Lebar Muara Suwuk hanya 100 meter-an, sehingga lebih dekat menyeberang dengan perahu dibanding lewat darat. Pada kunjungan pertama, selesai menyusuri Sungai Telomoyo, perahu sandar di mulut Gua Karangbolong, dan saya turun di sebelah dinding karang kehijauan unik. Saya berjalan masuk ke lorong Gua Karangbolong sepanjang 30 meter melewati serakan batu.
Lorong gua selebar 10 meter dan tinggi 5 meter ini sedikit menanjak sebelum sampai di mulut gua ada di area Pantai Karangbolong. Gua Karangbolong merupakan gua batuan sedimen (breksi) yang dikenal sebagai Formasi Gabon, terbentuk 30-15 juta tahun lalu.
Mulut Gua Karangbolong ini saya ambil fotonya sesaat sebelum memasukinya. Beberapa saat berikutnya saya sudah keluar di ujung sana. Meskipun lorong ini lebih panjang dari Pantai Karang Bolong Serang, namun di tempat ini tak saya lihat jalur pendakian yang elok sebagaimana yang ada di Anyer.
Hal pertama yang saya lakukan adalah ke mampir warung di depan mulut gua untuk minum dan mencicipi Yutuk, Undur-undur laut, yang digoreng kering. Di mulut gua ada diorama pengambilan sarang Burung Walet. Sayangnya bisnis sarang Burung Walet di Kebumen hancur karena pengambilan sarang burung secara kalap yang tidak memperhatikan kelestarian Walet.
Sayangnya orang mulai sadar setelah semuanya terlambat, dan membutuhkan waktu sangat lama untuk ekosistem Walet terbangun kembali. Itu pun jika sudah ada perlindungan dan aturan yang jelas dari pemerintah setempat untuk melakukan konservasi bagi kehidupan Walet di Pantai Karangbolong.
Tebing luar gua Pantai Karangbolong Kebumen masih dipasangi dengan struktur bambu yang dulu digunakan oleh para pemburu sarang burung, yang kini digantikan oleh patung bisu yang menandai hancurnya bisnis liur burung laut itu. Ada tanjung kecil di ujung kiri Pantai Karangbolong yang berhadapan dengan tanggul penahan gelombang di ujung barat Pantai Suwuk. Di sana terdapat gazebo, dan ada pula sebuah batu halus yang diberi sesajian.
Pemandangan dari dalam gua Karangbolong beberapa saat sebelum kembali ke perahu, karena tak ingin tukang perahu menunggu terlalu lama di pinggiran sungai. Perjalanan kedua lewat darat ke Pantai Karangbolong Kebumen pun dimulai agar kunjungan lebih afdol. Setelah melewati Jembatan Suwuk sejarak 900 meter dari Pantai Suwuk, jalanan mulai menanjak melewati perbukitan.
Sekitar 1,4 km kemudian kami sampai di tikungan tajam menyerupai V terbalik dan setelah itu jalanan menurun. Sejarak 1,2 km dari tikungan itu jalanan mentok di pertigaan dan kami belok kiri dan membayar tiket masuk ke Pantai Karangbolong. Sekitar 850 meter dari gapura saya sudah tiba di warung depan Gua Karangbolong yang sebelumnya saya kunjungi.
Meskipun apa yang terlihat sama saja dengan yang tampak pada kunjungan sebelumnya, namun memang baru terasa lengkap setelah datang melewati jalur jalan yang normal lewat darat. Suasana di Pantai Karangbolong Kebumen masih relatif alami, dan semoga akan tetap seperti ini. Tak semua pantai perlu meniru Pantai Suwuk yang telah diekploitasi dengan menambah berbagai fasilitas untuk menarik pengunjung.
Suasana Pantai Karangbolong yang sepi sepertinya lebih cocok bagi pasangan yang ingin menikmati suasana pantai namun tak begitu menyukai keramaian. Selain melihat gua dan menikmati suasana di bawah rimbun pohon atau dengan duduk di warung, kegiatan lain yang bisa dilakukan di sini adalah memancing karena ikan di sini cukup berlimpah.
Saya mampir lagi ke warung di depan gua dengan dagangan Yutuknya yang khas itu. Kali ini makan pecel, selain mengunyah sedikit Yutuk. Yang menarik, sekaligus membuat trenyuh, adalah si ibu merupakan salah satu korban yang selamat dari bencana Tsunami, meski nyawanya sudah sempat berada di ujung tanduk. Itu yang membuatnya kini selalu bersyukur, walau pantai ini jauh lebih sepi ketimbang Pantai Suwuk.
Namun saya merasa khawatir juga melihat jumlah Yutuk yang digoreng di satu warung itu saja. Banyak sekali. Jika setiap harinya binatang ini terus diburu dalam jumlah besar tanpa memperhatikan pola dan kebiasaan reproduksinya, bisa jadi binatang ini tak lama lagi akan punah sebagaimana yang dialami oleh burung Walet. Jika itu sampai terjadi, maka hilanglah satu lagi mata pencaharian penduduk Kebumen.
Mudah-mudahan saja pemerintah daerah Kabupaten Kebumen sudah menerjunkan team peneliti untuk mempelajari siklus hidup Yutuk dengan seksama, dan lalu memberi penyuluhan intensif kepada warga agar tidak mengambil Yutuk pada masa mereka kawin dan berkembang biak. Hanya dengan cara itu kelestarian Yutuk akan terjaga, yang berarti juga kelestarian penghasilan para pedagangnya juga.
Berbeda dengan Pantai Suwuk, Pantai Karangbolong berbentuk lengkung seperti teluk kecil dengan panjang pantai hanya sekitar 250 meter menghadap ke arah tenggara atau menyudut sekitar 40 derajat dari Pantai Suwuk. Di ujung kanan Pantai Karangbolong Kebumen ini terdapat sungai kecil dan perbukitan. Sungai itu datang dari perkampungan di atasnya.
Pantai Karangbolong Kebumen ini ombak lautnya sangat besar, dan karenanya menarik untuk dipandang dan dinikmati. Warna air laut di dekat pantai juga terlihat agak tua, artinya air lautnya lumayan dalam sehingga tak heran menjadi sangat berbahaya bagi pengunjung untuk mandi di sini karena bisa menyeret orang ke tengah laut.
Pantai Karangbolong Kebumen
Alamat : Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kebumen. Lokasi GPS : -7.758035, 109.467794, Waze. Harga tiket masuk : Rp 3.000, Mobil Rp 5.000. Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Diubah: Oktober 08, 2019.Label: Jawa Tengah, Kebumen, Pantai, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.