Halaman Gedung PTPN XI ini cukup luas, dengan taman yang ditanam rumput menghijau segar dan pepohonan pakis, palem dan beberapa jenis pohon lain yang memberi kesan yang sejuk. Tembok yang tidak terlalu tinggi membatasinya dengan taman luar di tepi jalan di depannya.
Peristiwa bersejarah yang terjadi di Gedung PTPN XI adalah di sini pernah menjadi lokasi perundingan antara Moestopo dan AWS Mallaby, sebelum meletusnya peristiwa 10 November 1945, terkait ancaman Sekutu kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata. Gedung PTPN XI ini memang pernah menjadi markas BKR dibawah Drg. Mustopo, serta Markas AD Jepang pada jaman pendudukan.
Pilar-pilar yang cukup tinggi, delapan buah di bagian depan Gedung PTPN XI Surabaya, menyangga bagian teras bangunannya, tempat dimana supir kendaraan menurunkan majikan yang dibawanya. Tiang bendera terasa yang ada di atas teras tampak sedikit mengganggu pandangan, mungkin akan lebih indah jika ditanam di atas gedung. Ornamen bulat kecil, persegi dan lengkung menghiasi sayap bangunan Gedung PTPN XI.
Pembangunan Gedung PTPN XI Surabaya dimulai pada tahun 1911 dan baru selesai dikerjakan pada 1921, namun peresmiannya sendiri baru dilakukan pada 18 April 1924. Mengapa begitu lama, mungkin karena pembangunan gedungnya sempat terhenti ketika meletus Perang Dunia I yang membuat perekonomian Eropa menjadi morat-marit, yang tentunya mempengaruhi Hindia Belanda, dan mulai pulih setelah perang selesai pada tahun 2018.
Jam dinding di bagian depan Gedung PTPN XI yang berhiaskan pola-pola konsentrik yang indah dan pola dedaunan di bagian atasnya. Angka pada jam dikelilingi oleh bulatan warna orange kecoklatan, dengan dasar hijau zamrud bercorak yang berbeda dengan warna sekelilingnya. Jam itu masih berfungsi, meski lebih cepat sekitar 10 menit dari waktu yang seharusnya.
Bagian depan Gedung PTPN XI Surabaya, dibangun dengan pola yang simetris sempurna di sisi sayap kiri dan kanan bangunannya. Perancang gedungnya adalah biro arsitek Batavia yang terkenal pada masa itu, yaitu Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers. Eduard Cuypers (1859-1927), Marius Hulswit (1862-1921) dan rekan diketahui telah merancang lebih dari sembilan puluh bangunan di Hindia Belanda.
Gedung PTPN XI Surabaya semula adalah merupakan gedung Namblodse Venotschaaf Handels Vereeniging Amesterdam (NV HVA), yaitu sebuah perusahaan perkebunan milik Hindia Belanda yang mengendalikan produksi gula di wilayah ini. Hingga sekitar tahun 70-an perusahaan gula warisan Belanda masih banyak yang bertahan di berbagai daerah di Jawa, sebelum satu per satu rontok karena korupsi, salah urus, dan membanjirnya gula import.
Pandangan pada pgar tembok rendah dan taman yang berada di bagian luar Gedung PTPN XI Surabaya. Taman yang tak begitu besar itu tampak masih dipelihara dengan baik dan memberi pandangan yang sejuk di mata. Gedung ini berubah menjadi Gedung PTPN XI setelah Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan perkebunan asing yang dimiliki Hindia Belanda pada tahun 1958.
Pada masa jayanya, dengan biaya produksi murah berkat politik tanam paksa yang dilakukan dengan tangan besi, pada tahun 1930-an Pemerintah Hindia Belanda menjadi pengekspor gula terbesar di dunia setelah Kuba, dengan 167 pabrik gula yang menghasilkan sekitar 8 juta ton gula per tahun. Sepertinya sudah lebih dari 20 tahun industri gula di negeri ini masih terseok dan belum bisa bangkit kembali.
Melihat Gedung PTPN XI Surabaya yang tampak sepi ketika itu, membuat saya tidak menyangka bahwa Gedung PTPN XI sebenarnya telah dikelola sebagai tempat wisata bangunan tua. Lantaran ketidaktahuan itu saya pun tidak berusaha untuk masuk ke dalam gedung, padahal interiornya sangatlah indah. Mudah-mudahan di lain waktu.
Gedung PTPN XI Surabaya
Alamat : Jalan Merak No. 1, Surabaya. Lokasi GPS : -7.23775, 112.73497, Waze. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata SurabayaDiubah: April 30, 2018.Label: Jawa Timur, Surabaya, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.