Kunjungan ke Situs Tondowongso Kediri saya lalukan beberapa saat setelah meninggalkan Tetenger Mpu Barada. Jarak keduanya 8,6 km, dengan 1 km terakhir melewati jalan tanah, dan kemudian berbelok ke area perladangan mengikuti jalanan kampung sebelum berhenti di tanah lapang, beberapa meter dari kali kecil yang airnya jernih.
Sebelumnya para penggali itu telah menemukan struktur batu bata di tembok selatan namun tidak melaporkannya. Hanya setelah penggalian dilakukan ke arah yang utara dan menemukan lagi struktur bangunan batu bata serta sejumlah arca barulah mereka melaporkannya. Penggalian tanah itu dilakukan di lahan milik Kiran, Munawar, dan Suryani.
Area terbuka luas dimana Situs Tondowongso Kediri berada ini saya lihat setelah menyeberang kali kecil yang airnya setinggi mata kaki. Tidak ada tanda-tanda manusia berjaga di sana, dan mungkin memang tidak ada yang perlu dijaga, karena semua benda purbakala berharga yang ditemukan di sana sudah dipindahkan ke Museum Trowulan Mojokerto.
Tim ekspedisi dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan kabarnya telah bisa memastikan bahwa Situs Tondowongso Kediri merupakan sebuah situs peninggalan dari abad XI. Saat itu adalah periode Kerajaan Kediri awal yang merupakan kerajaan tertua di wilayah Jawa Timur, sebelum munculnya Kerajaan Singosari dan Majapahit.
Melangkahkan kaki mendekati area tengah Situs Tondowongso Kediri, yang tersisa hanyalah bekas bekas galian kegiatan ekskavasi yang telah terbengkalai, sebagian terendam air hujan dan dibiarkan merana terpapar cuaca tropis yang kerap ekstrem. Ada yang dipagari dengan bilah-bilah bambu yang sudah terlihat kusam dimakan cuaca.
Di Situs Tondowongso Kediri ini juga ditemukan Arca Nandi pada 19 Januari 2007, serta Lingga Yoni pada 26 Januari tahun yang sama, serta beberapa buah patung lainnya yang utuh maupun tidak. Sebenarnya Prof. Soekmono pernah menemukan satu arca pada 1957 di tempat ini, hanya saja sepertinya tidak dilakukan pelitian lanjutan yang lebih mendalam.
Struktur batuan yang menyerupai batu candi, serta dinding batu bata di ujung sana. Diduga di Situs Tondowongso Kediri terdapat candi utama dan candi perwara. Dugaan ini terkait ditemukannya sejumlah arca di lokasi seluas lebih dari satu hektar ini. Pagar gugus candi itu menurut pengukuran Tim Balai Arkeologi Yogyakarta memiliki ketebalan 90 cm.
Selain penemuan Arca Dewa Siwa berkepala empat, di Situs Tondowongso Kediri juga ditemukan dua arca Dewa Candra yang dianggap sebagai dewa kesuburan, Arca Dewa Surya, dan dua arca Nandi. Ada pula Yoni setinggi 28 cm terbuat batu putih yang halus pengerjaannya, dengan cerat yang disangga kepala naga seperti di Makam Tumenggung Poesponegoro.
Struktur dinding bata Situs Tondowongso Kediri yang tak beraturan ini bagian bawahnya juga terendam air hujan. Ini tampaknya bagian dari struktur dinding dari utara ke selatan yang tertimbun lava dari letusan Gunung Kelud pada kurun waktu 1300-1500 M. Hasil pengukuran Tim Balai Arkeologi Yogyakarta menyebutkan bahwa dinding timur situs ini tebalnya 170 cm.
Temuan lainnya di Situs Tondowongso Kediri adalah Lingga, Arca Ardhanari, Arca Durga Mahesasuramardini, Resi Agastya, Nandiswara, fragmen kepala dan kaki arca. Ardhanari adalah arca yang melambang persatuan Siwa dengan Parwati. Penemuan kesemua arca serta Lingga Yoni itu memberi petunjuk tempat ini adalah kompleks candi Hindu Siwa.
Sayang tidak ada hal menarik lagi di Situs Tondowongso Kediri ini. Selain arcanya telah disimpan di Trowulan, tidak pula ada informasi pada bekas galian yang terbengkalai. Semoga rekonstruksi bisa segera dilakukan di situs yang disebut sebagai temuan terbesar dalam 30 tahun terakhir setelah temuan percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat.
Situs Tondowongso Kediri
Alamat : Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Lokasi GPS : -7.79089, 112.14216, Waze. Rujukan : Hotel di Kediri, Tempat Wisata di Kediri, Peta Wisata Kediri.Diubah: April 24, 2018.Label: Jawa Timur, Kediri, Situs, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.