Mudah-mudahan nanti akan ada yang bisa menulis travelog-nya, mudah-mudahan pula orang itu adalah Anda. Meninggalkan Sendang Kasihan, kami menuju arah ke Utara, berbelok ke kanan memasuki Jalan Ringroad Selatan, lalu mengambil lurus masuk ke Jalan Krapyak Kulon.
Panggung Krapyak Bantul pun terlihat seperti sebuah benteng berdiri tegak di tengah-tengah jalan. Jarak dari Sendang Kasihan ke Panggung Krapyak adalah 4,6 kilometer, atau 4,9 kilometer jika dari pusat Kota Yogyakarta.
Sebuah becak yang dikayuh pria separuh baya tampak melintas di depan Panggung Krapyak, sebuah bangunan kuno terbuat dari batu bata berlapis semen berukuran 17,6 m x 15 m, dengan tinggi 10 m.
Di setiap sisi Panggung Krapyak ini terdapat sepasang jendela lengkung yang mengapit pintu masuk yang juga berbentuk lengkung, semuanya ditutup dengan jeruji besi dan digembok, tanpa ada nomor kontak penjaga yang bisa dihubungi. Sayang sekali.
Dari sela-sela jeruji besi saya bisa mengambil gambar bagian dalam Panggung Krapyak Bantul Yogyakarta, tentu saja hanya bagian tengahnya. Kabarnya di lantai satu ini ada empat ruangan, terhubung oleh lorong, dan lantai dua merupakan area terbuka yang dibatasi pagar tembok keliling yang berlubang-lubang.
Adalah Sultan Hamengkubuwono I (Pangeran Mangkubumi, memerintah 13 Februari 1755 - 24 Maret 1792) yang membuat bangunan Panggung Krapyak Bantul Yogyakarta ini, untuk digunakan sebagai tempat bagi raja ketika berburu binatang, terutama menjangan, sehingga tempat ini juga dikenal sebagai Kandang Menjangan. Ketika itu Krapyak masih berupa hutan belantara yang dihuni oleh banyak binatang liar, sehingga tampaknya dipandang perlu untuk membangun Panggung Krapyak ini bagi keselamatan sang raja.
Tampaknya pernah ada perhatian yang serius terhadap Panggung Krapyak Bantul Yogyakarta ini, terlihat dengan adanya tonggak-tonggak beton pendek sebagai tempat lampu sorot berkerangkeng. Hanya satu lampu sorot yang tersisa di sisi ini, sedangkan lampu-lampu sorot di sisi lainnya masih ada.
Sebelumnya Hutan Krapyak telah pula digunakan sebagai tempat berburu oleh Raden Mas Jolang, yang kemudian menggantikan Panembahan Senopati sebagai Raja Mataram kedua bergelar Prabu Hanyokrowati (memerintah 1601-1613). Malangnya, saat berburu di Hutan Krapyak pada 1613, sang prabu terluka parah yang kemudian menjadi penyebab kematiannya.
Prabu Hanyokrowati kemudian dikenal sebagai Panembahan Seda Ing Krapyak, dan digantikan posisinya oleh Sultan Agung, setelah sebelumnya sempat diangkat Mas Wuryah sebagai raja bergelar Adipati Martopuro selama satu hari, hanya untuk memenuhi janji pada Ratu Tulungayu, istri pertamanya.
Pandangan sudut Panggung Krapyak Bantul Yogyakarta. Mudah-mudahan saja semuan lampu sorot di situs peninggalan ini masih menyala di malam hari. Perhatian dinas terkait itu jelas diperlukan lagi untuk merenovasi bangunan Panggung Krapyak yang telah tampak tak terpelihara dan kurang perawatan ini.
Akan lebih menyenangkan jika dibuat tempat untuk bersantai yang nyaman dan ditata apik di sekeliling Panggung Krapyak ini, di bawah rindang pohon atau payung-payung taman, dengan makanan dan jajanan khas Jogja, dilengkapi pula dengan wifi gratis. Semoga.
Panggung Krapyak Bantul
Alamat : Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.82760, 110.36037, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Bantul, Peta Wisata Bantul, Hotel di Yogyakarta.Diubah: Mei 12, 2018.Label: Bantul, Situs, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.