Dasar undakan ke puncak bukit itu agak jauh dari permukiman, dan tidak ada tengara alamat rumah kuncen. Saya meminta tolong Bambang mencari rumah kuncen dan menunggu di kaki bukit. Namun karena lama menunggu, saya pun mengayun kaki menapaki undakan satu persatu. Pengalaman berkunjung ke sejumlah makam memang memberi pelajaran akan peran pentingnya seorang kuncen. Utamanya untuk membuka gembok pintu dan bercerita menurut versinya mengenai penghuni makam. Adakalanya kuncen membacakan doa, meski bukan itu tujuan saya berkunjung. Saya lebih tertarik pada kisah ketimbang mengalap berkah.
Sebuah sumber menyebutkan bahwa Adipati Mangkuprojo adalah Wrongko Dalem Keraton Kartosuro yang gigih melawan penjajah dan pernah bergerilya di daerah Pekuncen. Beliau wafat pada 1719 dan dimakamkan di Pekuncen sesuai wasiatnya. Pada peringatan 1000 hari wafat beliau, didirikanlah Masjid Saka Tunggal, yang tiangnya dibawa dari Kartasura.
Pemandangan pada awal undakan menuju ke perbukitan dimana Makam Adipati Mangkuprojo berada. Ada beberapa segmen undakan dengan jeda lantai datar pendek sebelum masuk ke undakan menanjak yang berikutnya lagi. Meskipun pepohonan di kiri kanan undakan masih muda sehingga belum rimbun, namun cukup membantu meneduhi jalan.
Sambil mengayun kaki menapaki anak tangga, saya sempat menghitung jumlah undakan yang saya lalui. Ujung atas undakan ini mentok pada lereng beton semen yang cukup tinggi, dan lalu belok ke kiri manaiki sejumlah undakan yang lebih mendatar. Jika tidak salah hitung, jumlah anak tangga yang ke atas ada 152 buah, dan ada lagi 15 anak tangga yang mengarah ke kiri.
Umumnya, jika ada dua orang atau lebih berjalan mendaki anak tangga semacam ke Makam Adipati Mangkuprojo Pekuncen ini secara bersamaan, dan masing-masing menghitung sendiri berapa banyak jumlah anak tangga yang mereka tapaki, maka ketika telah sampai di puncak setiap orang akan menyebut angka yang berbeda-beda, meski selisihnya tidak banyak.
Belum ada tanda-tanda kuncen makam akan segera datang di sana untuk membukakan pintu makam dan berbagi cerita mengenai Adipati Mangkuprojo. Hanya suara binatang penggeret yang tak henti berbunyi, pertanda ia aman sentosa. Meskipun cerita kuncen seringkali memiliki tingkat keakuratan yang relatif rendah, bagaimana pun juga masih lebih baik ada cerita ketimbang tidak ada sama sekali.
Tebing beton semen yang cukup tinggi ada di sebelah kanan kompleks Makam Adipati Mangkuprojo Pekuncen Sempor itu. Lintasan menanjak yang lumayan landai dengan sejumlah undakan pendek kemudian saya tapaki lagi setelah selesai mendaki undakan pada segmen pertama yang menanjak lurus ke atas dan lalu berbelok ke kiri.
Suasana di sekitar kompleks makam di puncak perbukitan yang tinggi ini sungguh sepi, sehingga mendatangkan perasaan yang kurang enak karena saat itu saya berada di sana sendirian. Entahlah ada berapa mahluk halus yang datang menemani. Namun karena kepalang tanggung sudah berada di atas bukit, saya pun tetap meneruskan langkah memasuki kompleks pemakaman Pekuncen tempat Makam Adipati Mangkuprojo berada.
Deret makam yang ada di serambi pada cungkup di sebelah kiri cungkup Makam Adipati Mangkuprojo sempat saya ambil fotonya. Hanya ada satu penanda kubur pada makam-makam itu, yaitu "Ngabehi Mangkurejo". Raden Ngabehi merupakan gelar kebangsawanan di Jawa dengan tingkatan paling rendah. Di atasnya adalah Raden Wedana, lalu Raden Tumenggung dan paling tinggi tingkatannya adalah Kanjeng Pangeran Haryo.
Saya sempat melihat-lihat sejumlah makam lainnya yang berada di sekitar cungkup Makam Adipati Mangkuprojo. Sempat pula melihat beberapa makam yang terlihat sudah sangat tua yang berada di area terbuka di kompleks makam. Namun tak ada tengara nama yang saya kenali. Jika bukan makam anak keturunan dan kerabat Adipati Mangkuprojo, boleh jadi merupakan kubur penduduk sekitar.
Serambi Makam Adipati Mangkuprojo memiliki atap rendah dan disangga pilar-pilar. Akses ke dalam makam berdaun pintu kembar itu digembok. Pada dinding menempel keramik hitam bertulis warna emas, berbunyi: "Makam Eyang KR Adipati Mangkuprodjo, Pekuncen, Gombong. Pemugaran diresmikan pada tanggal 7 Oktober 1993 oleh Ahliwaris Putrawayah".
Lewat lubang sempit pada tembok terlihat bahwa ruangan di dalamnya miskin cahaya, sehingga tak bisa mengintip isi cungkup. Sebuah situseb menyebutkan bahwa pada jaman Keraton Kartasura ada pemuda Banyumas yang mengalahkan musuh kerajaan. Ia mendapat hadiah putri Amangkurat Mas II dan anugerah pangkat patih ndalem Keraton Kartasura bergelar Adipati Mangkuprojo.
Jika pemuda yang disebut dalam cerita di atas adalah orang yang sama yang kemudian dimakamkan di atas bukit ini, maka mestinya ada kisah lanjutannya mengapa orang Banyumas sampai berada di Pekuncen, Kebumen, dan dikubur di sana. Jarak antara Banyumas dan Gombong memang tidak begitu jauh, dan sangat lazim orang berpindah tempat karena berbagai alasan dan sebab.
Selalu ada kemungkinan adanya kubur keturunan raja di tempat seperti ini, oleh karena seringnya terjadi kisruh di kota raja sebagai akibat terjadi perebutan kekuasaan, yang membuat banyak keturunan raja akhirnya memilih menyingkir ke tempat terpencil dan hidup sebagai orang biasa. Sayang, Bambang tak berhasil menemukan rumah kuncen.
Makam Adipati Mangkuprojo Pekuncen Kebumen
Alamat : Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Lokasi GPS : -7.5858, 109.52026, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Diubah: September 30, 2019.Label: Jawa Tengah, Kebumen, Makam, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.