Museum Taman Prasasti mulanya adalah kompleks kuburan Belanda, Kerkhof Laan, atau kuburan Kebon Jahe Kober. Kuburan seluas 5,5 ha di tanah hibah Van Riemsdijk itu dibangun tahun 1795 untuk menggantikan kubur dari gereja Nieuw Hollandsche Kerk (Museum Wayang), dan Gereja Sion Jakarta, akibat Daendels melarang mengubur mayat di sekitar gereja dan tanah pribadi.
Kuburan Kebon Jahe Kober itu ditutup pada 1975 karena tidak ada lagi ruang tersisa. Semua mayat di Pemakaman Kebon Jahe Kober kemudian dipindahkan ke pemakaman lain, seperti Menteng Pulo dan Tanah Kusir, dan dijadikan Museum Taman Prasasti Jakarta yang secara resmi dibuka oleh waktu itu Gubernur DKI Ali Sadikin pada 7 Juli 1977 dengan koleksi prasasti, nisan, tugu, dan makam sebanyak 1.372. Saat ini luas museum ini tinggal 1,3 ha.
Pintu masuk museum saat itu terlihat agak kotor dan temboknya sudah memerlukan cat ulang, namun mestinya sekarang sudah elok lagi. Ruang parkir di halaman museum agak terbatas, akan tetapi pengunjung bisa parkir di pinggiran jalan di luar kompleks Museum Taman Prasasti. Sesudah membayar tiket, saya pun masuk ke area museum luar yang luas ini.
Pieter Erberveld
Replika prasasti Pieter Erberveld terdapat di bagian depan Museum Taman Prasasti Jakarta, yang aslinya dibuat pada April 1722. Ia dihukum mati dengan guillotine setelah gagal memimpin pemberontakan pada 1 Januari 1722. Ada pula tengara berbunyi: "Di taman ini terlukis peristiwa sepanjang masa dari goresan prasasti mereka yang pergi. Di sini pula tertanam kehijauan yang kita dambakan".Di area sebelah kiri museum terdapat replika kereta jenasah yang dipakai membawa keranda mayat ke kuburan. Status sosial seseorang bisa dilihat dari jumlah kuda yang dipakai, dua atau empat, untuk menarik kereta mayatnya. Selain kereta jenasah, di Museum Taman Prasasti juga disimpan peti jenazah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta.
Di musem unik ini bisa pula dilihat prasasti dari tokoh berkebangsaan Belanda serta Inggris seperti A.V. Michiels (yang memimpin tentara Belanda dalam Perang Puputan Jagaraga Kerajaan Buleleng), Dr. H.F. Roll (Pendiri STOVIA, Sekolah Kedokteran zaman Belanda, 1867-1935), dan J.H.R. Kohler (perang Aceh).
Soe Hok Gie dan Miss Riboet
Museum Taman Prasasti juga menyimpan batu nisan Soe Hok Gie (1942-1969) dan Miss Riboet yang menjadi primadona Miss Riboet Orion, perkumpulan Opera Komedi Stambul yang terkenal di Batavia pada tahun 1920-an di bawah pimpinan Tio Tik Djien, suami Miss Riboet.Perkumpulan Sandiwara Miss Riboet Orion berakhir pada 1934, saat penulis naskahnya Njoo Cheong Seng dan Fifi Young pindah ke Opera Dardanella. Di pusara Miss Riboet ada tulisan "Atas Dasar Mutlak Tjinta Sutji-Murni Selama Ampir 50 Taoen Telah Hidup Rukun- Beruntung - Beredjeki Dlm Persahabatan Suami Estri: 'S/U Riboet (Al Miss-Riboet), Lahir di Atjeh: 24 Dec. 1900, Meninggal Di Djak. 19 Apr. (Paskah) 1965 dan T.D.Tio Jr. Tio Tik Djien Lahir Di Ngandjuk 2 Dec. 1895 Menjusul. God’s Groote Liefde Kasih Tuhan Jg Mahaesa Dasar-Mutlak Bagai Penghidupan dan Segala Jg Hidup & Ingin Hidup." Tio Tik Djien meninggal pada 1972 di Jakarta.
Sebuah patung wanita terbuat dari batu pualam terlihat dalam posisi berbaring miring dengan kepala bertelekan bantalan dan tangan menangkup wajah. Pada prasasti kubur di kiri belakangnya tertulis "Rustplaats van onzen geliefden zoon Hendrik Daniel Beisser Machinist b.d. Gouv. Marine Geb. te Padang 5 Januari 1882. Overl. in de Indragiri rivier 18 Juni 1904".
Prasasti lainnya berupa tugu tengara yang dibuat bagi 30 orang tentara kekaisaran Jepang Kompi 19, Batalyon 16, Divisi 2, dari kota Shibata, Propinsi Nigata, Jepang. Mereka dibunuh militer sekutu di Sungai Ciantung, Desa Leuwiliang, Bogor, pada 3-4 Maret, tahun 17 Showa (1942) ketika bala tentara Jepang menyerbu Indonesia. Dua kali setahun masyarakat Jepang yang tinggal di Jakarta menyelenggarakan acara ritual di museum ini.
Olivia Marianne Raffles
Ada pula prasasti kubur Olivia Marianne Raffles (istri Thomas Stamford Raffles, meninggal 1814), dan Kapitan Jas yang makamnya dikeramatkan sebagian orang karena konon bisa memberi kesuburan, keselamatan, kemakmuran dan kebahagiaan. Di ujung belakang Museum Taman Prasasti Jakarta terdapat deretan bekas kuburan dan prasasti yang menempel pada tembok dinding.Jika anda ke Museum Taman Prasasti Jakarta, cobalah temukan sebuah prasasti dengan tulisan "SOO GY. NU SYT.WAS.IK VOOR DEESEN DAT.JK, NV BEN SVLT GY OOK WEESEN yang berarti "Seperti Anda sekarang, demikianlah Aku sebelumnya. Seperti Aku sekarang, demikianlah juga Anda kelak". Semoga Anda bisa menemukannya.
Museum Taman Prasasti Jakarta
Jl. Tanah Abang 1 Jakarta Pusat. Nomor Telp 021-3854060. Lokasi GPS : -6.172278, 106.819446, Waze. Jam buka : Selasa - Minggu 09.00 - 15.00 WIB. Senin dan Hari Libur Nasional tutup. Harga tiket masuk : Dewasa Rp.2.000, Mahasiswa Rp.1.000, pelajar /anak Rp.600. Hotel di Jakarta PusatHotel Melati di Jakarta PusatNomor Telepon PentingPeta Wisata JakartaPeta Wisata Jakarta PusatRute dan Jadwal Lengkap KRL Commuter Line JabodetabekRute Lengkap TransJakartaTempat Wisata di JakartaTempat Wisata di Jakarta PusatTrayek Bus Damri Bandara Soekarno - Hatta.Diubah: Desember 07, 2024.Label: Jakarta, Jakarta Pusat, Museum, Wisa, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.