Bahkan area galian ekskavasinya terendam air karena belum tersedianya sistem drainase. Candi Kedulan berada di area terbuka di Bulak Perung, Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani. Jarak dari Candi Sambisari ke Candi Kedulan adalah sekitar 4,7 km, arah ke Timur Laut.
Rumput di area parkir yang letaknya tepat di tepian area Candi Kedulan sudah agak tinggi, pertanda sudah cukup lama situs ini tidak dirawat, dan bisa menjadi pertanda sedang berhentinya kegiatan restorasi. Semoga saja pekerjaan retorasi sudah dilanjutkan lagi.
Pemandangan ketika saya berkunjung ke Candi Kedulan Sleman Yogyakarta. Ketiadaan drainase yang memadai, dan adanya aliran sungai di atas permukaan tanah di sebelah kanan lokasi candi, membuat area candi tergenang air, mungkin dengan kedalaman sekitar 4 m. Patok-patok kayu yang mencuat di tengah genangan air adalah lokasi candi induk yang menghadap ke Timur. Ini berbeda dengan Candi Sambisari yang candi induknya menghadap ke Barat.
Sisi kanan area ekskavasi Candi Kedulan ini berupa jalan setapak, yang hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua, dengan aliran sunga kecil di sisi luarnya. Bau yang menyengat tercium ketika saya lewat melintas di pinggir kanan situs, keluar dari sebuah usaha peternakan ayam.
Di ujung area situs Candi Kedulan ini terdapat sebuah bangunan pos jaga dan pos informasi BP3, yang sekaligus digunakan sebagai tempat penyimpanan beberapa buah arca, fragmen mangkuk dan gerabah, serta kayu pohon Aren dan Jokong yang tumbuh di sekitar candi. Melangkah menuju sudut Barat terdapat area yang digunakan sebagai tempat rekonstruksi sementara bangunan Candi Kedulan.
Salah satu hasil rekonstruksi sementara bangunan Candi Kedulan Sleman Yogyakarta. Melihat bentuknya, tampaknya ini merupakan bagian atas candi. Waktu itu di sana juga sudah ada hasil rekonstruksi sementara bagian puncak candi. Lumut yang mulai tumbuh pada batuan candi memberi indikasi bahwa cukup lama batuan candi itu tidak disentuh oleh tangan manusia. Tampaknya pekerjaan restorasi Candi Kedulan telah terhenti sejak 2010.
Adanya pohon yang ditemukan tumbuh sejajar dengan dasar candi mendatangkan dugaan bahwa Candi Kedulan telah ditinggalkan sebelum tertutup pasir lahar yang berasal dari letusan Gunung Merapi. Ini karena ketidaklaziman adanya pepohonan yang dibiarkan tumbuh dalam jarak yang sangat dekat dengan candi.
Area ekskavasi Candi Kedulan Sleman bentuknya memanjang, yang mestinya nyaris bujur sangkar seperti di Candi Sambisari. Ini karena pagar candi yang belum ditemukan diduga masih terpendam di bawah tanah pertanian dan kebun milik penduduk yang saat itu belum lagi dibebaskan.
Di sana waktu itu juga sudah ada hasil rekonstruksi sementara pagar selasar candi utama . Diperkirakan Candi Kedulan dibangun di sekitar abad 8-9, di jaman Kerajaan Mataram Kuno, dan merupakan candi Hindu karena ditemukannya Lingga dan Yoni di situs ini.
Ditinggalkannya Candi Kedulan diduga akibat terjadinya gempa hebat yang meruntuhkan bangunan candi. Sebagaimana diketahui, gempa berkekuatan tinggi itu juga melanda wilayah Yogyakarta beberapa tahun lalu dan menimbulkan kerusakan berat pada beberapa candi.
Beberapa buah batu candi yang disimpan di pos jaga Candi Kedulan Sleman Yogyakarta. Tampak ujung pipi undakan Candi Kedulan dengan berupa Makara ukiran burung di dalam mulut ular, serta relief Kala berukuran besar. Berbeda dengan Candi Sambisari, pipi undakan di kompleks percandian Candi Kedulan ini bukan hanya ada di candi utama, namun juga ada di candi perwara.
Candi Kedulan baru ditemukan secara tidak sengaja oleh sekelompok penambang pasir pada 24 November 1993. Adanya 13 lapis jenis lahar yang menutup area candi, memberi petunjuk bahwa lahar ini berasal dari 13 kali letusan Gunung Merapi di tahun yang berbeda.
Pada 2003 di lokasi Candi Kedulan ditemukan Prasasti Pananggaran dan Prasasti Sumudul, yang ditulis dalam huruf Palawa dan Bahasa Sanskerta. Isinya adalah pembebasan pajak tanah di Desa Pananggaran dan Parhyangan untuk digunakan bagi pembuatan bendungan dan saluran irigasi, serta pendirian Tiwaharyyan, bangunan suci di jaman Kerajaan Mataram Kuno yang diduga adalah Candi Kedulan ini. Belum diketahui dimana lokasi bendungan dan saluran irigasi yang disebut dalam prasasti itu.
Membandingkan Candi Kedulan Sleman Yogyakarta yang masih terserak dengan Candi Sambisari yang sudah rapi dan indah, bisa dibayangkan besar dan beratnya tantangan yang harus dihadapi para arkeolog ddalam melakukan proses restorasi. Harapannya tentu saja agar proyek restorasi Candi Kedulan ini bisa segera dimulai kembali, dan diselesaikan secepatnya.
Candi Kedulan Sleman
Alamat : Bulak Perung, Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Jogja. Lokasi GPS : -7.74332, 110.46979, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Sleman, Peta Wisata Sleman, Hotel di Yogyakarta.Patok-patok kayu yang mencuat di tengah genangan air di situs Candi Kedulan ini adalah lokasi candi induk yang menghadap ke Timur. Arahnya berbeda dengan Candi Sambisari yang candi induknya menghadap ke Barat.
Salah satu relief pada sisi luar dinding selasar Candi Kedulan. Setidaknya terdapat dua buah relief lain seperti ini, namun dengan bentuk sedikit berbeda.
Salah satu relung arca yang masih kosong pada candi induk Candi Kedulan, dengan Kala Makara yang bagian atasnya masih belum terpasang. Di dalam relung itu mestinya ada arca, dan mungkin tempat untuk meletakkan sesaji.
Relung arca kosong pada sisi lain candi induk Candi Kedulan dengan Kala Makara yang telah terpasang utuh. Berbeda dengan Candi Sambisari, pipi undakan di kompleks percandian Candi Kedulan ini bukan hanya ada di candi utama, namun juga ada di candi perwara, dimana terdapat ukiran burung di dalam mulut ular di ujung bawah pipi undakan.
Hasil rekonstruksi sementara bagian puncak Candi Kedulan. Lumut yang mulai tumbuh pada batuan candi memberi indikasi bahwa cukup lama batuan candi itu tidak disentuh oleh tangan manusia. Tampaknya pekerjaan restorasi Candi Kedulan telah terhenti sejak 2010.
Tampak ujung pipi undakan Candi Kedulan dengan ukiran burung di dalam mulut ular, serta di buah arca Kala Makara. Pada 2003 di lokasi Candi Kedulan ditemukan Prasasti Pananggaran dan Prasasti Sumudul, yang ditulis dalam huruf Palawa dan Bahasa Sanskerta. Isinya adalah pembebasan pajak tanah di Desa Pananggaran dan Parhyangan untuk digunakan bagi pembuatan bendungan dan saluran irigasi, serta pendirian Tiwaharyyan, bangunan suci di jaman Kerajaan Mataram Kuno yang diduga adalah Candi Kedulan ini.
Diperlukan pembuatan saluran air yang baik agar genangan air ini menghilang, meski pada saat musim hujan sekalipun. Karena letaknya lebih rendah dari area sekitar, maka pompa otomatis diperlukan untuk membuang air ketika ketinggiannya mencapai level tertentu.
Serakan batu candi yang masih menunggu penataan. Bukan perkara mudah untuk melakukannya, namun bisa dilakukan meski tak sepenuhnya sama dengan bangunan aslinya. Kalau bisa dibuat lebih baik, bukan sebaliknya.
Bagian candi yang sudah mulai ditata. Foto-foto ini diambil beberapa tahun lalu, dan sudah lama saya tidak berkunjung ke tempat ini, sehingga semoga saja rekonstruksinya telah selesai dikerjakan sewaktu Anda berkunjung ke sana.
Diubah: Desember 15, 2024.
Label: Candi, Sleman, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.