Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado adalah satu-satunya museum di Kota Manado yang saya kunjungi, karena Museum ABRI tutup ketika sampai di sana. Museum ini memiliki tempat parkir yang cukup luas, dengan dua buah meriam kuno diletakkan di sebelah kiri-kanan nama museum, di atas dinding tembok pembatas tempat parkir.

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara memiliki halaman asri luas yang posisinya sekitar satu meter lebih tinggi dari tempat parkir dicapai dengan menaiki undakan. Di halaman Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara ini diletakkan beberapa koleksi benda budaya Minahasa kuno seperti Waruga, dan benda budaya masyarakat Minahasa lainnya.

Memiliki gedung tiga lantai yang dibangun dengan arsitektur rumah adat Minahasa dan diresmikan pada 9 Januari 1991, Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado ini merupakan museum daerah dengan koleksi budaya cukup banyak. Setidaknya 500 koleksi yang dipajang setiap harinya di Gedung Pameran Tetap, dari 2800 lebih yang dimilikinya.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Sebuah instalasi yang menggambarkan proses pembuatan gerabah secara tradisional di Minahasa yang dipajang di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado, dari mulai mengolah tanah lempung, membentuknya, dan membakar dengan api. Keramik Pulutan Minahasa adalah salah satu pusat penghasil gerabah dan keramik yang besar di wilayah ini.

Koleksi lain Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara memperlihatkan berbagai pohon aren yang diolah secara tradisional, seperti diproses menjadi saguer, gula aren, sagu, dan batangnya dipintal menjadi tali. Pemanfaatan lainnya adalah biji buahnya dijadikan kolang kaling, daunnya untuk atap rumah dan sapu ijuk, dan akarnya diolah menjadi cambuk.

Juga ada rumah panggung tradisional Minahasa yang disebut Wale, yang artinya adalah rumah. Rumah tradisional Minahasa ini telah digunakan sejak ratusan tahun lalu oleh nenek moyang masyarakat Minahasa. Di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado juga disimpan beberapa miniatur rumah tradisional masyarakat Sulawesi Utara lainnya.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Benda-benda peninggalan Pahlawan Nasional Kyai Mojo berupa sorban, keris, tasbih dan pelindung dada di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado. Ia adalah pengikut setia Pangeran Dipenogoro yang diasingkan Belanda ke Tondano bersama pengikut lainnya pada awal abad ke-19. Makam Kyai Mojo ada di sebuah perbukitan di Tondano.

Ada pula instalasi yang memperlihatkan suasana pantai, dengan perahu Londe dan gubug sederhana. Londe adalah perahu bercadik ramping masyarakat Sangihe, yang selain dikayuh dengan dayung biasanya juga ada layarnya. Di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado juga disimpan beberapa peralatan tenun tradisional yang terbuat dari kayu.

Di lorong Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara ada patung dada sejumlah tokoh pahlawan. Mereka adalah Letkol Charles Choes Taulu, tokoh pejuang dalam peristiwa Merah Putih pada 14 Februari 1946 dimana para pejuang melucuti tentara Belanda di Minahasa; Letkol Lembong; Walter Monginsidi; Mayor Daan Mogot dan Lettu CZI Pierre Tendean.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Koleksi peralatan penangkap ikan tradisional di Minahasa dipamerkan pula di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado. Diantaranya adalah Sasarup (alat penangkap ikan di danau, asal Gorontalo), Totobongo (alat penangkap ikan dengan cara menusuk), Igi (alat penangkap ikan air tawar, asal Minahasa), dan tambelong (tempat menyimpan umpan).

Ada pula meja dan kursi yang digunakan Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis ketika menjadi guru di PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya), organisasi yang didirikan bersama kawannya untuk memajukan pendidikan wanita Minahasa. Maria Josephine Catherine Maramis lahir di Kema 1 Desember 1872 dan wafat di Maumbi pada 22 April 1924.

Di lantai dasar ada kentongan dengan dudukan ukiran burung hantu indah yang disebut Burung Manguni, atau Burung Doyot / Loyot. Jaman dulu burung ini juga disebut Koko ni Opo Mamarimbing karena bunyinya digunakan sebagai tanda bahwa pengesahan suatu golongan atau pengurus telah mendapat restu dari Opo Empung, atau Tuhan Pencipta.

Dengan semua kelebihan dan kekurangannya, Anda akan mendapat gambaran yang baik dan luas tentang segala hal yang ada di daerah Sulawesi Utara dengan mengunjungi Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado ini. Semoga saja kondisi dan penataan koleksi museum saat ini sudah jauh lebih baik ketimbang pada waktu kami kunjungi ketika itu.

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado

Alamat: Jl. WR Supratman No. 72, Manado, Sulawesi Utara. Telepon 0431-862685, Faks. 0431-870308. Lokasi GPS : 1.4881743, 124.8446363, Waze. Jam Buka: Senin - Kamis 08.30-15.30, Jumat: 08.30-11.30, Sabtu: 09.00-14.00. Tempat Wisata di Manado, Hotel di Manado, Peta Wisata Manado.

Di lantai dasar ada kentongan dengan dudukan ukiran burung hantu indah yang disebut Burung Manguni, atau Burung Doyot / Loyot. Jaman dulu burung ini juga disebut Koko ni Opo Mamarimbing karena bunyinya digunakan sebagai tanda bahwa pengesahan suatu golongan atau pengurus telah mendapat restu dari Opo Empung, atau Tuhan Pencipta.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Alat penangkap ikan tradisional yang bisa sebagai perangkap ini merupakan salah satu alat yang dipamerkan di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara. Jika bukan Sasarup, maka ini adalah igi.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Sejumlah peralatan menangkap ikan yang dipamerkan di museum, seperti jala, tambelong (wadah tempat menyimpan umpan kail), sosoroka (tombak ikan), tolu (pelindung kepala nelayan), kail, tali ijuk untuk menarik ikan dari dalam laut, wadah untuk menyimpan ikan, jaring, sero gantung (penangkap ikan yang dipasang 1 mil dari daratan), sero tanam (alat penangkap ikan laut yang diletakkan di kedalaman sekitar 5 meter), dan eputo (alat penangkap ikan air tawar asal Gorontalo.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Koleksi meja kursi peninggalan Nani Wartabone, seorang pahlawan nasional dari Gorontalo. Ia lahir pada 30 Januari 1907 dan wafat di Suwawa, Gorontalo, pada 3 Januari 1986 dalam usia 78 tahun. Nani Wartabone mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923, dan pada 2008 menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Cabang Gorontalo. Perjuangan patriotik Nani Wartabone bisa dilihat di sini hingga ia dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Meja dan kursi yang digunakan oleh Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis ketika menjadi guru di PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya), sebuah organisasi pendidikan yang didirikan bersama beberapa kawannya, untuk memajukan pendidikan wanita Minahasa. Maria Josephine Catherine Maramis lahir di Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872 dan meninggal di Maumbi, Sulawesi Utara pada 22 April 1924 dalam usia 51 tahun.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Anyaman rotan pada kursi yang digunakan Walanda Maramis. Setiap 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan yang menjadi salah satu perempuan teladan Minahasa. Patung Walanda Maramis didirikan di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Koleksi museum yang disebut "Meja 14 Februari 1947", sebuah meja yang digunakan oleh para pahlawan nasional ketika membicarakan rencana aksi yang kemudian dikenal sebagai Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 di Manado. Peristiwa ini merupakan gerak militer dari pasukan KNIL kompi VII dibawah pimpinan Ch. Taulu yang berhasil merebut kekuasaan di beberapa lokasi di Manado, Tomohon, dan Minahasa. Sekitar 600 orang pasukan Belanda dan pejabat tinggi berhasil ditawan.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Patung dada beberapa tokoh pahlawan yang diletakkan di sebuah lorong penghubung di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara. Mereka adalah Letkol CH.CH. (Charles Choes ) Taulu, seorang tokoh pejuang Minahasa yang berperan penting dalam peristiwa Merah Putih pada 14 Februari 1946, dimana para pejuang kemerdekaan berhasil melucuti tentara Belanda di Minahasa; Letkol Lembong; Robert Walter Monginsidi; Mayor Daan Mogot dan Lettu CZI Pierre A. Tendean.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Sebuah instalasi yang memperlihatkan suasana pantai, dengan perahu Londe dan sebuah gubug sederhana. Londe adalah perahu bercadik ramping masyarakat Sangihe, yang selain dikayuh dengan dayung biasanya juga ada layarnya.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Koleksi museum berupa alat musik klarinet asal Minahasa yang biasa digunakan pada upacara penjemputan tamu atau pada upacara perkawinan tradisional.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Miniatur rumah tradisional Sangihe yang disebut Bale. Kepulauan Sangihe dengan Ibu kota Tahuna berada di antara Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Rumah tradisional dari daerah Minahasa yang disebut Wale. Rumah panggung yang seluruhnya terbuat dari kayu ini, kecuali atapnya, bisa dipindah-pindahkan. Rumah Kayu Woloan Tomohon adalah jenis rumah Minahasa yang namanya telah mendunia.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Miniatur rumah tradisional dari Bolaang Mongondow yang disevut Baloi. Rumah ini juga merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu dengan dinding tak berjendela, dan beratap daun rumbia.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Miniatur rumah tradisional dari Gorontalo yang disebut Belle. Rumah panggung ini kaki-kaki penopangnya cukup tinggi, hampir setinggi dinding rumahnya yang ditutup oleh anyaman bambu. Rumah ini memiliki jendela di depan dan sampingnya.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Koleksi Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara berupa kukuran kelapa. Kukuran merupakan alat untuk tradisional untuk mengeruk isi kelapa dari tempurungnya. Hasil kerukan kelapa kemudian dibuat santan untuk memasak makanan.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Peralatan tua yang menjadi koleksi museum berupa gilingan jagung. Jagung yang telah digiling bisa ditanak sebagai makanan, atau bisa digunakan sebagai pakan ternak.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Instalasi pameran yang memperlihatkan berbagai pemanfaatan pohon aren yang diolah secara tradisional, seperti diproses menjadi saguer, gula aren, sagu, dan batangnya dipintal menjadi tali.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Pemanfaatan lain dari pohon aren adalah biji buahnya bisa dijadikan makanan kolang kaling, daunnya dipakai untuk atap rumah dan sapu ijuk, dan akarnya diolah menjadi cambuk.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Peralatan tenun tradisional yang terbuat dari kayu ini berasal dari daerah Bolaang Mongondow, sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, dengan ibu kota Lolak. Bahasa ibu Suku Mongondow yang mayoritas di daerah ini adalah Bahasa Mongondow.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Instalasi yang memberi gambaran cara menenun dengan cara tradisional di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara. Di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara juga disimpan beberapa peralatan tenun tradisional lainnya yang terbuat dari kayu.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Sebuah set kursi dan cungkup kainnya, serta sepasang payung yang menjadi koleksi Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara. Mungkin kursi pengantin, atau kepala suku, saya tak mencatatnya. Meskipun kursi dan payungnya tak istimewa, namun ornamen pada cungkup kainnya cukup menarik.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Benda-benda peninggalan kerajaan di Sangihe, diantaranya adalah Padamara (lampu peninggalan Kerajaan Manganitu, piring perak peninggalan Kerajaan Kendahe, dan Pakinangan peninggalan Kerajaan Tabukan.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Koleksi meriam berukuran sedang dan kecil terbuat dari besi dan kuningan. Di belakangnya adalah poster yang menggambarkan para pejuang yang kembali dari medan tempur dengan membawa mayat pejuang yang gugur dan memapah pejuang yang terluka.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Koleksi sejumlah gerabah polos dan ada pula yang badannya penuh dengan relief cantik. Gerabah tanah liat ini memiliki fungsi yang berbeda-beda, mulai dari tempat air hingga kuali untuk memasak. Gerabah itu berasal dari Sangihe Talaud, Bolaang Mongondow, dan Minahasa.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Patung dada Sam Ratulangi yang tengah dipamerkan saat itu, serta sejumlah foto dokumentasi peristiwa yang bersejarah. Makam Sam Ratulangi berada di daerah perbukitan sejuk di Kelurahan Wawalintouan, Kecamatan Tondano Minahasa.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Sejumlah koleksi terkait Sam Ratulangi. Diantaranya ada satyalencana Perintis Pergerakan Kemerdekaan yang diterimanya pada 17 Agustis 1965. Foto Sam Ratulangi dengan Douwes Deker, Win Pondaag, Tobing dll saat mengunjungi pasukan KRIS di medan pertempuran.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Foto dokumentasi diantaranya memperlihatkan saat peti jenazah Sam Ratulangi dibawa dari kapal Swartenhondt ke Pelabuhan Manado. Ia meninggal di Jakarta sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano. Namanya menjadi nama bandar udara di Manado dan nama Universitas Negeri di Sulawesi Utara.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Salah satu foto di atas memperlihatkan saat Sam Ratulangi mengikuti konferensi mengenai keuangan negara di Kaliurang, Yogyakarta, atas undangan Menteri Keuangan RI pertama, yaitu Mr. Maramis. Foto lainnya adalah proses pemakamannya di Tondano.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Salah satu foto di atas memperlihatkan momen saat Sam Ratulangi tengah berbincang serius dengan Soekarno di Istana Negara. Juga ada foto rombongan Sam Ratulangi dalam perjalanan naik kereta api dari Surabaya ke Yogya untuk menghadiri HUT KRIS di Madiun.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Di sebelah kiri atas adalah foto saat Sam menikah dengan Suzanne Houtman pada 1915 di Belanda. Di sebelah kanan atas adalah foto Sam kecil saat bersekolah di Hoofdenschool Tondano.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Kanan atas adalah rumah Sam di Tondano yang difoto pada 1890. Rumah itu sekarang masih ada. Di bawahnya adalah foto ayah dan ibu Sam Ratulangi, yaitu Jozias Ratulangi dan Agustina Ratulangi-Gerungan, dan ia diapit oleh kedua kakaknya, yaitu Kayes dan Wulan.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Pada 15 April 1946, Sam ditangkap Belanda dan dibuang ke Serui, Irian Jaya. Sejumlah foto dan sketsa yang menggambarkan kegiatan dan sosok Sam Ratulangi, seperti saat ia memberi contoh cara bercocok tanam ke penduduk Serui, bermain layangan dengan anak masyarakat Serui, memberi kuliah di Serui, dan bercerita kepada anak-anak Serui.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Foto-foto yang memperlihatkan setelah perjanjian Renville, saat Sam Ratulangi serta para buangan lainnya dilepas oleh Belanda. Pemimpin perjuangan yang dibuang NICA ke Serui selama 2 tahun adalah Lanto Dg Pasewang, Sam Ratulangi, Laumahina, Intje Saleh, Tobing, Suwarno, dan Pondaag.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Falsafah terkenal yang diucapkan oleh Sam Ratulangi, berbunyi "sitou timou tumou tou" yang artinya manusia hidup untuk memanusiakan manusia lainnya. Sam Ratulangi adalah Gubernur Sulawesi yang pertama.

museum negeri provinsi sulawesi utara manado

Diubah: Desember 16, 2024.
Label: Manado, Museum, Sulawesi Utara, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »