Namun pengunjung Museum Transportasi TMII ternyata cukup ramai. Sebagian mungkin karena ada DC-9 Garuda Indonesia yang pernah terbang ke negara ASEAN dan Australia. Setelah dari loket penjualan tiket masuk kami berjalan melintasi rel kereta api. Di ujung rel, ada tulisan "Kemijen", nama desa di Semarang dimana stasiun KA pertama di Indonesia dibangun. Di desa itu, pada Jumat 17 Juni 1864 dilakukan pencangkulan pertama pengerjaan jalan kereta api oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, L.A.J Baron Sloet van den Beele.
Jalur kereta api Kemijen - Tanggung sejauh 26 km mulai dioperasikan Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) pada Sabtu 10 Agustus 1867. NISM berkantor pusat di Lawang Sewu Semarang. Selain tempat pamer luar ruang, tempat pamer dalam ruang ada di tiga gedung dua lantai. Di bagian kiri luar terdapat Taman Lalu Lintas dan koleksi lokomotif serta gerbong kereta api. Ada pula terowongan kereta api dan Kereta Api Luar Biasa yang dipakai Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh Hatta sewaktu pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta.
Di depan halaman gedung terdapat instalasi Mercusuar ZM Willem III buatan tahun 1879 dari bahan baja tahan karat. Motor listriknya tiga pass dengan lampu pijar berkekuatan 1000 watt yang bisa dilihat dari jarak 20 mil laut. Mercusuar merupakan sahabat para nelayan dan para pelaut.
Di ruang pamer luar ada Lokomotif Uap tipe 10437, berbahan bakar kayu dengan laju kecepatan maksimum 10 km/jam. Lokomotif buatan Henschel & Sohn Cassel Jerman Barat tahun 1911 ini digunakan di Pabrik Gula Gempol Cirebon pada 1912 s/d 1995. Ada pula bus tingkat pertama di Indonesia bernama Si Jangkung Merah, merk Leyland-Inggris dengan panjang 9,5 m, lebar 2,5 m, tinggi 4,45 m, rute Blom M - Salemba - Senen.
Harus diapresiasi bahwa industri transportasi tanah air juga mengalami kemajuan, meski bisa dikatakan sangat lambat. PT Dirgantara Indonesia terus berbenah setelah sempat dibunuh pada krisis 1998. Demikian juga PT PAL, PT KAI, dan PINDAD yang diharapkan menjadi ujung tombak perkembangan teknologi transportasi massal Indonesia, selain untuk keperluan militer. Semoga terjadi percepatan pada kinerja mereka.
Sebuah koleksi Museum Transportasi TMII Jakarta yang disimpan di ruang pamer di dalam gedung bernama Cikar Damri dan merupakan armada pertama DAMRI pada 1946 yang digunakan untuk mengangkut keperluan logistik bagi satuan militer di daerah Banyumas. Cikar sejenis ini, yang di kampung-kampung pun sekarang sudah agak sulit ditemui, pada jaman itu juga digunakan di Kota Surabaya dan Mojokerto.
Masuk ke ruangan lain terlihat sepeda motor tua, seperti merk DKW (Dampf Kraft Wagen) Hummel 50 cc buatan Jerman tahun 1951 berkecepatan maksimum 100 km / jam. Sepeda motor Honda 90 cc tahun 70-an, dengan kecepatan maksimum 120 km/jam, Honda Bebek pertama, Vespa antik, dan motor besar tua.
Perahu Jayapura I
Perahu tradisional bernama "Jayapura I" asal pesisir Utara Kabupaten Jayapura ada di ruang pamer luar. Perahu seberat 2 ton khas Suku Wariy ini dibuat di Kampung Ambore pada Juni - Juli 1995 dengan menggunakan Kayu Goro untuk badan perahu dan Kayu Pinang Hutan untuk para-para di atas lambung perahu.Koleksi lainnya di Museum Transportasi TMII Jakarta berupa Becak Motor asal Siantar, Sumatera Utara, yang juga dikenal sebagai Becak Siantar. Angkutan ini menggabungkan badan becak sebagai tempat duduk penumpnang, dengan sepeda motor besar, seperti Dukati, Java, dan BSA. Di sebelahnya adalah Becak Medan yang terbuat dari sepeda genjot, menggandeng tempat penumpang yang berada di sampingnya.
Koleksi lainnya berupa Perahu Lesung Suku Asmat buatan tahun 1990, berukuran 1170 x 50 cm, tinggi 110 cm, dengan kedalaman 34 cm. Perahu itu dibuat dari kayu kuning atau kayu susu / yerat yang dikupas kulitnya, diruncingkan ujungnya, dan dilubangi untuk membentuk lesung. Haluan perahu umumnya diberi ornamen Cicemen, yaitu ukiran burung dan roh nenek moyang.
Joko Tingkir
Tidak jauh dari perahu Banjar ada instalasi legenda Joko Tingkir. Rakitnya terbuat dari gelondongan bambu yang diikat dengan tali bambu. Jaka Tingkir memakai getek untuk pergi ke Kota Raja Demak dari daerah Banyu Biru, namun dihadang oleh buaya putih, namun dengan kesaktiannya maka Jaka Tingkir berhasil menaklukkan buaya putih itu, dan akhirnya buaya-buaya itu mendorong getek sampai ke Demak.Sebuah pesawat latih PK-ATV bermesin tunggal buatan New Zealand 1969 terlihat di sebuah ruangan, juga peralatan bandar udara. Di museum ada juga Lori Dayung buatan tahun 1922 eks Sk Babat Daop VIII Surabaya, dan Lori Genjot 1940 eks Stasiun Madiun tahun 1940 s/d 1945. Di dekatnya ada tuas Sinyal 21 Ganda buatan bengkel teknik Kiaracondong Bandung tahun 1989 berupa lemari blok lengkap dan unit handel / lemari mistar 1 x 21 ganda.
Meski sebagian koleksi Museum Transportasi TMII Jakarta ini buatan luar negeri, namun tetap saja saya dibuat kagum dengan begitu banyaknya benda terkait transportasi tersimpan di museum, yang sebagian besar asli dan dalam kondisi baik. Saya kira Andapun akan dibuat terpesona jika berkunjung ke sana suatu saat nanti.
Alamat Museum Transportasi berada di Taman Mini Indonesia Indah, Jl. Raya Taman Mini, Jakarta Timur. Telp (021) 87795616, 8409163. Fax: (021) 87795616. Lokasi GPS : -6.304272, 106.89891, Waze. Jam buka : gerbang depan 07.00 - 22.00; jam buka museum 08.00 - 16.00. Harga tiket masuk : gerbang depan Rp. 10.000, Mobil Rp. 10.000, Bus Rp. 30.000, sepeda motor Rp. 6.000, sepeda Rp. 1.000. Tiket masuk museum Rp 2.000. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta Timur, Hotel Melati di Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Timur.Diubah: November 14, 2024.
Label: Jakarta, Jakarta Timur, Taman Mini, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.