang ini lokasinya berada di dekat dengan tempat kami mendarat di pulau yang dulu pernah digunakan sebagai pos balatentara Jepang.

pulau lae-lae makassar

Kami berpapasan dengan sejumlah perahu saat menyeberang ke Pulau Lae-lae, salah satunya dengan perahu bercadik yang kecil ini. Di ujung sana ada lagi perahu lain yang juga bercadik.

pulau lae-lae makassar

Sebuah perahu motor ramping melintas dengan cepat di sisi kanan kami. Beruntung kami tak berpapasan dengan kapal besar yang gelombangnya bisa saja merepotkan karena meluncur di atas sebuah perahu yang ukurannya sangat kecil.

pulau lae-lae makassar

Pemandangan Kota Makassar dari perahu motor yang kami tumpangi. Sampah dan kotoran lainnya tampak mengambang tak sedap di permukaan air laut yang kami lewati.

pulau lae-lae makassar

Pulau Lae-lae tampak di sebelah kanan sana, dengan matahari seperti tepat berada di atasnya, memantulkan gemerlap sinarnya pada permukaan air laut. Karena melawan matahari, agak sulit mendapatkan foto yang baik.

pulau lae-lae makassar

Tangkapan kamera lainnya saat seorang pria yang berada sendirian di atas sebuah perahu meluncur mendekati Pulau Lae-lae.

pulau lae-lae makassar

Pemandangan yang elok dengan nyiur seolah melambai dari tepian pantai. Sebagai negara kepulauan, laut memang mestinya menjadi penghubung dan penyatu, bukan pemisah.

pulau lae-lae makassar

Bentuk rumah di ujung sana itu adalah tempat dimana orang naik dan turun dari perahu. Namun kami turun langsung di tepian pantai, tidak menggunakan dermaga itu.

pulau lae-lae makassar

Sebuah perahu bersilang arah dengan perahu angsa bermotor yang kami tumpangi. Gelombang air laut yang bentuknya seperti ini mengingatkan saya pada bentuk gundukan pasir yang berada di sebuah gurun.

pulau lae-lae makassar

Pemandangan di ujung Pulau Lae-lae saat saat kami mengitari dengan perahu angsa bermotor yang kami sewa. Meski membayar lebih, namun memang perlu untuk dilakukan dan sayang jika dilewatkan begitu saja.

pulau lae-lae makassar

Pulau Lae-lae yang tampak seperti seonggok tanah yang mengambang di atas permukaan air laut. Jika gunung es di kutub utara terus mencair akibat pemananasan global, suatu ketika pulau ini mungkin akan berada di bawah permukaan air laut.

pulau lae-lae makassar

Pemandangan pada bagian pulau yang terletak di ujung yang berlawanan dengan tanggul batu, memperlihatkan rumah-rumah penduduk yang mendiami Pulau Lae-lae.

pulau lae-lae makassar

Sebuah perahu bermotor yang tengah melaju mendekati pulau memberi pengkayaan pada pemandangan laut yang elok. Besarnya Pulau Lae-lae, yang nyaris terlihat seluruhnya, bisa diperbandingkan dengan besarnya kapal. Memang tak begitu besar pulaunya.

pulau lae-lae makassar

Moncong perah angsa bermotor yang kami tumpangi tampak di pojok kanan atas foto, sementara kamera dengan berani melawan bola matahari yang seperti tengah melayang tepat di atas ujung Pulau Lae-lae pada jarak yang sangat dekat.

pulau lae-lae makassar

Anak-anak nelayan yang menyambangi kami saat turun dari perahu. Saya kira mereka perlu mendapat arahan yang baik untuk bagaimana bersikap kepada wisatawan yang datang ke pulau. Dengan begitu mereka akan sadar wisata dan bisa menjadi tuan rumah yang baik.

pulau lae-lae makassar

Suasana Pulau Lae-lae yang tengah sepi memungkinkan saya untuk mengambil sudut pandang yang elok ini.

pulau lae-lae makassar

Pengunjung saya kira layak berterima kasih kepada orang yang mencetuskan pikir dan kemudian melaksanakan rancangannya untuk membuat struktur dinding batu di ujung Pulau Lae-lae ini.

pulau lae-lae makassar

Berbeda dengan pantai yang disambangi banyak sampah dari laut, bagian atas tanggul batu ini relatif bersih, mungkin karena sampah dari dedaunan tak begitu banyak setelah sebagian besar daunnya gugur.

pulau lae-lae makassar

Sudut pandang yang cukup cantik dengan struktur tatanan batu yang rapih, bibir pantai berpasir putih, serta air laut dan langit yang biru. Pantai yang bersih akan membuat nyaman bagi orang menggelar kain untuk berbaring dan berjemur matahari di pagi hari, atau sekadar membaca buku sambil menikmati angin laut.

pulau lae-lae makassar

Meski belum bisa sepenuhnya melindungi pengunjung dari terik sinar matahari, namun keberadaan pepohonan di Pulau Lae-lae saat itu sudah sangat membantu. Tak perlu cafe berkelas, jika saja di sekeliling pohon ada tempat duduk, bahkan dari gelondongan bambu pun, sudah akan jauh lebih baik.

pulau lae-lae makassar

Deretan perahu nelayan, yang banyak diantaranya bercadik untuk memberi keseimbangan ketika mengarungi lautan, tampak parkir di atas pantai pasir putih Pulau Lae-lae. Saat itu pulau ini memerlukan administrator handal yang bisa mengelola pulau agar lebih layak kunjung bagi para wisatawan.

pulau lae-lae makassar

Pemandangan yang mestinya sangat elok ini akan sempurna jika saja di latar belakang tidak terdapat banyak sampah yang terserak. Bukan perkara mudah untuk membersihkan laut dari sampah yang tertinggal di pantai ketika air laut surut, namun jika ada kemauan pasti akan ada jalan.

pulau lae-lae makassar

Adanya gubug-gubug dengan tempat duduk sederhana di ujung Pulau Lae-lae ini bisa sangat membantu ketika terik matahari tengah membakar langit, dan menjadi tempat yang cukup nyaman untuk menunggu matahari terbenam, jika saja tersedia waktu.

pulau lae-lae makassar

Adanya anak-anak nelayan bisa menjadi hiburan, jika saja mereka tak menengadahkan tangan untuk meminta derma kepada pengunjung. Kemiskinan tak seharusnya membuat orang menjadi kehilangan harga diri, dengan mengembangkan jasa pemandu keliling pulau, misalnya.

pulau lae-lae makassar

Foto lainnya yang juga masih tampak cantik, meski sampah di latar depan terlihat lebih jelas. Semoga saja ada relawan yang secara secara rutin di akhir pekan membersihkan pantai bersama-sama dengan penduduk setempat.

pulau lae-lae makassar

Kombinasi dari deret pepohonan yang daunnya nyaris meranggas, gubug-gubug bambu sederhana tanpa dinding sehingga tembus pandang, serta posisi kami yang melawan sinar matahari membuat pemandangan di ujung Pulau Lae-lae ini tampak elok di mata.

pulau lae-lae makassar

Foto ini sudah lama diambil, sehingga pepohonan di pulau itu mestinya sekarang sudah tinggi dan besar, dan jika diambil di musim kemarau bisa memberikan pemandangan yang lebih dramatis.

pulau lae-lae makassar

Diubah: Desember 13, 2024.
Label: Makassar, Pantai, Sulawesi Selatan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »