Setelah menunggu beberapa saat, Kepala Balai pun menemui dan menanyakan maksud kedatangan kami. Singkatnya, kunjungan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan yang terjadi tahun lalu itu berjalan lancar, dan selain memperoleh ijin untuk memotret Museum Trowulan, saya pun berkesempatan melihat dan memotret koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan.
Kunjungan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala di Trowulan ini cukup memakan waktu kami yang sangat berharga, sehingga kehilangan kesempatan untuk berkunjung ke beberapa situs lain di Trowulan. Karenanya, jika salah satu tujuan anda datang ke Trowulan adalah untuk memotret Museum Trowulan, ada baiknya ijinnya diurus terlebih dahulu sebelum Anda datang.
Sebuah koleksi langka Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala BP3 Trowulan yang ditemukan di sekitar Trowulan, berupa sebuah kotak tanah bakar berbentuk segi empat dengan cungkup mengerucut. Saat tutupnya dibuka, di dalamnya terlihat ada lempengan besi bulat di tengah-tengah kotak, dengan deretan lempengan besi tipis di sekelilingnya.
Lempengan besi tipis ini diperkirakan berisi tulisan mantra-mantra, yang sampai saat itu belum bisa dibaca karena umurnya yang sangat tua dan sudah sangat sulit untuk dibaca. Ketika tutup lempengan bulat dibagian tengah dibuka, tampaklah sebuah lingga kecil terbuat dari emas murni tertancap di tengah-tengahnya. Sebuah koleksi yang sungguh mengesankan.
Ada pula koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan berupa kendi khas dan unik, yang banyak ditemukan di daerah Trowulan, Mojokerto. Kendi air ini dipakai tidak dengan menuangkan airnya ke dalam cangkir, namun dengan cara menghisap air dari 'puting' kendi, sebagaimana bayi minum air kehidupan dari puting susu ibu yang montok. Koleksi lainnya berupa replika perahu cadik Majapahit yang reliefnya ditemukan di candi-candi di Trowulan.
Arca Chandra, Dewa Bulan, yang disimpan di teras gedung di kompleks Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Mojokerto dan kondisinya masih sangat baik. Arca ini mungkin berasal dari Situs Tondowongso Kediri yang jumlahnya ketika ditemukan ada dua buah. Tangan kanan arca berada di atas pangkuan dengan kuncup padma di telapak tangannya. Pada kepala terdapat mahkota berhias suluran dan ceplok bunga, dan hiasan pada dahi berbentuk untai mutiara.
Di belakang sana terlihat ada arca Nandi dan arca kepala berwajah Eropa. Nandi kendaraan Siwa itu duduk di atas lapik padma dengan kaki kanan belakang ditekuk ke depan dan kaki kiri depan ditekuk ke belakang. Tanduknya tak begitu panjang dengan telinga lancip ke belakang hingga di bawah punuk. Ikatan pada mulutnya berhias mutiara, sedangkan selempang pada perutnya merupakan suluran. Arca Nandi itu kondisinya masih utuh dan dalam keadaan yang cukup baik.
Arca Brahma berkepala empat di teras Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala BP3 Trowulan Mojokerto yang kondisinya masih sempurna. Di sebelah kirinya adalah arca Nandi lainnya namun sebagian kepalanya telah rusak. Kedua arca itu tampaknya juga berasal dari Situs Tondowongso Kediri. Arca Brahma itu bersila di atas padmasana ganda, dua tangan di atas lutut yang kanan ibujari dan kelingking bertaut dan yang kiri ada padma pada telapanya. Dua tangan lagi diangkat ke atas, masing-masing menggenggam aksamala (tasbih) dan camara (pengusir lalat).
Caturmukha Brahma dikaitkan dengan lahirnya empat kitab suci Weda (Rgveda, Yajurveda, Samaveda, Atharvaveda), siklus zaman Catur Yuga (Satyayuga, Tretayuga, Dwaparayuga, Kaliyuga), dan empat pilihan hidup Catur Warna (Brahmana, Ksatrya, Waisya, Sudra). Brahma adalah dewa pencipta alam semesta beserta isinya yang beristerikan dewi ilmu pengetahuan nan cantik jelita bernama Saraswati. Sebuah perlambang bahwa penciptaan mestilah berlandas ilmu pengetahuan, dan seni budaya.
Arca Pradnya Paramita atau Prajnaparamita ini diletakkan di luar teras Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala BP3 Trowulan Mojokerto, namun tak jelas apakah arca itu asli atau baru dibuat. Paramita adalah salah satu aspek sifat Bodhisattwa yang memiliki arti 'kesempurnaan dalam kebijaksanaan'. Arca Prajnaparamita yang paling terkenal dan terindah disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Arca yang diduga dibuat pada era Kerajaan Singhasari di abad ke-13 Masehi itu ditemukan di reruntuhan Cungkup Putri dekat Candi Singasari, Malang, Jawa Timur. Arca itu dipercayai merupakan perwujudan Ken Dedes, ratu Singasari nan jelita yang direbut Ken Arok dari Tunggul Ametung, dan baru diketahui pada tahun 1818 atau 1819 oleh D. Monnereau yang memberikannya kepada Caspar George Karl Reinwardt pada tahun 1820. Reinwardt lalu membawa patung itu ke Belanda sampai akhirnya menjadi koleksi Rijksmuseum voor Volkenkunde di Leiden, dan baru dikembalikan pada Januari 1978 oleh Rijksmuseum voor Volkenkunde (Museum Nasional untuk Etnologi), dan disimpan di lantai 2 Gedung Arca Museum Nasional, Jakarta.
Ada cukup banyak arca lain yang masih tergeletak secara serampangan di teras Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala BP3 Trowulan Mojokerto, namun mudah-mudahan saat ini sudah semuanya sudah diletakkan di tempat yang baik dan tertutup. Meski kunjungan ini memakan waktu yang tak sedikit untuk seorang seperti saya yang datang jauh-jauh dari Jakarta dan punya waktu sangat terbatas, namun saya merasa beruntung juga karena bisa melihat koleksi langka Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan yang mungkin jarang dilihat oleh para pejalan.
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur
Alamat : Jl. Majapahit No. 141-143, Trowulan, Mojokerto. Telp. (0321) 495515. Lokasi GPS : -7.557265, 112.37259, Waze. Rujukan : Hotel di Mojokerto, Tempat Wisata di Mojokerto, Peta Wisata Mojokerto.Diubah: April 26, 2018. Label: Jawa Timur, Mojokerto, Purbakala, Trowulan, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.