Meski pintu-pintunya nampak tertutup, namun saya sempat masuk ke halaman gedung untuk memastikan bahwa gedung itu merupakan sebuah gedung tua di Kota Padang. Saat itu saya belum tahu bahwa gedung yang hanya bertuliskan Bank Indonesia itu ternyata akan dijadikan gedung museum, sebagaimana gedung tua cantik di kawasan Kota Tua Jakarta yang telah dijadikan Museum Bank Indonesia.
Adalah sebuah tengara yang ditempel di dinding depan Gedung Bank Indonesia yang memastikan bahwa gedung ini memang merupakan sebuah gedung tua, dan telah dijadikan sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Padang. Sudah sewajarnya bahwa gedung tua semacam ini mendapat perhatian dari pemerintah dan difungsikan sebagai bagian penting sejarah kota yang perlu dilestarikan.
Gedung Bank Indonesia Padang yang terlihat rapih dan cantik. Sepertinya warna cat dinding gedung sekarang sudah dibuat putih bersih, yang saya kira memang tampak jauh lebih cantik dengan kesan kuno semakin menonjol. Bendera Merah Putih yang berkibar di atap sana bisa menjadi pemandangan yang sangat indah dan mengharukan, jika saja ada orang yang masih ingat bahwa di tempat itu pernah berkibar bendera negara asing, penjajah negeri ini.
Kota Padang adalah kawasan rantau Minangkabau yang berawal dari perkampungan nelayan di muara Batang Arau, hanya beberapa puluh meter dari lokasi Gedung Bank Indonesia Padang. Daerah permukiman itu kemudian berkembang menjadi bandar pelabuhan ramai setelah orang Belanda masuk ke sana menggunakan bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang memulai era monopoli perdagangan dan penjajahan.
Bagian samping Gedung Bank Indonesia dengan dinding tembok bangunan tinggi yang juga terlihat bersih, dan jalur pejalan kaki yang rapi. Melihat lokasinya, gedung yang sejak dulu digunakan sebagai kantor bank ini sepertinya menyasar perputaran uang para pedagang dan saudagar antar pulau yang beroperasi di sekitar Muara Batang Arau.
Selama penjajahan Belanda, Kota Padang disebut menjadi pusat perdagangan emas, teh, kopi, dan rempah-rempah yang dikontrol oleh pemerintah kolonial, namun bukannya tanpa perlawanan. Hari jadi Kota Padang pada 7 Agustus 1669 adalah hari terjadinya perlawanan masyarakat Pauh dan Koto Tangah menentang monopoli VOC.
Bagian teras depan Gedung Bank Indonesia Padang, dengan tengara Cagar Budaya menempel di tembok sebelah kanan, undakan ke pintu utama, dan sebuah lampu gantung antik di langit-langitnya. Tengara itu berbunyi "Bangunan ini ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1992, Keputusan Walikota Padang No.03 Tahun 1998". Walikota saat penetapan status Gedung Bank Indonesia Padang itu adalah Fauzi Bahar.
Pada arsitektur Gedung Bank Indonesia Padang ada unsur pendopo Jawa dengan atap limasan tumpang dan di puncaknya terdapat kubah, sedangkan pintu-pintunya yang lebar dan tinggi bergaya Eropa. Bangunannya berukuran 22.75 x 19,5 m atau seluas 443,625 m2. Dulu di depan gedung ini, sebelum Jembatan Siti Nurbaya dibangun, ada tugu untuk mengenang Ir. Willem Hendrik de Greve, ahli pertambangan Belanda yang mati hanyut ketika melakukan penelitian di Batang Kuantan pada tahun 1872.
Undakan menuju pintu masuk ke dalam Gedung Bank Indonesia Padang , dengan pintu berhias kaca warna di tengah, serta di kiri kanan serta bagian atas pintunya. Pintu yang tertutup rapat membuat saya tidak berpikir untuk naik ke atas dan mencoba membukanya. De Javasche Bank (DJB) Padang mulai beroperasi pada 29 Agustus 1864, menempati gedung di Nipalaan Verpanding No. 1140 dengan A.W. Verkouteren sebagai direktur pertamanya.
Ini merupakan cabang De Javasche Bank yang ketiga setelah Surabaya dan Semarang, dan cabang pertama di luar Pulau Jawa. Pada 31 maret 1921 pembangunan gedung baru di kawasan Batang Arau ini mulai dikerjakan oleh kontraktor Biro Fermont-Cupers (N.V. Architecten-Ingenieursbureau Hulswit en Fermont te Weltevreden en Ed. Cuypers te Amsterdam) dari Batavia, dan difungsikan pada tahun 1925. Pada masa pendudukan Jepang, nama gedung berubah menjadi Nanpo Kaihatsu. Setelah Jepang bertekuk lutut ke Tentara Sekutu, sejumlah wilayah dikuasai kembali oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration), termasuk Padang dan DJB Agentschap Padang dibuka kembali oleh NICA ada 23 Oktober 1947. Tanggal 1 Juli 1953, fungsi dan operasional De Javasche Bank diambil alih oleh Bank Indonesia.
Kawasan dimana Gedung Bank Indonesia Padang berada merupakan kawasan Kota Tua. Spanduk yang menempel pada dinding Gedung Bank Indonesia dan mengganggu pemandangan itu menyebutkan akan diselenggarakannya workshop rehabilitasi kawasan Padang Lama. Semoga workshop-nya sukses, dan tindakan nyata telah dilakukan di sana.
Gedung Bank Indonesia Padang
Alamat: Jalan Batang Arau No 60, Kota Padang, Sumatera Barat. Lokasi GPS: -0.96437, 100.35842, Waze. Referensi : Tempat Wisata di Padang, Peta Wisata Padang, Hotel Padang. Diubah: Februari 07, 2018.Label: Cagar Budaya, Padang, Sumatera Barat, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.