Setelah sempat bertanya, lokasi kelenteng bisa kami temukan. Jaraknya dari Bendungan Pice 1,5 km, menyusur jalan sejajar Sungai Lenggang, lewat sedikit di pertigaan besar Gantung, lalu belok ke kanan di pertigaan berikutnya. Kelenteng berada 200 m dari belokan, di kiri jalan. Pintu pagarnya tidak terkunci, dan suasana kelenteng sepi, sehingga saya pun bisa berjalan kaki menyelinap masuk ke dalam area Kelenteng Fuk Tet Che, dengan mengucap permisi dalam hati.
Siapa tahu ada pengurus yang tengah bertugas di dalam sana untuk diajak berbincang tentang kelenteng ini. Pintu masuk ke dalam bangunan Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur ini berbentuk lengkung dengan kotak hio di kusen kiri-kanannya. Lubang angin menyerupai jaring laba-laba berbentuk segi delapan. Sebuah hiolo penuh tancapan batang hio berada di depan patung singa gemuk kecil di samping bawah pintu.
Tampak depan Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur dengan halaman rumput cukup luas, membuat bangunan kelenteng terlihat kecil. Ada sepasang pagoda pendek untuk membakar kertas sembahyang (kim lo) di bagian depan. Ada altar Dewa Langit di tengah teras dengan hiolo berbentuk trapesium, jejeran lampion, beberapa aksara Cina pada dinding dan di atap atas, dan satu patung Ciok say (singa) kecil di sebelah kiri teras.
Tak ada ornamen naga pada pilar bangunan, tak ada pula patung sepasang naga atau burung hong berebut mustika di atas atap bangunan. Kelenteng yang tidak memiliki ornamen di atas atapnya memang saya temui di sejumlah kelenteng lainnya, yang umumnya berukuran kecil dan sederhana. Terpisah di sebelah kiri depan bangunan utama kelenteng ada sebuah altar lagi.
Pada dinding sebelah kanan Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur terdapat sebuah tengara yang berbunyi "Dengan Rakhmat Tuhan Yang Maha Esa, Pemugaran Vihara Citra Dharma, Gantung / Belitung. Diresmikan oleh: Bupati Daerah Tk II Belitung, pada tanggal 24 Januari 1986 (tanda tangan, AS Kristyanto)".
Di altar utama di Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur ada patung dan lukisan Tu Ti Pak Kung (Hok Tek Ceng Sin, Dewa Bumi) menempel pada dinding kelenteng. Dengan tanah pekarangan yang relatif luas, kelenteng ini bisa menjadi sebuah kelenteng besar yang elok.
Di sayap kiri kanan meja terdapat tempat lilin yang tinggal menyisakan lelehannya, dan di depannya masing-masing terdapat cawan kaca berisi lampu minyak dengan sumbu menyala.
Kain yang menggantung di depan meja dihias sulaman para dewa dan sepasang naga. Tambur untuk menandai ritual ibadah di kelenteng terlihat tidak digantung, namun diletakkan di bawah dengan dudukan kayu.
Altar di sudut kanan ruang belakang Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur yang diperuntukkan bagi Dewi Kwan Im. Kwan Im dikenal sebagai dewi yang welas asih, dan dipercaya selalu memberi pertolongan kepada siapa saja yang meminta atau membutuhkannya. Kwan Im juga mengajarkan agar sesama manusia saling mengasihi.
Sepasang Kimlo di pojok kiri kanan kelenteng relatif kecil, yang bisa menjadi indikasi belum banyaknya orang yang membakar kertas sembahyang di sini. Papan nama pada atap ditulis dalam aksara Tionghoa sehingga tak jelas bagaimana membacanya. Hiolo untuk sembahyang bagi Dewa Langit biasanya berkaki tiga, namun tidak di kelenteng ini.
Simbol patkwa dengan bagian tengah menyerupai sarang laba-laba, serta prasasi peresmian pemugaran Vihara Citra Dharma (Kelenteng Fuk Tet Che) pada 26 Januari 1987.
Melewati lorong samping saya kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan yang berada di bagian belakang kelenteng. Sebuah tulisan menempel pada dinding di atas lorong, memastikan bahwa tempat ini memang Kelenteng Fuk Tet Che. Sebelum melihat ini saya masih ragu apakah masuk ke kelenteng yang benar.
Prasasti sederhana yang menandai peresmian Kelenteng Fuk Tet Che yang dilakukan pada tanggal 12 Juli 1981 oleh Camat Gintung waktu itu.
Di pojok ruang belakang bangunan Kelenteng Fuk Tet Che terdapat sebuah altar sembahyang dengan 4 patung, satu diantaranya berukuran cukup besar, sebuah hiolo tua di sebelah patung dan aksara Tionghoa menempel pada dinsing. Melihat bentuk patungnya, mungkin ini altar bagi Konghucu.
Pandangan lebih dekat pada altar yang berada di pojok ruang belakang itu. Ada ragam hias dengan bulu burung merak di atas patung, di meja di depan bawahnya ada dua buah cawan gelas berukuran cukup besar berisi pelita lampu minyak, dan sebuah hiolo kuningan dengan batang bekas bakaran hio yang hampir memenuhi pasir yang ada di dalamnya.
Sulaman pada bagian depan maja altar, yang di bagian atasnya menggambarkan sosok delapan dewa, dan di bagian bawahnya ada seekor naga yang dikelilingi oleh empat dewa lainnya.
Altar untuk memuja Kwan Kong di bagian tengah ruang belakang Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur. Jika Pak Kung dipuja agar rejeki lancar, Konghucu dipuja agar memiliki perilaku mulia, maka Kwan Kong dipuja sebagai teladan tentang kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan kejujuran.
Pandangan lebih dekat pada altar Kwan Kong yang patungnya diapit oleh lukisan serta ada sebuah kaleng berisi batang-batang Ciamsi di sebelaj kiri.
Pandangan lebih dekat pada altar sembahyang bagi Dewi Kwan Im yang mengajarkan agar sesama manusia saling mengasihi. Ada dua puluh ajaran welas asih Dewi Kwan Im yang satu diantaranya adalah "Jika orang lain membuatmu susah, anggaplah itu tumpukan rejeki."
Deretan kertas Ciamsi dalam berwarna merah dadu, putih, biru dan kuning, dengan tulisan dalam aksara Tionghoa dan aksara Latin dalam bahasa Indonesia. Setiap kertas berisi tulisan yang berbeda, dan menjadi semacam ramalan bagi yang melakukan ritual Ciamsi, apakah untuk pengobatan, jodoh, rejeki, atau hal yang lainnya.
Foto yang memperlihatkan ruangan belakang Kelenteng Fuk Tet Che dengan tiga altar di sana. Paling kiri untuk Konghucu, tengah untuk Kwan Kong, dan kanan untuk Dewi Kwan Im. Tak jelas area bertembok rendah di sebelah kiri itu digunakan untuk keperluan apa.
Pandangan samping pada altar Hok Tek Ceng Sin. Pada meja terdapat dua buah hiolo kecil mengapit sebuah hiolo lain yang berukuran lebih besar, ketiganya penuh tancapan batang hio yang baranya telah padam. Di sebelah kiri tampak sebuah tambur berukuran sedang.
Pandangan dekat yang memperlihatkan dengan lebih jelas lukisan dan patung yang ada di altar sembahyang bagi Dewa Bumi ini. Kotak Ciamsi terlihat diletakkan di atas meja altar, yang disediakan bagi mereka yang hendak melihat peruntungannya atau ingin mendapat petunjuk dalam mengambil sebuah keputusan yang penting.
Tampak samping depan Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur dengan halaman rumput yang luas itu, memberi kesan segar meski sebagian telah terkelupas dan membutuhkan perawatan. Tidak sebagaimana umumnya kelenteng, saat itu tidak ada patung sepasang naga berebut mustika di atas atapnya.
Pandangan lebih dekat pada teras Kelenteng Fuk Tet Che, memperlihatkan altar sembahyang bagi Dewa Langit di tengah teras dengan hiolo berbentuk trapesium, jejeran lampion, beberapa aksara Tionghoa pada dinding dan di atap atas.
Altar pada cungkup kecil di sisi sebelah kiri halaman Kelenteng Fuk Tet Che itu hanya ada tulisan dalam huruf Tionghoa pada dindingnya, sebuah hiolo, lilin, dan beberapa buah lampu minyak. Memang saya pernah menjumpai di kelenteng lain adanya altar semacam ini, yang diperuntukkan bagi dewa tertentu, namun lupa dimana.
Dua puluh ajaran welas asih Dewi Kwan Im adalah (dari Wikipedia): "Jika orang lain membuatmu susah, anggaplah itu tumpukan rejeki. Mulai hari ini belajarlah menyenangkan hati orang lain. Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan suatu tujuan, itulah bahagia. Lari dan berlarilah untuk mengejar hari esok Setiap hari kamu sudah harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini. Setiapkali ada orang memberimu satu kebaikan, kamu harus mengembalikannya sepuluh kali lipat. Nilailah kebaikan orang lain kepadamu, tetapi hapuskanlah jasa yang pernah kamu berikan pada orang lain. Dalam keadaan benar kamu difitnah, dipersalahkan dan dihukum, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dalam keadaan salah kamu dipuji dan dibenarkan, itu merupakan hukuman. Orang yang benar kita bela tetapi yang salah kita beri nasihat."
Selanjutnya : "Jika perbuatan kamu benar, kamu difitnah dan dipersalahkan, tapi kamu menerimanya, maka akan datang kepadamu rezeki yang berlimpah-ruah. Jangan selalu melihat / mengecam kesalahan orang lain, tetapi selalu melihat diri sendiri itulah kebenaran. Orang yang baik diajak bergaul, tetapi yang jahat dikasihani. Kalau wajahmu senyum hatimu senang, pasti kamu akan aku terima. Dua orang saling mengakui kesalahan masing-masing, maka dua orang itu akan bersahabat sepanjang masa Saling salah menyalahkan, maka akan mengakibatkan putus hubungan Kalau kamu rela dan tulus menolong orang yang dalam keadaan susah, maka jangan sampai diketahui bahwa kamu sebagai penolongnya. Jangan membicarakan sedikitpun kejelekan orang lain dibelakangnya, sebab kamu akan dinilai jelek oleh si pendengar. Kalau kamu mengetahui seseorang berbuat salah, maka tegurlah langsung dgn kata-kata yang lemah lembut hingga orang itu insaf. Doa dan sembah sujudmu akan aku terima, apabila kamu bisa sabar dan menuruti jalanku."
Altar untuk memuja Kwan Kong ada di bagian tengah ruang belakang Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur. Jika Pak Kung dipuja agar rejeki lancar, Konghucu dipuja agar memiliki perilaku mulia, maka Kwan Kong dipuja untuk memberi kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan kejujuran.
Jika melihat pakaian patungnya yang menyerupai Lao Tze, maka altar di sudut kiri belakang bangunan Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur tampaknya diperuntukkan untuk memuja Konghucu. Kain di bagian depan meja yang terlihat sudah mulai tua, berhias sulaman 12 dewa dan seekor naga.
Ketika saya tengah masuk ke dalam Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur, Bang Junai yang menemani saya jalan rupanya berbincang-bincang dengan seorang pimilik warung yang berada di seberang kelenteng, dan mendapat informasi bahwa masih ada kelenteng tua lainnya yang berada di atas puncak sebuah bukit. Kalau jodoh memang tidak akan lolos kemana.
Kelenteng Fuk Tet Che Belitung Timur
Alamat : Desa Kebon Baru, Kecamatan Gantung, Belitung Timur. Lokasi GPS : -2.968943, 108.16783, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : sepanjang hari. Harga tiket masuk : gratis. Tempat Wisata di Belitung Timur, Peta Wisata Belitung, Hotel di Belitung Timur, Hotel di Belitung.Diubah: Desember 09, 2024.Label: Bangka Belitung, Belitung Timur, Kelenteng, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.