Semula saya hanya mengambil beberapa buah foto dari luar, dengan berjalan melipir pagar kawat kusam untuk mencari sudut pengambilan foto. Halaman Eks Rumah Tuan Kuase sangat luas, dan rumahnya berada jauh di dalam kompleks bangunan yang seharusnya anggun itu.
Saya gunakan kata 'seharusnya', karena memang pada saat itu kondisi pagar kawat kelilingnya, halaman luasnya yang ditumbuhi rumput, maupun bangunan Eks Rumah Tuan Kuase terlihat kurang terawat, sehingga justru kesan muram yang terpancar dari tempat itu.
Tengara Benda Cagar Budaya bagi Eks Rumah Tuan Kuase (Hoofd Administrateur, Kepala Administrator) di pinggir halamannya yang sangat luas. Sebuah tengara tidaklah secara otomatis membuat bangunannya terpelihara dengan baik, karena bergantung pada bagaimana perhatian penguasa daerah terhadap bangunan heritage semacam ini.
Rumput di halaman itu tampak sudah terlihat tinggi saat itu. Mestinya halaman luas itu akan terlihat sangat cantik dan sejuk dimata pejalan yang lewat jika saja rumputnya dipotong rapi. Demikian juga pagar kawatnya sudah terlihat kumal, dengan serakan daun kering di sekitarnya.
Bukan hal yang murah memang untuk memelihara dan merawat halaman yang sangat luas seperti ini, karena paling tidak membutuhkan 2-3 tukang kebun yang bekerja seharian untuk menjaganya. Pandangan yang lebih dekat memperlihatkan kondisi Eks Rumah Tuan Kuase dengan cat tembok luar dan tembok terasnya telah banyak yang terkelupas. Muram.
Dari bentuk bangunannya saja, bisa diduga bahwa Eks Rumah Tuan Kuase merupakan bangunan dari jaman kolonial. Apalagi melihat halamannya yang begitu lega, dengan luas keseluruhan tanahnya mencapai 8.600 m2. Sehingga hanya orang dengan posisi penting sajalah yang bisa berdiam di rumah itu.
Sayangnya, saat itu sepotong halaman Eks Rumah Tuan Kuase tampak digunakan sebagai tempat untuk membakar sampah dedaunan, yang asapnya masih mengepul dan cukup mengganggu ketika saya mengambil gambar.
Halaman rumput itu pun menjadi bopeng-bopeng di beberapa tempat sebagai akibat dari bekas pembakaran yang mestinya tidak perlu terjadi. Melihat keadaannya, sebenarnya tidak ada nafsu untuk masuk ke dalam bangunan Eks Rumah Tuan Kuase Belitung ini, karena kondisi di dalamnya saya kira tidak akan jauh berbeda. Namun melihat pintu pagarnya terbuka, bang Junai membawa mobil masuk ke dalam halaman rumah.
Ketika memasuki halaman dalam Eks Rumah Tuan Kuase terlihat ada sebuah pohon yang diameternya sangat besar membujur tewas. Sangat sedih melihatnya. Kemungkinan besar pohon ini ditanam berbarengan dengan dibangunnya Eks Rumah Tuan Kuase ini, yang diperkirakan terjadi pada tahun 1862. Berarti usia pohon itu telah mencapai 150 tahun! Entah di rumah orang kaya siapa nasib pohon itu nantinya akan berakhir.
Satu-satunya yang menarik perhatian saya di Eks Rumah Tuan Kuase itu adalah keramiknya, yang meskipun terlihat sudah rusak di sana-sini, namun masih terjaga keasliannya. Semua barang berharga warisan kolonial di rumah ini telah dibeli oleh seorang kolektor. Bang Junai, yang mengetahui rumah kolektor itu, menawarkan saya untuk mengunjunginya, namun saya menolaknya. Khawatir mengganggu.
Ada beberapa orang yang saat itu berada di sana, dan salah satunya mengantar saya masuk ke dalam Eks Rumah Tuan Kuase yang luas bangunannya sekitar 1.000 m2 itu. Karena semua barang berharganya sudah lenyap, maka tidak ada yang menarik perhatian di dalam sana.
Pandangan lebih dekat memperlihatkan pintu depan dan pintu samping Eks-Rumah Tuan Kuase dengan sebuah mobil tampak berhenti di sana di dekat gerumbul pohon dengan daun yang sangat lebat.
Dari bentuk bangunannya saja, bisa diduga bahwa Eks Rumah Tuan Kuase merupakan bangunan dari jaman kolonial. Apalagi melihat halamannya yang begitu lega, dengan luas keseluruhan tanahnya mencapai 8.600 m2.
Dengan melihatnya saja bisa diduga bahwa hanya orang dengan posisi penting sajalah yang bisa berdiam di rumah itu. Sayangnya, saat itu sepotong halaman Eks Rumah Tuan Kuase digunakan sebagai bekas tempat untuk membakar sampah dedaunan, yang tentu saja merusak pemandangan.
Pandangan dekat yang memperlihatkan teras depan eks-Rumah Tuan Kuase. Umumnya rumah seperti ini juga memiliki teras belakang, yang keduanya bisa digunakan untuk minum teh di pagi atau sore hari, tergantung dimana posisi matahari.
Pandangan dari luar pagar yang memperlihatkan sudah menuanya kondisi eks-Rumah Tuan Kuase ini. Ketika tambang masih jaya, kondisi rumah ini tentu berada dalam kondisi yang sangat baik, boleh jadi membuat iri siapa pun yang lewat di depannya. Namun, bumi memang selalu berputar, demikian pula kehidupan.
Tak murah memang untuk memlihara rumah dengan halaman yang begitu luas, karena tak cukup 2 orang khusus untuk bisa merawatnya dengan baik. Begitu pun orang masih bisa membayangkan kecantikan rumah ini pada masa dahulu.
Ketika memasuki halaman dalam Eks Rumah Tuan Kuase itulah baru terlihat ada sebuah pohon yang diameternya sangat besar membujur tewas. Sangat sedih melihatnya. Semoga bukan tumbang karena kerakusan manusia.
Besar kemungkinan pohon ini ditanam berbarengan dengan dibangunnya Eks Rumah Tuan Kuase, yang diperkirakan terjadi pada tahun 1862. Itu berarti usia pohon itu telah mencapai 150 tahun! Entah di rumah orang kaya siapa nasib potongan pohon itu nantinya akan berakhir.
Saat itu ada beberapa orang yang tengah berada di eks-Rumah Tuan Kuase, dan salah satunya mengantar saya masuk ke dalam rumah yang luas bangunannya sekitar 1.000 m2 itu. Karena semua barang berharganya sudah lenyap, maka tidak ada yang menarik perhatian di dalam sana.
Setelah jaman kemerdekaan, Eks Rumah Tuan Kuase itu digunakan sebagai rumah dinas Kepala UPT Belitung PT Timah, namun rumah itu telah dibeli dari PT Timah oleh Pemprov Bangka-Belitung pada 2011, dan digunakan sebagai wisma yang diberi nama Bougenville.
Semoga telah ada perhatian terhadap Eks Rumah Tuan Kuase ini, sehingga saat Anda berkunjung, kondisi rumah ini telah jauh lebih baik dan terawat.
Eks Rumah Tuan Kuase Belitung
Alamat : Jl. Melati, Tanjungpandan, Belitung. Lokasi GPS : -2.741804, 107.626578, Waze. Hotel di Belitung, Tempat Wisata di Belitung, Peta Wisata Belitung.Diubah: Desember 10, 2024.Label: Bangka Belitung, Belitung, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.