Makam Raja-Raja Mataram Imogiri Bantul Jogja

Ini adalah kali ketiga kunjungan ke Makam Imogiri atau Makam Raja-Raja Mataram Imogiri Bantul Jogja saya lakukan. Namun ingatan dua kunjungan sebelumnya nyaris tidak berbekas karena terjadi lebih dari 15 tahun lalu. Pada kunjungan kali ini saya datang ke sana lewat jalan samping di pinggang bukit Imogiri, tidak dengan mendaki ratusan undakan di bagian depan yang melelahkan itu.

Kami berkendara mengarah ke Barat dari Makam Giriloyo menempuh jarak sekira 1,6 km, lalu belok kiri ke Selatan sejauh 550 m, dan belok kiri lagi mengarah ke Timur melewati jalan mendaki tajam yang agak sempit dan sampailah kami di sebuah dataran yang diteduhi pohon besar, dengan gapura paduraksa Makam Raja-Raja Mataram Imogiri berada di sebelah kiri.

Jika lewat gerbang utama, pejalan akan menjumpai Masjid Pajimatan Imogiri di kaki undakan, yang usianya setua makam ini dan hampir sama bentuknya dengan masjid di Makam Giriloyo. Beratap sirap dilapis seng, ada pawestren dan kolam. Soko guru kayu jatinya dan umpaknya masih asli. Ada ukiran kala pada mimbar, memperlihatkan pengaruh Hindu. Makam Raja-Raja Mataram Imogiri ini dibangun pada 1632 oleh Sultan Agung, setelah sebelumnya sempat membangun Makam Giriloyo yang kemudian digunakan sebagai kubur Pangeran Juminah, pamandanya.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gapura paduraksa Makam Raja-Raja Mataram Imogiri di sisi Barat, darimana saya masuk. Pejalan juga bisa masuk melalui pinggang bukit di sisi Timur. Sisi Barat Makam Raja-Raja Imogiri Bantul Jogja merupakan area pemakaman para penguasa Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sehingga di atas lorong masuk terdapat tulisan "PB", singkatan dari Paku Buwana, gelar raja-raja Kasunanan Surakarta. Gerbang paduraksa ini nyaris polos, hanya ada sedikit ornamen pada pilar bagian dalam gapura.

Saya berjalan menyusuri lorong dengan tembok abu-abu tinggi di kiri dimana ada gapura paduraksa lagi untuk masuk ke kompleks Makam Kasunanan Surakarta yang terkunci. Saya meneruskan langkah melewati gapura putih hingga sampai di jalur utama di tengah, dan sempat mampir ke penjual makanan lesehan di pendopo yang cukup luas. Sayangnya Makam Raja-Raja Mataram Imogiri tidak dibuka untuk umum pada hari itu. Tidak mengapalah, toh di dalam makam juga orang tidak diperbolehkan memotret, seperti juga peraturan di Makam Raja-Raja Mataram Kotagede.

Setelah gapura paduraksa di lorong Barat Makam Raja-Raja Mataram Imogiri ada gapura paduraksa dari batu putih dengan prasasti yang berbunyi "Astana Luhur, Sri Susuhunan Pakubuwana VI, Pahlawan Kemerdekaan Nasional". PB VI yang memerintah 1823 – 1830, diasingkan dan meninggal di Ambon pada 2 Juni 1849 dalam usia 42 tahun, karena mendukung Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825 - 1830). PB VI yang dikenal senang bertapa itu diduga dibunuh Belanda, karena ketika jasadnya dipindahkan ke Makam Raja-Raja Mataram Imogiri tahun 1957, pada tengkoraknya ditemukan sebuah lubang di bagian dahi. Jenderal Djatikusumo menyebutkan bahwa lubang pada tengkorak itu seukuran dengan peluru Baker Riffle.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Pemandangan dari area pertemuan lorong Timur dan Barat ke arah bawah undakan utama Makam Raja-Raja Mataram Imogiri yang jumlah anak tangganya 346 buah. Pada ujung bawah bundakan inilah lokasi dimana Masjid Pajimatan Imogiri berada, dan dari sana ada 32 undakan lagi untuk ke undakan paling bawah. Angka 32 pada jumlah undakan melambangkan tahun Sultan Agung wafat, yaitu 1632.

Melewati Gapura Supit Urang Makam Raja-Raja Mataram Imogiri yang berbentuk candi bentar terdapat dua tengara. Tengara atas "Makam Pahlawan Nasional, Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo, sesuai Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 / TK / Tahun 1975, tanggal 3 Nopember 1975". Tengara bawahnya "Makam Pahlawan Nasional, Jenderal TNI Gusti Pangeran Haryo Adipati Djatikusumo, 1917 - 1992, sesuai Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 073 / TK / Tahun 2002, Tanggal 06 Nopember 2002."

Nama Djatikusumo saya jumpai di Museum Palagan Ambarawa, Semarang. Ia adalah putera Paku Buwana X. Di belakang tengara ini ada gapura paduraksa untuk masuk ke area bagian dalam Makam Raja-Raja Mataram Imogiri. Di depan gapura ada empat buah gentong air, Pendopo Supit Urang, serta tempat para Juru Kunci.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gentong air di Makam Raja-Raja Mataram Imogiri ini ada yang bernama Gentong Nyai Danumaya pemberian Kerajaan Samudera Pasai, lalu Gentong Kyai Mendung pemberian Kerajaan Ngerum Turki, dan Gentong Nyai Siyem pemberian dari Kerajaan Siam. Paling kiri, tak terlihat pada foto, adalah Gentong Nyai Danumurti peninggalan Sultan Agung, yang asalnya merupakan pemberian dari Kerajaan Sriwijaya Palembang.

Di bawah Gapura Supit Urang Makam Imogiri terdapat kolam, yang di tengahnya dikubur kaki Tumenggung Endranatalah yang dipenggal kepalanya karena berkhianat ke VOC dengan membocorkan rencana serangan Sultan Agung ke Batavia. Kepalanya dikubur di tengah gapura, dan badannya dikubur di bawah tangga gapura sehingga selalu diinjak oleh setiap pengunjung.

Area Makam Raja Surakarta Hadiningrat dibagi menjadi 4 hastana, yaitu Hastana Paku Buwana yang berisi makam PB I, Amangkurat Jawa, dan PB II; Kasuwargaan Surakarta yang berisi makam PB III, PB IV dan PB V; Kapingsangan Surakarta berisi makam PB VI, PB VII, PB VIII, dan PB IX; dan Grimulya Surakarta berisi makam PB X, PB XI, dan PB XII. Sedangkan area Makam Raja Yogyakarta Hadiningrat terbagi 3 hastana, yaitu Kasuwargaan Yogyakarta berisi makam HB I dan HB III; Besiyaran Yogyakarta berisi makam HB IV, HB V dan HB VI; serta Saptorenggo Yogyakarta yang berisi makam HB VII, HB VIII, dan HB IX.

Sedangkan area utama Makam Raja-Raja Mataram Imogiri Bantul Jogja terbagi 3, yaitu Istana Kasultan Agung, area Makam Raja Surakarta di Barat, dan area Makam Raja Yogyakarta di sebelah Timur. Di Istana Kasultan Agung terdapat makam Sultan Agung, Sri Ratu Batang, Amangkurat II dan Amangkurat III. Amangkurat I wafat ketika melarikan diri menuju Batavia setelah keraton Pleret diduduki Trunojoyo, dan dimakamkan di Tegal Arum. Amangkurat III meninggal dalam pengasingan di Srilanka. Tidak diketahui kapan jasadnya dimakamkan di Imogiri.

Mengunjungi dan menulis tentang Makam Raja-Raja Mataram Imogiri tidak bisa tidak seperti memutar ulang kelamnya pergolakan kekuasaan di Jawa yang dimanfaatkan VOC dan Belanda untuk menguasai sepenuhnya tanah Jawa, sampai-sampai raja pun harus diangkat oleh dan atas persetujuan pemerintah kolonial. Semoga kita tidak mengulanginya.

Makam Raja-Raja Mataram Imogiri Bantul Jogja

Alamat : Pajimatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.9204874, 110.3947931, Waze. Jam Buka: Senin & Minggu 10.00 - 13.00, Jum'at 13.30 - 16.00. Tanggal 1 & 8 Syawal, 10 Besar 10.30 - 13.00. Bulan puasa tutup. Tempat Wisata di Bantul, Peta Wisata Bantul, Hotel di Yogyakarta.

Gapura paduraksa di lorong Barat Makam Raja-Raja Mataram Imogiri. Setelah gapura ini ada gapura paduraksa dari batu putih dengan prasasti yang berbunyi "Astana Luhur, Sri Susuhunan Pakubuwana VI, Pahlawan Kemerdekaan Nasional". PB VI yang memerintah 1823 – 1830, diasingkan dan meninggal di Ambon pada 2 Juni 1849 dalam usia 42 tahun, karena mendukung Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825 - 1830).

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gapura paduraksa PB VI di Makam Raja-Raja Mataram Imogiri yang saya ambil fotonya setelah melewatinya. Gapura abu-abu yang tebal dan tinggi ini terlihat indah, dengan ornamen gunungan pada sudut-sudut dan bagian tengahnya. Lorong yang menuju ke bagian tengah kompleks Makam Raja-Raja Mataram Imogiri memiliki lebar sekitar 2,5 m, dengan tembok pembatas makam yang tinggi di sebelah kiri, serta ada deretan pohon kelapa setinggi tembok berjajar rapi di dekatnya yang ditanam selang beberapa meter. Sepanjang lorong ini menggunakan paving block yang cukup rapi, dan di sebelah kanan dibatasi dengan tembok rendah.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Sebuah tengara terlihat ketika melewati Gapura Supit Urang Makam Raja-Raja Mataram Imogiri yang berbentuk candi bentar bergaya Majapahitan. Melihat lebih dekat, ada dua tengara terbuat dari marmer yang bersambung di bagian tengahnya. Tengara bagian atas berbunyi “Makam Pahlawan Nasional, Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo, sesuai Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 / TK / Tahun 1975, tanggal 3 Nopember 1975.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Tengara sebelah bawah berbunyi "Makam Pahlawan Nasional, Jenderal TNI Gusti Pangeran Haryo Adipati Djatikusumo, 1917 – 1992, sesuai Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 073 / TK / Tahun 2002, Tanggal 06 Nopember 2002." Nama Djatikusumo sebelumnya pernah saya jumpai di Museum Palagan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Ia adalah putera Pakubuwana X.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Sebagian dari kolam yang berada di bawah Gapura Supit Urang Makam Raja-Raja Mataram Imogiri. Konon di tengah kolam ini dikubur kaki Tumenggung Endranatalah yang dipenggal kepalanya karena berkhianat membocorkan rencana serangan Sultan Agung ke Batavia kepada VOC. Kepalanya dikubur di tengah-tengah Gapura Supit Urang, dan badannya dikubur di bawah tangga gapura yang permukaannya tidak rata, sehingga akan selalu diinjak-injak oleh setiap pengunjung yang datang.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gentong Kyai Danumaya yang merupakan pemberian dari Kerajaan Samudera Pasai, Aceh. Gentong ini ada pada posisi kedua dari kiri. Kesultanan Pasai, atau Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, merupakan kerajaan Islam ydi pesisir utara Pulau Sumatera, sekarang berada di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gentong Kyai Mendung yang merupakan pemberian dari Kerajaan Ngerum di Istanbul, Turki, sebagai tanda persahabatan dengan Mataram. Gentong ini terletak pada posisi ketiga dari kiri.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gentong dari tembikar bernama Nyai Danumurti yang merupakan peninggalan Sultan Agung. Gentong ini konon pemberian dari Kerajaan Sriwijaya Palembang. Namun ini menimbulkan pertanyaan, karena Sultan Agung memerintah Mataram antara 1613 - 1645, sedangkan sejak tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya sudah berada di bawah kendali Kerajaan Dharmasraya.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gentong Kyai Danumaya dengan latar belakang gapura paduraksa yang menjadi akses masuk ke wilayah bagian dalam Makam Raja-Raja Mataram Imogiri, yang sayangnya saat itu tengah ditutup karena bukan hari kunjung.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Di sebelah kanan Gentong Kyai Mendung ini terdapat beberapa buah makam, yang sepertinya adalah makam penjaga atau juru kunci makam dari generasi sebelumnya, karena tak terlihat ada tanda-tanda kebesaran pada nisan maupun kuburnya.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gentong Nyai Siyem yang konon merupakan pemberian Kerajaan Siam, Thailand sekarang. Pada gentong terdapat lubang pancuran, dan mestinya menjadi tempat mengalirkan air bagi keluarga dan pengunjung yang hendak membersihkan diri sebelum masuk ke dalam area makam. Hanya saja mengalirkan air ke tempat yang tinggi seperti ini mungkin bukan hal yang mudah.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Sedikit ke depan adalah titik pertemuan antara lorong Barat dan lorong Timur Makam Raja-Raja Mataram Imogiri, dengan jalan masuk utama ada di tengah. Namun saya tidak melewati lorong ini, melainkan menggunakan jalan samping sehingga tidak perlu menuruni undakan yang cukup banyak itu. Di area samping ini terdapat dua orang penjual makanan tradisional yang lesehan di sebuah pendopo cukup luas. Saya sempat menyambar beberapa potong jajanan untuk mengganjal perut lantaran sampai siang itu belum menemukan tempat untuk makan.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Gapura paduraksa Astana Luhur PB VI yang fotonya diambil dalam perjalan meninggalkan kompleks Makam Raja-Raja Mataram Imogiri, menggunakan lorong yang sama ketika masuk di sisi Barat, sehingga posisi gapura yang terbuat dari batu putih ini berada di sebelah kanan.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Tengara yang menempel pada gapura paduraksa Makam Raja-Raja Mataram Imogiri dalam foto sebelumnya, yang berbunyi "Astana Luhur, Sri Susuhunan Pakubuwana VI, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Keputusan Presiden RI No 294 / 64 Tg 17 Nopember 1954." Pakubuwana VI memerintah Kasunanan Surakarta tahun 1823 – 1830. Ia diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan meninggal di Ambon pada 2 Juni 1849 dalam usia 42 tahun, sebagai akibat dukungannya terhadap Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825 – 1830). Pakubuwana VI yang dikenal senang bertapa itu diduga dibunuh oleh Belanda, karena ketika jasadnya dipindahkan ke Makam Raja-Raja Mataram Imogiri pada 1957, pada tengkoraknya ditemukan sebuah lubang di bagian dahi, yang disebut oleh Jend. Djatikusumo seukuran dengan peluru Baker Riffle.

makam raja-raja mataram imogiri bantul jogja

Diubah: Desember 14, 2024.
Label: Bantul, Imogiri, Makam, Mataram, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »