Air Panas Parang Wedang Parangtritis hanya berjarak 300 m setelah gapura masuk ke Makam Syekh Maulana Maghribi, jika dari arah kota. Suasana sepi ketika kami tiba meski sudah jam 7 lewat, dan jam buka menurut papan yang menempel di tembok adalah 07.00 - 18.00, setiap harinya.
Tak mengapalah, karena pagi itu memang tidak muncul sama sekali niatan untuk berendam, mungkin karena beberapa saat sebelumnya saya baru saja mandi pagi dengan air panas. Saat itu tak semua hotel di Parangtritis menyediakan kran air panas untuk mandi. Loket penjualan karcis masih tutup, namun pintu depan terbuka sehingga saya bisa masuk ke dalam area ini.
Di pinggiran jalan itu, orang yang lewat menuju ke kawasan wisata Pantai Parangtritis bisa melihat papan tengara Sumber Air Panas Parang Wedang, dengan tambahan penjelasan "Projo Tamansari". Nama yang disebut terakhir itu bisa memberi petunjuk adanya hubungan antara tempat ini dengan kerabat Keraton Yogyakarta.
Permukaan tembok depan kompleks ini memiliki lekuk berombak dengan pilar-pilar tugu bermahkota kuncup bunga dan dindingnya berlubang vertikal mengikuti alun permukaannya. Bentuk yang juga memberi nuansa bangunan keraton. Pada tembok menempel tengara dengan lambang kerajaan berwarna kuning, serta keterangan jam buka.
Khusus untuk malam Selasa dan Jumat Kliwon, tempat wisata ini dibuka selama 24 jam. Di bawahnya ada keterangan bahwa pengunjung yang membawa kendaraan roda dua agar diparkir di dalam, mungkin untuk alasan keamanan.
Masuk ke dalam area Air Panas Parang Wedang Parangtritis terlihat sebuah pendopo cukup besar yang ditopang empat pilar beton, beratap limasan sebagaimana atap bangunan loket pembayaran di depannya. Halaman dalamnya terlihat cukup bersih dan terawat, dengan deretan pepohonan tanggung yang memberi keteduhan di sekitar halaman dalam yang tak begitu luas itu.
Selain sebagai tempat istirahat sementara setelah atau sebelum berendam, di pendopo ini pengunjung tempat wisata ini juga bisa memesan mie goreng, mie rebus, dan minuman. Di sana tersedia meja-meja berkaki pendek sebagai tempat bersantap para pengunjung, atau sekadar tempat minum kopi dan makan makanan ringan.
Pada loket juga terdapat simbol kerajaan, dan tercantum harga tiket masuk sebesar Rp. 4.000 untuk berendam dalam air panas selama sekitar 15 menit. Melangkah ke arah sebelah kiri terdapat bangunan dengan kamar-kamar rendam.
Di dalam bangunan yang ada di tengah kompleks pemandian Air Panas Parang Wedang Parangtritis Bantul terdapat kolam tertutup dengan pintu kayu di bagian tengahnya. Untuk mendapatkan foto di atas saya melongokkan kepala dari atas tembok yang rendah dengan berdiri menjinjit ditopang oleh kedua ujung telapak kaki.
Kolam penampung air panasnya lumayan besar namun terlihat telah mulai menua dan sudah memerlukan ganti kulit. Di kolam itu terdapat tiga lubang bundar di dasarnya yang merupakan tempat keluarnya sumber mata air panas dengan kedalaman masing-masing sekitar 10 m. Cukup dalam. Dua diantara lubang itu saya bisa ambil fotonya.
Pada area ujung Air Panas Parang Wedang Parangtritis Bantul terdapat bangunan yang agak langsing dan tinggi dimana terdapat deretan kamar-kamar rendam. Namun mungkin karena saya baru mandi air panas pagi itu sehingga tak ada nafsu untuk mencoba kehangatan air panas di sini. Lagipula petugas tampaknya belum siap menerima tamu.
Kabarnya di sumber air panas ini sama sekali tidak tercium bau belerang, namun catatan di beberapa blog menyebutkan bahwa jika pengunjung berendam lebih dari 15 menit bisa menyebabkan kepala berasa pening. Boleh jadi meskipun tidak kentara baunya, namun uap belerangnya masih ada di sana. Sumber air panas semula ditemukan oleh penduduk, setelah sebelumnya tanahnya dicoba ditanami padi namun tidak bisa tumbuh dengan baik. Tempat ini pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VI, dan terakhir diperbaiki setelah hancur terkena imbas gempa bumi dahsyat yang terjadi pada 2006.
Untuk menuju ke Air Panas Parang Wedang Parangtritis Bantul yang berjarak 26 km dari Yogyakarta, pejalan bisa naik angkutan umum dari Terminal Giwangan atau Umbulharjo ke jurusan Parangtritis dengan ongkos sekitar Rp10.000-an. Lihat tulisan Rute Angkutan Bus Yogyakarta sebagai masukan.
Air Panas Parang Wedang Parangtritis
Alamat : Parang Wedang, Parangtritis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi GPS : -8.02121, 110.32882, Waze. Jam buka : 07.00 - 18.00, setiap hari. Harga tiket masuk : Rp. 4.000, sepeda motor Rp. 1.000. Tempat Wisata di Bantul, Peta Wisata Bantul, Hotel di Yogyakarta.Pada area ujung Air Panas Parang Wedang Parangtritis Bantul terdapat bangunan yang agak langsing dan tinggi dimana terdapat deretan kamar-kamar rendam. Namun mungkin karena saya baru mandi air panas pagi itu sehingga tak ada nafsu untuk mencoba kehangatan air panas di sini. Lagipula petugas tampaknya belum siap menerima tamu.
Halaman dalam Air Panas Parang Wedang terlihat cukup bersih dan terawat, dengan deretan pepohonan berukuran tanggung yang memberi suasana cukup teduh di sekitar halaman dalam yang tak begitu luas itu.
Sebuah sumur tradisional terlihat menyelip diantara bangunan pendopo dan bangunan kamar rendam serta kolam tertutup. Sumur semacam ini sudah jarang dijumpai di rumah-rumah yang ada di kota, digantikan dengan sumur bor dan pompa air listrik.
Tumpukan bekas bakaran dupa tampak menggunung berwarna hitam di sebuah bangunan kecil yang terletak di samping gedung kolam rendam di ujung kompleks. Terlihat pula sebutir kelapa muda yang telah dibuka bagian atasnya.
Diubah: Desember 14, 2024.
Label: Air Panas, Bantul, Parangtritis, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.