Jembatan Kota Intan pada mulanya dinamai Jembatan Inggris (Engelse Brug), karena di dekat jembatan itu pernah dibangun benteng pertahanan Inggris. Nama jembatan kemudian berubah menjadi Jembatan Pusat (Het Middelpunt Brug) pada 1900, konon karena dikelola pemerintah pusat Hindia Belanda.
Pada jaman itu pengoperasian jembatan ini memang perlu dikelola oleh pemerintahan kolonial, karena semua kapal-kapal yang mengangkut komoditi dari dan ke Pelabuhan Sunda Kelapa dikutip cukai alias bayar pajak ketika melewati jembatan jungkit di Kali Besar itu.
Untuk menuju ke jembatan saya menyusuri tepian Kali Besar dari arah Terminal Kota Tua, dan lalu meloncati tembok ketika sampai di ujung jalan untuk masuk ke dalam lingkungan Jembatan Kota Intan yang pagar pintu masuknya tertutup ini.
Meskipun sudah tampak tua namun jembatan ini masih memiliki daya tarik, yang membuatnya menonjol dari bangunan yang ada di sekitarnya. Dengan air kali yang semakin bersih, serta perhatian pemprov DKI yang semakin besar pada pemeliharaannya, jembatan peninggalan jaman kolonial ini bakal menjadi destinasi wisata pilihan di seputaran kota tua.
Ada lampu sorot besar di sebelah kiri bawah yang dipasang pada halaman Jembatan Kota Intan, terpisah sekitar satu meter dari undakan terbawah jembatan. Lampu sorot itu masih terlihat cukup rapi, meskipun warnanya sudah agak kusam terkena panas dan hujan.
Pada tembok pilar penyangga Jembatan Kota Intan yang terlihat sangat kekar ini terlihat ada tengara "No.21", sebuah ketaklaziman karena jarang sekali ada sebuah jembatan yang mendapatkan nomor identitas layaknya sebuah rumah.
Wilhelmina Brug
Sebelumnya, Jembatan Kota Intan Jakarta Barat juga pernah diberi nama Jembatan Wilhelmina (Wilhelmina Brug). Sebutan "brug" masih sering digunakan di kampung untuk menyebut jembatan ketika saya masih kecil. Penamaan Jembatan Kota Intan adalah karena di daerah itu terdapat kastil Batavia yang bernama “Diamond". Pada tahun 1938, di masa pemerintahan Ratu Juliana di Belanda, Jembatan Kota Intan pernah direnovasi dan untuk menghormati sang ratu Belanda itu maka jembatan ini kemudian dinamakan sebagai Jembatan Ratu Juliana (Ophaalsbrug Juliana).Memelihara bangunan tua memang tampaknya belum menjadi prioritas di banyak tempat di negri ini. Mungkin karena masih banyak masalah lainnya seperti di Jakarta ini yang perlu diselesaikan. Bagaimana pun bangunan tua adalah bagian dari sejarah kota ini yang tetap harus dipelihara.
Susunan kayu pada lantai dasar Jembatan Kota Intan yang terlihat tertata rapi setelah direnovasi, namun saya tidak terlalu yakin untuk mencoba lewat di atasnya padahal mestinya masih cukup kuat untuk menopang tubuh yang tak terlalu besar ini. Alhasil saya pun hanya melihat jembatan ini dari samping saja.
Jembatan Kota Intan dikenal sebagai Jembatan Pasar Ayam karena pada tahun 1900-an di sisi jembatan pernah dijadikan pasar ayam yang ramai. Kini sistem lampu dipasang di kiri kanan Jembatan. Dengan adanya lampu sorot itu, Jembatan Kota Intan pada malam hari mungkin akan lebih elok dipandang mata.
Perlu dipikirkan oleh pemerintah daerah cara untuk lebih menghidupkan area di sekeliling Jembatan Kota Intan dengan menghilangkan kekumuhan, agar pengunjung bisa duduk bersantai sambil menikmati atraksi jungkit (jembatan diangkat ke atas), yang bisa dilakukan setiap jam, atau pada jam-jam tertentu.
Alamat Jembatan Kota Intan Jakarta berada di Ujung utara Jl. Kali Besar Barat dan Jl. Kali Besar Timur, Jakarta Barat. Lokasi GPS : -6.131264, 106.810573, Waze. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta.Diubah: November 14, 2024.
Label: Jakarta, Jakarta Barat, Jembatan, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.