Perjalanan ke Makam Gunung Kelir melewati daerah persawahan yang meskipun jalannya terbilang sempit dan sebagian tidak beraspal, namun masih bisa dilalui oleh kendaraan roda empat. Jarak dari Situs Masjid Kauman ke Makam Gunung Kelir sekitar 1,5 km, arah ke timur atau ke arah kiri, lalu belok kiri di pertigaan Jl Pleret, belok kanan di pertigaan pertama, lalu lurus melewati persawahan sampai mentok dan belok ke kanan. Kami berhenti di tepi jalan, sekitar 130 m dari belokan. Makam Gunung Kelir ada di perbukitan Gunung Kelir di sebelah kanan jalan.
Sejenak termangu di jalan, beruntung datang Pak Slamet, pria 55-an tahun yang menjadi juru kunci Makam Gunung Kelir. Bersamanya kami mendaki perbukitan Gunung Kelir yang tingginya 99 mdpl itu. Setelah melewati lereng cukup curam kami kemudian berjalan menapaki jalan berbatu dengan kemiringan tidak begitu curam, diapit gerumbul perdu, dan tak beberapa lama kemudian kami telah sampai di sebuah dataran luas.
Gerbang masuk menuju Makam Gunung Kelir dengan gapura yang telah hancur, serta tembok bata tebal dengan banyak bagian telah runtuh, karena gempa. Tembok ini mengelilingi area seluas 900 m2, dimana di dalamnya terdapat makam Ratu Mas Malang, Dalang Panjang Mas, dan makam-makam lainnya yang terlihat cukup tua. Panjang Mas yang beristri Ratu Mas Malang adalah dalang Keraton Mataram sejak masa Panembahan Sedo Krapyak.
Sialnya, Amangkurat I kasmaran pada Ratu Mas Malang, dan hendak dijadikan isterinya namun sang dalang menolak permintaan itu. Akibatnya Dalang Panjang Mas dan seluruh nayaganya dibunuh dan jasadnya dikubur di Makam Gunung Kelir ini.
Setelah Dalang Panjang Mas mati, Amangkurat I pun mengambil Ratu Mas Malang menjadi selirnya, dan kemudian bahkan menjadikannya sebagai permaisuri. Sayangnya Ratu Mas Malang tiba-tiba meninggal dunia pada 1655, yang diduga karena diracun, namun ada juga yang menduga karena kesedihan yang dalam akibat berpisah dengan suaminya.
Pak Slamet di depan tembok luar kompleks Makam Gunung Kelir dimana terdapat sejumlah torehan pada batu bata yang berbentuk wayang kuli, namun hanya satu yang terlihat sangat jelas. Goresan wayang ini tentu dibuat dikarenakan Panjang Mas memang adalah seorang dalang yang tersohor, namun tidak diketahui siapa pembuat goresan wayang itu. Ada pula goresan menyerupai huruf yang tak bisa dibaca maknanya.
Alkisah, meninggalnya Ratu Mas Malang membuat Amangkurat I murka dan mengurung semua istrinya di sebuah kamar tanpa diberi makan. Ia tidak langsung mengubur jasad istrinya. Amangkurat I baru sadar akan kesalahannya setelah bermimpi Ratu Mas Malang telah bersatu dengan Ki Dalang Panjang Mas. Ia lalu memerintahkan memakamkan jasad Ratu Mas Malang di Gunung Kelir, di tempat lebih tinggi dari makam Ki Dalang Panjang Mas karena statusnya sebagai permaisuri.
Di kompleks kubur dimana terdapat Makam Dalang Panjang Mas dan Ratu Mas Malang ini Sunan Amangkurat I membangun tembok keliling dari bata putih setinggi 2 meter dengan ketebalan antara 120 - 155 cm. Nisan kubur Ratu Mas Malang terbuat dari batu andesit. Pembangunannya dimulai pada 1665 dan selesai pada 11 Juni 1668. Amangkurat I menyebutnya sebagai Antaka Pura, atau Pura Mayat.
Tulisan pada tugu pendek di latar depan foto di atas berbunyi "Ki Dalang Panjang Mas, Dalang S. Dalem I.S.K.S Amangkurat I", maksudnya adalah Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhan Amangkurat I. Lalu ada tulisan "Nurdi Keputren" di bawahnya. Jika keputren adalah tempat tinggal para putri raja, maka arti kata "Nurdi" belum saya temukan.
Di belakang kanan tugu di Makam Gunung Kelir ini, di bawah Pohon Elo yang besar dan eksotis, adalah makam Ki Dalang Panjang Mas. Bekas bakaran dupa serta kuntum bunga terlihat di makam. Sedangkan makam yang lebih tinggi di bagian tengah adalah makam Ratu Mas Malang.
Tidak diketahui empat makam yang mengapitnya, namun kemungkinan dayang-dayangnya. Makam Ratu Mas Malang sedianya di lokasi lebih tinggi, hanya saja tempat itu terus mengeluarkan air sehingga tidak memungkinkan untuk dijadikan makam.
Kolam air di puncak bukit tempat dimana tadinya Ratu Mas Malang hendak dimakamkan kami kunjungi dengan melewati jalan setapak ke area bukit yang lebih tinggi. Sayang tempat yang disebut Sendang Mulyo itu hanya terlihat seperti kubangan tak terawat, diteduhi Pohon Kepuh besar. Menurut Pak Slamet, ada trap-trapan di sendang ini namun tidak terlihat karena tergenang air sedalam 2 m.
Ketika keluar dari tembok keliling Makam Gunung Kelir, Pak Slamet mengajak kami ke arah kiri dan menunjukkan sebuah batu besar berbentuk persegi yang disebut Watu Jonggol. Konon batu besar itu merupakan tempat dimana Ki Dalang Panjang Mas menyimpan wayang-wayangnya. Batu ini dalam posisi tengkurap, dan sering menjadi tempat bersemedi para pengalap berkah yang datang ke Makam Gunung Kelir.
Makam Gunung Kelir merupakan sebuah tempat eksotis, meski menyimpan kisah cinta pahit, yang layak untuk diperhatikan dan dikembangkan kembali oleh dinas terkait dan pelaku wisata Jogja. Setidaknya bisa dimulai dengan membuat undakan yang layak, memasang tengara dan penjelasan tentang situs, menyediakan lahan parkir, serta memperlebar akses.
Makam Gunung Kelir Bantul
Alamat : Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.86630, 110.41639, Waze. Tempat Wisata di Bantul, Peta Wisata Bantul, Hotel di Yogyakarta.Kolam air di puncak bukit tempat dimana tadinya Ratu Mas Malang hendak dimakamkan yang kami kunjungi dengan melewati jalan setapak ke area bukit yang lebih tinggi. Sayang tempat yang disebut Sendang Mulyo itu hanya terlihat seperti kubangan tak terawat, diteduhi Pohon Kepuh besar. Menurut Pak Slamet, ada trap-trapan di sendang ini namun tidak terlihat karena tergenang air sedalam 2 m.
Lereng di tepi jalan yang harus dilewati pejalan untuk naik ke Makam Gunung Kelir, diambil dari atas. Tidak ada undakan, namun beruntung lereng ini terbuat dari padas yang tidak licin. Begitu pun saya percaya dulunya pasti ada undakan di sini, namun sepertinya telah hancur karena gempa bumi atau sebab lain dan belum juga diperbaiki sampai saat itu.
Pada dinding tembok Makam Gunung Kelir ini terdapat beberapa goresan berbentuk wayang kulit, namun hanya satu yang terlihat sangat jelas, sedangkan goresan lainnya agak samar. Goresan wayang ini tentu dikarenakan Panjang Mas memang adalah seorang dalang yang tersohor semasa hidupnya. Tidak diketahui dengan pasti siapa pembuat goresan wayang ini.
Tulisan pada tugu pendek itu yang berbunyi “Ki Dalang Panjang Mas, Dalang S. Dalem I.S.K.S Amangkurat I”, (Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhan Amangkurat I) dan "Nurdi Keputren".
Makam yang lebih tinggi di bagian tengah adalah makam Ratu Mas Malang. Tidak diketahui empat makam yang mengapitnya, namun kemungkinan dayang-dayangnya.
Pohon Elo dengan batang dan akar yang terlihat sangat artistik ini berada persis di sebelah Makam Ki Dalang Panjang Mas. Melihat bentuk dan besar batangnya, pohon ini tentu sudah berusia lebih dari seratusan tahun.
Tembok di sisi kanan Makam Gunung Kelir ini terlihat telah dipenuhi tumbuhan lumut dan paku-pakuan serta bagian atasnya telah rontok. Seingat saya Pak Slamet mengatakan bahwa Makam Gunung Kelir ini pernah mengalami perbaikan, namun kemudian rusak lagi karena gempa bumi serta kurangnya perawatan.
Sudut pandang lainnya pada Makam Ratu Mas Malang yang diapit mungkin oleh kubur para dayangnya. Tak jelas apakah nama Malang yang disematkan pada nama isteri Dalang Panjang Mas itu merupakan nama asli, atau diberikan kemudian sebagai julukan setelah ia meninggal.
Tampaknya gempa dan letusan gunung yang mengguncang wilayah ini beberapa kali telah membuat tembok keliling yang mestinya indah dan tebal ini menjadi reruntuhan yang terlantar dan ditumbuhi tumbuhan perdu liar.
Reruntuhan tembok depan dimana terdapat goresan wayang kulit itu. Karena Ki Dalang Panjang Mas merupakan dalang tersohor semasa hidupnya, konon para dalang pemula berziarah ke tempat ini untuk ngalap berkah.
Selain torehan sejumlah wayang kulit, pada permukaan dinding tembok depan bagian luar ini juga terdapat torehan huruf-huruf kapital, yang bisa jadi hanya merupakan goresan orang iseng.
Pak Slamet menyebut pohon di puncak Makam Gunung Kelir ini sebagai Pohon Kepuh, yang tegak menjulang tinggi hanya beberapa meter dari Sendang Mulyo. Tembok yang mengelilingi tempat ini juga telah banyak dirambati tumbuhan paku-pakuan dan sebagian telah rusak, sehingga nyaris tersembunyi.
Suasana di sekitar Sendang Mulyo yang merupakan puncak dari Gunung Kelir. Dataran di sini cukup luas dan akan menjadi tempat menarik jika saja dibersihkan dan dibuatkan gazebo dari bambu beratap rumbia.
Pohon Kepuh ini merupakan satu-satunya pohon besar tua di sekitar Sendang Mulyo yang mudah-mudahan bisa terus terjaga kelestariannya, tak sampai tersentuh oleh orang yang tamak dengan nilai komersial sebuah kayu besar dan tua seperti ini.
Regol kompleks Sendang Mulyo yang juga sudah rusak terlihat dari luar, sesaat sebelum Pak Slamet dan supir yang menemani saya meninggalkan area ini untuk kembali ke kompleks kubur utama.
Ketika keluar dari tembok makam, Pak Slamet menunjukkan batu besar berbentuk persegi yang disebut Watu Jonggol, yang konon merupakan tempat Ki Dalang Panjang Mas menyimpan wayang-wayangnya.
Batu ini dalam posisi tengkurap, dan sering menjadi tempat bersemedi para pengalap berkah di Makam Gunung Kelir.
Jalan setapak di depan tembok luar kompleks Makam Gunung Kelir, diambil dari dekat Watu Jonggol.
Pandangan sekali lagi ke arah gapura depan Makam Gunung Kelir dengan papan peringatan bagi pengunjung untuk tidak melakukan tindakan yang bisa merusak atau mengubah bentuk kompleks yang sudah ditetapkan sebagau benda cagar budaya ini.
Makam Ki Dalang Panjang Mas dilihat dari dekat, dengan sebuah tugu pendek di dekat kuburnya. Kijing kuburnya sendiri sudah tidak beraturan bentuknya.
Diubah: Desember 14, 2024.
Label: Amangkurat I, Bantul, Makam, Pleret, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.