Dari makam itu kami berkendara arah ke selatan, mentok, belok kanan sedikit lalu belok kiri di Jl Letjen HM Sarbini, dan terus hingga sampai tanjakan pertigaan Desa Kalijirek. Gerbang Makam Tumenggung Kalapaking ada di sebelah kanan. Jarak kedua makam itu hanya sekitar 350 meter. Saya turun dari kendaraan di depan pintu gerbang Makam Tumenggung Kalapaking Kalijirek Kebumen, sementara Bambang mencari informasi tentang kuncen dan mencari lokasi untuk parkir kendaraan yang lebih aman.
Itu lantaran gerbang makamnya berada di pojokan jalan dengan dinding tinggi sehingga membatasi jarak pandang kendaraan yang akan berbelok. Pintu pagar makam terlihat terbuka, yang artinya orang bisa bebas masuk ke dalam. Sementara menunggu kuncen datang, saya lebih dulu mendaki undakan dan lalu berjalan masuk ke dalam kompleks Makam Tumenggung Kalapaking, ditemani oleh seorang pria agak sepuh warga setempat yang sempat kami tanyai sebelumnya tentang lokasi makam ini.
Gerbang candi bentar yang menjadi akses masuk ke dalam kompleks Makam Tumenggung Kalapaking Kalijirek Kebumen itu dicapai dengan menapaki sekitar sebelas anak tangga. Tulisan "Makam Tumenggung Kolopaking" terlihat menggantung diantara kedua pilar gerbang, dan lambang Kabupaten Kebumen ikut dipasang pada dinding pilar gerbang makam. Di bagian depan kanan ada sebuah bangunan cukup besar, namun pintunya terkunci dan tak ada tengara pada pintunya.
Tak jelas apakah di dalamnya ada makam, atau hanya semacam aula pertemuan. Saya berjalan terus melewati sisi kanan bangunan itu ke arah bagian belakang. Di sana ada beberapa makam luar ruang yang menarik perhatian saya. Ada makam bersisian, yang sebelah kiri bertulis "Rd. Ng. Mangoenatmodjo wafat pada 10 Oktober 1928", dan di sebelahnya makam bertulis "Rd Ayu Mangoenatmodjo wafat pada 31 Juli 1932". Kedua makam itu terbuat dari batu pualam, nisannya berbentuk bunga dengan lingkaran di tengahnya.
Tak saya temukan informasi mengenai siapa kedua mendiang ini. Lalu ada makam tunggal ukuran 2x2,5 meter dengan tinggi 1 m. Yang menarik adalah pada nisannya terdapat relief lambang bulan sabit bintang, dan bertulis huruf Arab dan Jawa. Cukup lama saya menunggu kuncen, dan ketika saya hendak beranjak pergi meninggalkan kompleks makam, barulah kuncen datang, membuat saya berbalik langkah lagi.
Ketika Keraton Plered Mataram diduduki Trunojoyo, Amangkurat I lari hingga tiba di Panjer dalam keadaan sakit dan diterima oleh R. Kertawangsa. Kertawangsa memberinya air kelapa tua (kelapa aking) yang membuat keadaan Amangkurat I berangsur baik. Amangkurat I pun menganugerahkan gelar Tumenggung Kelapa Aking kepada R. Kertawangsa.
Untuk mencapai pintu Makam Tumenggung Kalapaking Kalijirek Kebumen ini setidaknya ada 15 undakan yang harus dilewati. Pintunya terkunci, sehingga bisa masuk ke dalam hanya jika ditemani kuncen. Di atas pintu makam terdapat tengara Makam Tumenggung Kalapaking. Daun Pohon Kamboja kering tampak bertebaran di anak tangga, menunggu dibersihkan.
Cungkup Makam Tumenggung Kalapaking berbentuk bangunan segi empat memanjang ke arah kiri dan di bagian sebelah kiri dindingnya tidak tertutup rapat, hanya dibatasi dengan kisi-kisi. Dari atas kisi-kisi itu pejalan masih bisa melongok ke dalam area makam dan melihat isinya meskipun tidak bisa masuk ke dalam cungkup mendekati kuburnya.
Di dalam makam terdapat silsilah Kalapaking. Dimulai dari Dewi Retno Pembayun, puteri Panembahan Senapati, yang menikah dengan Ki Ageng Mangir Wonoboyo dan berputra RM Madusena, lalu berputra RM Badranala, berputra RM Kertasuta, berputra Kyai Curiga, dan berputra RT Kalapaking I (R Kertawangsa).
Dewi Retno Pembayun wafat setelah melahirkan RM Maduseno, dan Ki Ageng Mangir dibunuh oleh Panembahan Senopati saat menghadap. Kalapaking I menikahi BRAJ Mulat (Kletingabang, puteri Amangkurat I), berputra RT Kalapaking II (RM Mandingan), berputra Kalapaking III (RM Suleman Kertawangsa), berputra RT Kalapaking IV (RM Endang Kertawangsa).
Kondisi Makam Tumenggung Kalapaking Kalijirek Kebumen dalam keadaan cukup baik. Hanya tidak dibersihkan secara teratur sehingga agak berdebu. Pembersihan dan perawatan makam leluhur memang lebih afdol jika dilakukan oleh anak keturunan sendiri, bukan oleh kuncen atau orang bayaran, karena hubungan batin dan darah tak akan pernah bisa ditukar dengan uang.
Kedua makam yang berada di dalam cungkup kecil bertabir kelambu putih sempat saya potret. Hanya ada satu cungkup kecil ini di dalam ruangan Makam Tumenggung Kalapaking itu. Makam lainnya tidak bercungkup. Pada kijing makam sebelah kiri bertulis "Raden Toemenggoeng Kalapaking" dan makam di sebelah kanan bertulis "Raden Toemenggoeng Kalapaking 4".
Saya sempat mengambil foto bentuk cungkup berkelambu yang di dalamnya terdapat kijing makam Kalapaking I dan Kalapaking IV, dengan deret kijing makam lainnya yang ada di dalam ruangan sama. Kedua makam itu memiliki kijing dengan ornamen persis sama, dan tampaknya dibuat pada saat yang bersamaan atau dikerjakan oleh orang yang sama.
Alkisah, Kalapaking IV yang mendukung Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa berhadapan dengan Aroeng Binang IV yang berada di pihak Keraton Surakarta yang didukung Belanda. Konon Kalapaking IV bertempur satu lawan satu melawan Aroeng Binang IV hingga Tumenggung Kalapaking IV terluka lengannya oleh tombak pusaka Tumenggung Aroeng Binang IV.
Kalapaking IV wafat dan dimakamkan di Kalijirek. Aroeng Binang IV menjadi penguasa Panjer dan membangun pendopo Kebumen pertama. Perseteruan berakhir ketika Belanda mengangkat keturunan Kalapaking, yaitu Ki Atmodipuro menjadi Bupati Banjarnegara dan Ki Sukadis menjadi Bupati Karanganyar, keduanya tidak menggunakan gelar Kalapaking.
Tumenggung Aroeng Binang IV sendiri wafat tanpa memiliki keturunan, sehingga kedudukannya di Panjer digantikan oleh Aroeng Binang V, ipar Aroeng Binang IV namun masih keturunan langsung Kyai Hanggayuda, ayah (atau paman) Aroeng Binang I.
Kebumen selanjutnya dipimpin oleh keturunan Aroeng Binang hingga Jepang masuk pada 1942. Di kiri Kijing RT Kalapaking adalah kijing RT Kalapaking II, lalu kijing Nyai Kretowongso Mandingan dan kijing Makam Nyai Tumenggung Kalapaking IV. Ada pula kijing Makam RT Kalapaking III (Kretowongso Soeleman), dan kubur puteranya. Agak terpisah terdapat makam putera colecteur Karanganyar R.M. Soedarmo, dan kijing makam Nyai Resowidjojo.
Makam Tumenggung Kalapaking Kalijirek Kebumen
Alamat : Desa Kalijirek, Kecamatan Kebumen, Kebumen. Lokasi GPS : -7.66377, 109.68203, Waze. Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Diubah: Oktober 10, 2019.Label: Jawa Tengah, Kebumen, Makam, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.