Alun-Alun Batang

Dalam perjalanan di sebuah pagi cerah kami mampir di Alun-Alun Batang, lantaran tertarik melihat penataannya yang rapi, serta adanya pohon beringin tua tepat di tengahnya. Jika saja sebelumnya tak melihat tengara besar di depan alun-alun, saya tak akan tahu bahwa sedang berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Di sisi depan Alun-Alun Batang jalan aspalnya luar biasa lega, karena ada lekukan lebar yang menyambung ke jalan pantai utara Jawa. Kami parkir kendaraan di sisi timur alun-alun yang teduh. Tampaknya alun-alun itu belum lama direnovasi, melihat kondisinya yang sangat baik. Pembangunan alun-alun ini menghabiskan anggaran 900 juta pada tahun 2014, dan 2 milyar pada 2015. Jalan aspal mulus mengelilingi Alun-Alun Batang. Di sebelah timur ada Kantor Polisi, Kantor Pos, Istora bekas Bioskop Srikandi, dan Asrama Polisi. Sedangkan di sebelah barat terdapat Masjid Agung Darul Muttaqin Batang. Di sisi selatan ada rumah dinas yang sangat luas tanahnya, BRI Batang, dan jalan lurus lebar menuju kompleks Pemda Batang. Di Pojok Timur Laut Alun-alun Batang ada semacam menara di sudutnya.

Alun-Alun biasa menjadi tempat bertemunya penguasa, agamawan, para wira usaha, pegiat seni, dan rakyat biasa. Alun-alun menjadi tempat berlatih laga, ritual agama, sayembara, penyampaian titah, pasar rakyat, bebunyian, dan tarian. Alun-Alun kadang juga menjadi tempat dijemurnya para tawanan yang malang ketika terjadi pemberontakan.

alun-alun batang Pohon beringin yang berusia 300-an tahun ini menjadi daya tarik utama Alun-Alun Batang, dan beredar cerita mistik di sekitar penghuni gaib serta banyaknya pusaka yang tersimpan di sana. Salah satu pusaka yang konon keluar dari pohon beringin itu adalah Tombak Pusaka Abirawa yang diarak pada kirab peringatan tahunan hari jadi Pemkab Batang. Sayang pada 8 Oktober 2015 pohon beringin ini tumbang, sebagian ke utara dan sebagian ke selatan, namun diberdirikan kembali meski tak lagi sama bentuknya. Sekitar tahun 2008 juga pernah terdengar ledakan dari pohon beringin ini, yang konon karena marahnya penunggu beringin lantaran hendak dipindahkannya Tradisi Kliwonan dari Alun-Alun Batang. Tradisi Kliwonan yang berlangsung setiap 35 hari itu akhirnya terus diselenggarakan di Alun-Alun Batang, yaitu pada setiap malam Jumat Kliwon. Tradisi yang semula beraroma mistik sebagai sarana pengobatan masyarakat yang terkena guna-guna, mencari jodoh, atau ngalap berkah, kini lebih sebagai pusat keramaian pasar malam tiban. alun-alun batang

Sisi timur Alun-Alun Batang terlihat rapi, dengan jalan pedestrian, tumbuhan rambat, dan pohon palm yang belum lama ditanam. Sisi luarnya terdapat area beratap yang sepertinya digunakan untuk pedagang berjualan pada waktu tertentu. Dari setiap sisi ada jalan dengan lampu taman ke titik pusat alun-alun dimana pohon beringin besar berada. Keberadaan Alun-Alun Batang terkait berdirinya wilayah ini sebagai kadipaten sejak abad ke-17. Wilayah Batang dahulu adalah bagian Alas Roban yang dibabat untuk lahan pertanian atas perintah Sultan Agung untuk keperluan logistik Mataram dalam penyerbuan ke Batavia. Adalah Bahurekso, yang dianggap cikal bakal Batang, yang mendapat tugas itu. Legenda setempat menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya itu Bahurekso menghadapi berbagai rintangan berat, termasuk harus menghadapi raja siluman Dadungawuk, dan raja siluman Uling bernama Kolo Dribikso. Semua kesulitan bisa diatasinya berkat dukungan dan siasat berdasar saran ayahandanya yang bernama Ki Ageng Cempaluk dari Kesesi. Tatanan huruf berukuran besar berbunyi "BATANG" diberdirikan di sisi utara Alun-Alun Batang, menghadap ke Jalan Raya Pantura Pekalongan - Batang. Kabupaten Batang adalah wilayah dimana terdapat jalur Jalan Pantura Alas Roban yang terkenal sangat angker karena seringnya terjadi kecelakaan maut, sehingga dikenal sebagai jalur tengkorak. Konon Raja Siluman Dadungawuk yang meskipun telah dikalahkan Bahurekso tetap minta jatah dari hasil panen. Sedangkan Kolo Dribikso bisa dikalahkan setelah Bahurekso berhasil merayu Dribusowati, adik Dribikso yang cantik, untuk mencuri pusaka kakaknya yaitu Pedang Swedang. Namun masih ada gangguan pada bendungan di sungai yang dibuat untuk mengairi sawah. Aliran Sungai Kramat yang dibendung Bahurekso itu tidak selalu lancar, bahkan kadang tidak mengalir. Ternyata ada watang atau batang kayu besar yang menghalangi aliran air, dan tak ada orang yang mampu mengangkatnya. Bahurekso akhirnya turun tangan dan berhasil menyingkirkan batang pohon itu, karena itulah maka daerah ini dinamakan Batang. Kami sempat berjalan kaki mengelilingi separuh Alun-Alun Batang, dan kemudian melihat pohon beringin tua itu dari dekat. Saat itu ada seorang ibu muda dengan tiga anak kecil tengah bermain pada batang pohon yang posisinya sudah hampir mendatar. Beberapa orang juga terlihat duduk pada dinding tembok di sisi pohon yang terlindung dari matahari.


Alun-Alun Batang

Alamat : Denasri Kulon, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -6.9074366, 109.7303241, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Batang, Tempat Wisata di Batang, Peta Wisata Batang.

Diubah: Agustus 31, 2019.
Label: Alun-Alun, Batang, Jawa Tengah, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »