Suasana lengang di sekitar Masjid Al Ikhlas Sijuk ini, layaknya kampung yang ditinggal orang untuk pergi bekerja di sawah atau ladang. Belakangan saya melihat beberapa orang tengah menaikkan mesin yang digunakan untuk penambangan Timah ke atas sebuah mobil bak terbuka.
Di bagian depan terlihat sebuah papan nama Masjid Sijuk yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Belitung ketika itu, yang sekaligus menandai status Cagar Budaya bagi masjid tua ini. Hanya saja warna birunya terlihat sangat mengganggu. Warna putih klasik dan plitur saya rasa lebih sesuai untuk Masjid Sijuk ini.
Masjid Sijuk Belitung saya kira adalah nama aseli masjid ini, baru kemudian orang memberi nama Masjid Al Ikhlas Sijuk, namun bisa pula sebaliknya karena orang lebih mudah menyebut nama yang lebih sederhana. Masjid ini berada di tepian Jalan Penghulu, Desa Sijuk, Kecamatan Sijuk, Belitung.
Seluruh bangunan masjid yang pertama kali dibangun pada 1817 itu dibuat dari kayu, dengan atap bergaya limasan tumpang, terdiri dari bangunan utama, pendopo, dan mihrab yang menjorok keluar. Papan Informasi Wisata sederhana dipasang diluar tembok masjid, berisi foto tempat-tempat bersejarah di sekitar Sijuk. Sayangnya tanpa penjelasan memadai untuk membantu pejalan menemukan arah menuju ke sana.
Ruangan dalam bangunan utama Masjid Al Ikhlas Sijuk seluruh permukaan lantainya telah dipasang karpet sajadah untuk sembahyang. Tidak ada yang menonjol di dalam ruangan utama ini, selain adanya ruangan imam pada mihrab yang menjorok ke luar, dan warna biru menyala mencolok pada bagian bawah dinding kayu.
Pada dinding atas mihrab terdapat tengara yang ditulis dengan huruf Arab Melayu, berbunyi "Diperbaiki 1 Rajab 1370 H", atau 8 April 1951 Masehi.
Masjid Al Ikhlas Sijuk dilihat dari arah samping kiri, memperlihatkan serambi di sebelah kanan, ruang utama di tengah berbentuk sama dengan serambi hanya ditutup dinding kayu, serta tempat imam paling kiri. Arsitektur Masjid Sijuk yang atapnya berbentuk limasan tumpang, dan adanya beduk, menunjukkan pengaruh masjid yang ada di Jawa. Hanya saja tidak diketahui dengan jelas siapa yang membangun Masjid Sijuk ini.
Bentuk serambinya sama persis dengan bangunan utama masjid yang berukuran 8 × 8 m, hanya saja tidak ditutup dinding kayu keliling. Pada sisi luar Masjid Sijuk terdapat undakan berbentuk setengah lingkaran untuk masuk ke bangunan utama masjid.
Masjid Sijuk Belitung dianggap bernilai sejarah dan menjadi cagar budaya, bukan saja karena merupakan masjid tertua di Belitung yang masih berdiri, namun Masjid Sijuk kabarnya juga digunakan sebagai salah satu tempat bertemunya para tokoh setempat dalam perjuangan melawan pendudukan kolonial asing di Belitung.
Sebuah bedug tua dengan lubang sobekan menganga tampak diletakkan di luar pendopo Masjid Al Ikhlas Sijuk.
Mimbar kayu masjid yang kurus tinggi terkesan sangat sederhana, dan agak mistis, lantaran kain mori putih pucat yang menutup sisi kanan dan lantai mimbar, serta tiga buah bendera berbentuk segitiga yang juga berwarna putih menggantung di bagian depan. Sebuah tongkat putih yang biasa dipegang oleh khotib ketika berkhotbah tampak menyender pada sisi kiri mimbar.
Pintu samping ruangan utama masjid yang tertutup dan mungkin hanya dibuka pada waktu sholat Jumat. Di sebelah kana terdapat ruangan untuk wanita yang dibatasi dengan kain putih. Jika politik terus masuk ke masjid, warna cat bisa berubah-ubah ketika partai dengan warna kuning atau warna merah berkuasa di pemerintahan.
Bagian pendopo masjid lantainya telah diganti keramik, sedangkan bagian lainnya masih dipertahankan sesuai aslinya. Umpak pada keempat tiang penyangga pendopo juga telah dilapis keramik. Bekas air dari atap bocor masih terlihat jelas pada langit-langit pendopo, menunjukkan masjid ini telah memerlukan perawatan. Adanya deretan botol air mineral serta tumpukan karpet memberi indikasi telah diperlukannya gudang penyimpanan.
Pada sisi luar Masjid Sijuk terdapat undakan berbentuk setengah lingkaran untuk masuk ke bangunan utama masjid. Warna garis biru kembali terkesan mencolok, yang hemat saya tidak sesuai untuk sebuah bangunan tua semacam ini. Mudah-mudahan bukan karena ada sebuah partai yang menyumbang masjid, lalu memaksakan warna partainya digunakan di masjid ini.
Masjid Al Ikhlas Sijuk bukanlah masjid pertama yang dibangun di Belitung, namun tampaknya merupakan masjid tertua yang masih tersisa saat ini.
Masjid pertama yang berdiri di Belitung konon dibangun di kaki gunung Parang Bulu di Membalong, namun tidak jelas benar kapan tahun berdirinya dan apakah masih ada sisa jejaknya.
Bentuk bangunan Masjid Sijuk dilihat dari belakang mihrab, yang memperlihatkan tonjolan bangunan pada tempat imam yang menjorok keluar dari bangunan utama masjid.
Menurut riwayat, Islam masuk ke Belitung pada sekitar tahun 1520-an dengan datangnya seorang ulama asal Gresik bernama Datuk Mayang Gresik, menyusul keruntuhan Kerajaan Majapahit (1293 - 1500) yang digantikan oleh Kesultanan Demak (1475 - 1548).
Datuk Mayang Gresik dikabarkan tinggal di Pelulusan, sekarang masuk Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang, Belitung Timur. Raja Majapahit, yang menguasai Belitung sejak 1293, mempercayakan kepemimpinan Belitung kepada panglima bergelar Rangga Yuda (Rangga Uda atau Ronggo Udo) dengan pusat pemerintahan di Badau.
Belitung dibagi empat wilayah, yaitu Badau (Tanah Yuda / Singa Yuda, tempat raja), Buding (Istana Yuda, tempat pesanggrahan raja), Sijuk (Wangsa Yuda / Krama Yuda, tempat keluarga dan para abdi), dan Belantu (Sura Yuda, tempat suci atau keramat). Saat Datuk Mayang Gresik datang, yang berkuasa di Badau adalah Ronggo Udo yang ketiga.
Masjid Sijuk Belitung
Alamat : Jalan Penghulu, Desa Sijuk, Kecamatan Sijuk, Belitung. Lokasi GPS : -2.56431, 107.768, Waze. Hotel di Belitung, Tempat Wisata di Belitung, Peta Wisata Belitung.Diubah: Desember 10, 2024.Label: Bangka Belitung, Belitung, Masjid, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.