Bakso Lapangan Tembak Senayan

Hari agak gerimis ketika saya melangkah melewati deretan warung menuju cabang Bakso Lapangan Tembak Senayan JCC yang berada di samping JCC, Senayan, Jakarta. Suasana semua warung sangat ramai, maklum waktu makan siang, dan sedang berlangsung beberapa pameran di JCC.

Tempat yang digunakan Bakso Lapangan Tembak Senayan JCC ini bentuknya persegi memanjang, dengan ruang jalan di tengah dan sisi kiri kanan berisi deretan meja dua buah serta bangku kayu yang panjang. Saya memilih duduk di deretan sebelah kiri memunggungi pintu masuk rumah makan.

Daftar menu pun diberikan oleh pelayan tak lama setelah saya duduk nyaman. Dari dafter menu saya nasi ayam lada hitam, dan es lapangan tembak, lantaran perut melayu harus diisi nasi. Karena ingin memotret menu utama tempat kuliner ini, saya pun memesan bakso tanpa mie. Alhasil siang itu judulnya makan agak berat.

Bakso Lapangan Tembak Senayan JCC menyediakan menu yang sangat bervariasi, selain bakso polos dan es lapangan tembak. Bakso dan es lapangan tembak ini dihidangkan lebih cepat ketimbang nasi ayam lada hitam yang dipesan terlebih dahulu, yang memang harus dimasak segar sebelum dihidangkan.

Ukuran baksonya cukup besar dan padat. Rasanya gurih di lidah dan ada tergigit beberapa serat yang menimbulkan sedikit bunyi saat dikunyah dengan geraham. Sedangkan Es Lapangan Tembak yang rasanya cukup enak berisi butiran buah leci, potongan roti, semangka, rumput laut, potongan es dan lain-lain.

Di setiap meja Bakso Lapangan Tembak Senayan JCC disediakan keranjang berisi berbagai jenis kerupuk dan rempeyek sebagai makanan tambahan, atau sekadar menambah bunyi-bunyian di mulut. Sembari menunggu pesanan, saya sempat menghabiskan satu buah emping mlinjo, yang rasanya masih asli.

Suasana di ruangan Bakso Lapangan Tembak Senayan JCC saat itu tak begitu sibuk. Pengalaman saya sebelumnya tentang pelayanan di sini tidak begitu baik, terutama ketika sedang banyak tamu. Pelayan kadang tidak menghiraukan ketika dipanggil, mungkin terlalu sibuk dengan yang sedang dikerjakan.

Namun kali ini pelayanannya cukup baik karena sedang tidak banyak tamu. Serba repot memang jadi pelayan, apalagi jika menghadapi tamu yang sedang kelaparan dan tak sabaran. Adalah tugas manajemen untuk membuat standard prosedur untuk memperpendek rantai pesanan, menggunakan Whatsapp misalnya, sehingga pelayan tidak perlu bolak-balik jalan dari depan ke belakang dan langsung bisa menangani pelanggan yang memanggil.

Menu lainnya yang disediakan di tempat makan ini adalah bakso campur, bakso bakar, bakso urat dan berbagai jenis bakso lainnya, nasi goreng spesial dan berbagai jenis nasi lainnya, berbagai masakan ayam, daging, telur, tahu, dan sayuran, serta minuman segar.

Bakso Lapangan Tembak Senayan JCC akhirnya menyajikan Nasi Ayam Lada Hitam yang saya pesan. Entah mengapa saya memilih ayam, bukan sapi. Ayamnya empuk, ladanya sangat berasa, agak terlalu banyak untuk lidah saya, sehingga sebagian nasi yang terendam dalam kuah lada terpaksa tidak saya makan.

bakso lapangan tembak senayan bakso lapangan tembak senayan bakso lapangan tembak senayan bakso lapangan tembak senayan

Total yang saya bayar adalah Rp.63.800, dengan rincian Nasi Ayam Lada Hitam Rp.22.000, Bakso Rp.17.000, emping Rp.3.000, krupuk Rp.3.000, Es Lapangan Tembak Rp.13.000, serta pajak Rp.5.800. Tidak murah, namun juga tidak terlalu mahal. Harga sekarang ini tentu sudah banyak berubah dari ketika saya bersantap di sana.

Alamat Bakso Lapangan Tembak Senayan berada di Samping Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat. Lokasi GPS : -6.21525, 106.806132, Waze. Jam buka : 10.00 - 22.00. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Selatan, Hotel Melati di Jakarta Selatan, Peta Wisata Jakarta Selatan, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Selatan.

Diubah: November 14, 2024.
Label: Jakarta, Jakarta Selatan, Kuliner, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »