Sudah lama saya berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti Jakarta, namun tulisannya baru terbit beberapa bulan kemudian. Foto-foto monumen pernah pula saya terbitkan di laman Facebook, lantaran terlalu lama mengeram namun belum sempat juga membuat tulisannya. Akibatnya ada perasaan bahwa tulisannya sudah dibuat, padahal belum.
Di halaman luar monumen terdapat sebuah mobil sedan model lama bernomor Polisi AD-01 yang adalah kendaraan dinas LetJen A. Yani ketika menjabat Men/Pangad KOTI (Komando tertinggi). Ada pula mobil dinas Jeep Toyota Kanvas Nomor Polisi 04-62957 / 44-10 yang digunakan Pangkostrad Mayjen Soeharto pada 4 Oktober 1965 saat ia memimpin pengangkatan jenazah para korban pembunuhan yang dilakukan oleh PKI dari sumur Lubang Buaya.
Saat berkunjung kebetulan ada sekelompok pelajar SMP, yang bisa dikenali dari pakaian seragam dan usianya, yang tengah menyimak penjelasan guru pria pembimbingnya di pelataran tempat wisata sejarah ini. Sang guru yang menggunakan pengeras suara tentu bercerita mengenai peristiwa terkait terbunuhnya sejumlah petinggi TNI-AD saat malam 30 September 1965.
Cungkup dengan lambang burung garuda berwarna keemasan itu adalah dibuat untuk menaungi sumur maut, tempat para jenderal dimasukkan ke dalamnya setelah lebih dulu disiksa. Di belakang para pelajar terdapat rumah dimana para jenderal itu disiksa, sebelum dimasukkan ke sumur Lubang Buaya. Sedangkan pada latar belakang adalah Monumen Pancasila Sakti dengan patung para Pahlawan Revolusi dalam posisi berdiri tegap.
Hal yang cukup membantu di tengah kawasan yang menyimpan kenangan pada tragedi kemanusiaan ini adalah adanya pepohonan rindang di kompleks yang kini menjadi kawasan obyek wisata. Itu membuat orang terbantu ketika berjalan mengelilingi area dimana pernah terjadi peristiwa tragis yang memicu rentetan peristiwa yang menentukan perjalanan bangsa selama lebih dari 30 tahun.
Ada sebuah instalasi di Monumen Pancasila Sakti Jakarta yang menggambarkan penyiksaan Mayjen R Soeprapto, Mayjen S. Parman, Brigjen Soetojo Siswomihardjo serta Lettu Czi Pierre A. Tendean oleh Pemuda Rakyat dan Gerwani bisa dilihat di serambi sebuah rumah sesuai aslinya. Sementara LetJen. A. Yani, BrigJen DI Panjaitan, serta MayJen M.T. Haryono telah terlebih dahulu wafat dibunuh.
Sumur Maut
Di cungkup sumur maut saya melihat seorang pengunjung tercenung mengamati lubang berdiameter 75 cm, berkedalaman 12 m, tempat ketujuh korban dimasukkan secara bertumpuk dengan posisi kepala dibawah. Untuk menyamarkan, sumur itu diisi batang-batang pisang dan sampah, lalu ditutup tanah. Jenazah baru bisa diangkat pada 4 Oktober 1965 dalam keadaan sudah rusak.Sebuah prasasti berukuran kecil tampak dipasang di samping lubang sumur maut yang berbunyi (ditulis menggunakan ejaan lama): "Tjita2 perdjuangan kami untuk menegakkan kemurnian Pantja Sila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini. Lobang Buaja, 1 October 1965". Ide dan cita-cita memang tak mudah dibunuh.
Pahlawan Revolusi
Patung Pahlawan Revolusi di kompleks Monumen Pancasila Sakti Jakarta berjarak sekitar 45 m dari cungkup sumur maut. Pelataran monumen itu dicapai dengan menaiki 7 buah anak tangga. Dinding belakang Patung Pahlawan Revolusi itu tingginya 17 m, di atas bidang 17 x 17 m2, melambangkan ketujuh pahlawan dan tanggal hari proklamasi.Kepak sayap patung Garuda Pancasila berukuran raksasa itu seolah memayungi ketujuh Patung Pahlawan Revolusi dalam posisi hampir setengah lingkaran. Dari kiri adalah Brigjen Soetojo Siswomiharjo, Brigjen D.I Panjaitan, Mayjen R. Soeprapto, Letjen A. Yani, Mayjen MT. Harjono, Mayjen S. Parman, Lettu Pierre A. Tandean. Pada landasan Monumen Pancasila Sakti terdapat relief sebelum dan meletusnya G30S PKI, serta penumpasannya.
Di kompleks juga ada Truk Dodge buatan Amerika tahun 1961 bernomor B.2982.L milik PN Arta Yasa yang dirampas PKI di Jl. Iskandarsyah, Kebayoran Baru, untuk menculik Brigjen DI Pandjaitan dari rumahnya di Jl. Hasanudin 52, Keboyaran Baru ke Lubang Buaya.
Pertarungan meraih kekuasaan selalu membawa korban jiwa harta, baik pada aktor utama, pemain pembantu, figuran, sampai yang tidak tahu menahu. Keturunannya pun tak luput dari getahnya. Namun kekuasaan yang manis, memabukkan, mencandu itu suatu ketika lepas juga, sering dengan kadar ketragisan sebanding dengan kadar euforia ketika memperolehnya.
Alamat Monumen Pancasila Sakti berada di Jl. Raya Pondok Gede Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Telp 021-8400423. Lokasi GPS : -6.290627, 106.908554, Waze. Jam buka : Selasa s/d Minggu 08.00-16.00. Senin tutup. Hari libur nasional buka. Harga tiket masuk : Rp.4.000, bus Rp.15.000, sedan Rp.5.000, motor Rp.2.000. Rombongan 50 orang: pelajar Rp. 2.000, umum Rp. 3.000. Pemutaran film Rp 1.500/orang (atau Rp.75.000 sekali putar). Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Timur, Hotel Melati di Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Timur.Diubah: November 14, 2024.
Label: Jakarta, Jakarta Timur, Monumen, Pancasila, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.